LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PANGAN DETEKSI MIKROBA PANGAN PADA TAPE SINGKONG

LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI PANGAN

DETEKSI MIKROBA PANGAN PADA POTENG (TAPE SINGKONG)

DISUSUN OLEH :

NAMA : ASTRID SAFIRA IDHAM
NIM : H411 13 341
KELOMPOK : 4 (EMPAT)

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Perkembangan bahan pangan dan makanan semakin beragam dan meningkat. Hampir semua bahan pangan tercemar oleh berbagai mikroorganisme dari lingkungan sekitarnya. Beberapa jenis mikroba yang terdapat pada bahan pangan adalah  Salmonella, Staphylococcus, Escherichia coli,  kapang, khamir serta mikroba patogen lainnya. Kandungan mikroba mempunyai batasan tertentu dalam bahan pangan yang berpengaruh terhadap ketahanan bahan pangan. Kondisi lingkungan juga mempengaruhi mikroba untuk tumbuh dan berkembang lebih cepat dari yang semestinya (Siagian, 2002).
Berbagai bahan pangan dapat bertindak sebagai perantara atau substrat untuk tumbuhnya mikroorganisme yang bersifat patogenik bagi manusia. Penyakit menular yang cukup berbahaya seperti tipes, kolera, disentri, tbc, poliomilitis dengan mudah disebarkan melalui bahan pangan. Akhir-akhir ini terjadi peningkatan gangguan saluran pencernaan akibat keracunan bahan pangan yang Universitas Sumatera Utara disebabkan oleh mikroorganisme patogenik yang termakan bersama bahan pangan yang tercemar (Siagian, 2002).
Pengujian tentang mutu suatu bahan pangan sangat penting sehingga dibutuhkan berbagai uji yang mencakup uji fisik, uji kimia, uji mikrobiologi, dan uji organoleptik. Uji mikrobiologi merupakan salah satu uji yang penting, karena selain dapat menduga daya tahan simpan suatu makanan, juga dapat digunakan sebagai indikator sanitasi makanan atau indikator keamanan makanan. Pengujian mikrobiologi  diantaranya meliputi uji kualitatif untuk menetukan mutu  dan daya tahan suatu makanan, uji kuantitatif bakteri patogen untuk menentukan tingkat keamanannya, dan uji bakteri indikator untuk mengetahui tingkat sanitasi makanan tersebut (Fardiaz, 1993).
Berdasarkan uraian  tersebut maka perlu dilakukan praktikum untuk mendeteksi mikroba pada makanan.

I.2 Tujuan Praktikum
Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui jumlah mikroba yang terdapat pada bahan pangan melalui perhitungan ALT, MPN dan mendeteksi bakteri Coliform, Salmonella sp. dan Vibrio sp. serta  menghitung total jumlah jamur atau kapang.
I.3 Waktu dan Tempat Praktikum
Percobaan ini dilakukan pada hari Rabu, 11 Mei 2016, pukul 14:00-17:00 WITA, di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pangan adalah bahan-bahan yang dimakan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan bagi pemeliharaan, pertumbuhan, kerja dan penggantian sel tubuh yang rusak. Oleh karena itu pangan atau makanan sangat dibutuhkan oleh manusia sebagai sumber zat gizi dan juga sumber energi.  Namun pangan juga dapat berubah menjadi sarana pembawa penyakit serta gangguan kesehatan bagi manusia karena pangan dapat terkontaminasi oleh cemaran fisik, kimia maupun mikroba. Beberapa jenis mikroba yang terdapat pada bahan pangan adalah Salmonella sp, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, kapang, khamir serta mikroba patogen lainnya (Buckle, 1987).
Bahan pangan merupakan bagian penting bagi kehidupan manusia seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Pada bahan pangan juga terdapat zat yang ditambahkan baik secara sengaja maupun secara tidak sengaja yang dapat mempengaruhi kualitas makanan tersebut.  Penambahan tersebut dapat membahayakan kesehatan manusia bila digunakan pada bahan pangan, misalnyan apabila bahan makanan ditambahkan zat aditif yang bersifat sintetis. Racun dalam makanan ternyata bisa membahayakan orang yang memakannya apabila higienis dan sanitasinya dalam mengolah bahan makanan tersebut tidak cermat. Namun, bisa juga sebagai media perantara bagi vektor, mikroorganisme dan berbagi jenis bahan kimia, keracunan bahan makanan ini oleh bahan kimia erat kaitannya dengan proses produksi dan distribusinya (Buckle, 1987).  
Dalam proses produksi sering terjadi kelalaian bahkan kesengajaan dalam menggunakan bahan kimia sebagai zat tambahan dalam makanan seperti zat pewarna, zat pengawet dan sebagainya. Selain oleh bahan kimia pencemaran makanan bisa juga disebabkan oleh faktor biologis seperti, akibat pengolahan yang kurang bersih hal ini menjadikan makanan tersebut menjadi mediator masuknya kuman penyakit ke dalam tubuh (Buckle, 1987).  
Pangan merupakan kebutuhan esensial bagi setiap manusia untuk pertumbuhan maupun mempertahankan hidup. Namun, dapat pula timbul penyakit yang disebabkan oleh pangan. Keracunan pangan atau foodborne disease (penyakit bawaan makanan), terutama yang disebabkan oleh bakteri patogen yang masih menjadi masalah yang serius di berbagai negara termasuk di Indonesia. Diberbagai negara seringkali diberitakan terjadinya keracunan pangan akibat mengkonsumsi hidangan pesta, makanan jajanan, makanan catering, bahkan pangan segar (BPOM, 2009).
Terdapat tiga faktor kunci yang umumnya menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan akibat bakteri, yaitu kontaminasi bakteri patogen harus ada dalam pangan; pertumbuhan dalam beberapa kasus, bakteri patogen harus memiliki kesempatan untuk berkembang biak dalam pangan untuk menghasilkan toksin atau dosis infeksi yang cukup untuk menimbulkan penyakit; daya hidup (survival) jika berada pada kadar yang membahayakan, bakteri patogen harus dapat bertahan hidup dalam pangan selama penyimpanan dan pengolahannya.  Bakteri dapat menyebabkan keracunan pangan melalui dua mekanisme, yaitu intoksikasi dan infeksi. Intoksikasi keracunan pangan yang disebabkan oleh produk toksik bakteri patogen (baik itu toksin maupun metabolit toksik) disebut intoksikasi. Bakteri tumbuh pada pangan dan memproduksi toksin Jika pangan ditelan, maka toksin tersebut yang akan menyebabkan gejala, bukan bakterinya (BPOM, 2009).
Beberapa makanan bisa dinyatakan ìamanî untuk dikonsumsi, jika makanan-makanan tersebut diproses dengan proses dekontaminasi yang terkontrol dengan baik seperti pasteurisasi dan sterilisasi, seperti susu sterilisasi atau pasteurisasi, es krim dan makanan-makanan kaleng. Proses dekontimasi air kemasan dilakukan dengan klorinasi dan filtrasi. Makanan lain seperti roti, tepung, jam, madu, pikel, manisan buah termasuk makanan yang dinyatakan ìamanî karena kompisisi dan proses pengolahan makanan tersebut menyebabkan kondisi yang tidak mendukung pertumbuhan mikroorganisme. Beberapa sifat makanan dan bahan pangan, seperti pH kurang dari 4,5, kadar air rendah (aw<0.86) atau kadar gula atau kadar garam  yang tinggi (Siagian, 2002).
Sifat-sifat ini biasa digunakan dalam pengawetan makanan. Dewasa inni masyarakat lebih dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan atau bahan pangan segar daripada makanan atau bahan pangan yang sudah diawetkan. Hal ini memberi kesempatan mikroorganisme untuk mengkontaminasi gangguan  saluran pencernaan jika bahan pangan segar tersebut tidak ditangani dengan baik.  Terdapat tiga jalur yang dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk  mengkontaminasi makanan, yaitu bahan baku dan ingredien, pekerja pada  pengolahan makanan dan lingkungan pengolahan (Siagian, 2002).
Menurut (Siagian, 2002), bahan pangan yang mudah terkontaminasi adalah sebagai berikut :
Daging
Bahan pangan yang berasal dari hewan merupakan sumber utama bakteri
penyebab infeksi dan intoksikasi. Mikroorganisme yang terdapat pada hewan hidup dapat terbawa ke dalam daging segar dan mungkin bertahan selama proses pengolahan. Banyak hewan-hewan yang disembelih membawa mikroorganisme seperti Salmonella dan Campylobacter, selain mikrooranisme yang secara alami terdapat pada saluran pencernaan seperti Clostridium perfringens, Escherichia coli, Yersinia entercolitica dan Listeria monocytogenes.
Proses pemotongan unggas secara kontinyu, meningkatkan penularan mikroorganisme dari karkas yang satu ke yang lainnya. Demikian juga penggilingan daging dalam pembuatan daging cincang dapat menyebarkan mikroorganisme, sehingga daging cincang merupakan produk daging yang beresiko tinggi.
Telur
Kulit telur kemungkinan mengandung Salmonella yang berasal dari kotoran ayam dan mungkin mengkontaminasi isi telur pada waktu telur dipecahkan. Di negara-negara Eropa terjadi peningkatan gangguan pencernaan karena infeksi oleh S. enteritidis yang berasal dari telur yang telah terinfeksi. Departemen kesehatan Inggris memberikan peringatan terhadap penggunaan telur mentah pada makanan yang tidak mengalami pengolahan lebih lanjut.
Produk-produk Susu
Susu yang telah mengalami pengolahan yang benar, misalnya pasteurisasi
dan sterilisasi, merupakan produk yang aman. Akan tetapi susu segar yang diperoleh dari hewan sehat bisa terkontaminasi dari hewan yang menyusui atau dari peralatan dan lingkungan pemerahan susu. Di Inggris telah dilaporkan keracunan makanan (Salmonellosis) karena mengkonsumsi susu sapi segar. Gangguan pencernaan juga kadang-kadang terjadi akrena prises pemanasan susu tidak cukup. Produk-produk susu yang disiapkan dari susu yang tidak mengalami proses pemanasan merupakan produk yang potensial mengandung Staphylococus auerus, Bacillus cereus, Yersenia enterocolitia monocytogenes.
Pengasaman susu dan fermentasi susu dapat menghilangkan atau menghambat mikroorganisme patogen enterik, tetapi beberapa mikroorganisme masih bisa tahan. Walaupun susu telah mengalami pemanasan, kontaminasi dapat terjadi selama penanganan produk atau karena penambahan ingridien yang tidak mengalami perlakuan dekontaminasi. Adanya L. monocytogenes pada keju yang dimatangkan diduga karena rekontaminasi selama proses pembuatan dan penanganan keju.
d. Ikan dan Kerang-kerangan
Ikan dan kerang-kerangan dapat terkontaminasi dari lingkungan hidup ikan tersebut atau dari lingkungan pengolahan. Jika ikan tersebut diperoleh dari laut yang telah terkena polusi limbah, ikan tersebut kemungkinan terkontaminasi bakteri patogen. Vibrio parahaemolyticus adalah kontaminan yang umum terdapat pada ikan dan makanan laut lainnya terutama dari perairan Asia Timur. Bakteri ini dapat dihilangkan dengan pemanasan, akan tetapi sanitasi yang kuramg baik dapat menyebabkan terjadinya rekontaminasi. Dalam kerang-kerangan telah ditemukan mikroorganisme patogen seperti Salmonella, E. coli, V. parahemolyticus, clostridia dan virus. Bakteri dapat dihilanhkan dengan cara ini kurang efektif untuk virus.
Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik lain. Lebih tepatnya, sebenarnya, bakteri coliform fekal adalah bakteri indikator adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan coliform fekal menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi Coliform jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain. Contoh bakteri coliform adalah, Esherichia coli dan Entereobacter aerogenes. Jadi, coliform adalah indikator kualitas air. Makin sedikit kandungan coliform, artinya, kualitas air semakin baik (Fardiaz, 1993).
Bakteri coliform merupakan parameter mikrobiologis terpenting kualitas air minum. Kelompok bakteri coliform terdiri atas Eschericia coli, Enterobacter aerogenes, Citrobacter fruendii, dan bakteri lainnya. Meskipun jenis bakteri ini tidak menimbulkan penyakit tertentu secara langsung, keberadaannya di dalam air minum menunjukkan tingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu, air minum harus bebas dari semua jenis coliform. Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform, semakin tinggi pula risiko kehadiran bakteri-bakteri patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran manusia dan hewan. Salah satu contoh bakteri patogen-yang kemungkinan terdapat dalam air terkontaminasi kotoran manusia atau hewan berdarah panas-adalah Shigella, yaitu mikroba penyebab gejala diare, deman, kram perut, dan muntah-muntah (BPOM, 2009).
Salmonella
Salmonella merupakan bakteri Gram-negatif, bersifat anaerob fakultatif, motil, dan tidak menghasilkan spora. Salmonella bisa terdapat pada bahan pangan mentah, seperti telur dan daging ayam mentah serta akan bereproduksi bila proses pamasakan tidak sempurna. Sakit yang diakibatkan oleh bakteri Salmonella dinamakan salmonellosis (BPOM, 2009).
Media spesifik untuk Salmonella mengandung komponen seperti pepton atau protein hidrolisat, ekstrak daging sapi atau ekstrak khamir, dan agar yang ditambahkan dengan tujuan untuk mempertahankan daya isotoniknya maupun sebagai buffer. Media selektif untuk yang umum digunakan untuk Salmonella adalah SSA (Salmonella Shigella Agar). Pada media SSA Salmonella tidak berwarna atau berwarna coklat muda, merah muda atau kekuningan dan transparan, mungkin bagian tengahnya berwarna hitam (Dwyana, 2013).
Vibrio
Bakteri Vibrio sp adalah jenis bakteri yang dapat hidup pada salinitas yang relatif tinggi. Bakteri Vibrio berpendar termasuk bakteri anaerobic fakultatif, yaitu dapat hidup baik dengan atau tanpa oksigen. Bakteri Vibrio tumbuh pada pH 4 – 9 dan tumbuh optimal pada pH 6,5 – 8,5 atau kondisi alkali dengan pH 9,0. Vibrio sp merupakan salah satu bakteri patogen yang tergolong dalam divisi bakteri, klas Schizomicetes, ordo Eubacteriales, Famili Vibrionaceae. Bakteri ini bersifat gram negatif, fakultatif anaerob, fermentatif, bentuk sel batang yang melengkung dengan ukuran panjang antara 2-3 µm, menghasilkan katalase dan oksidase dan Buckleerak dengan satu flagella pada ujung sel (BPOM, 2009).
V cholerae dan kebanyakan vibrio lain tumbuh dengan baik pada suhu 370 C pada berbagai jenis media,  termasuk media tertentu yang mengandung garam mineral dan asparagin sebagai sumber karbon dan nitrogen. V cholerae tumbuh dengan baik pada agar thiosulfate-citrate-bile-sukrose (TCBS), yang menghasilkan koloni berwarna kuning. Vibrio adalah oksidase positif, yang membedakan mereka dari bakteri enterik gram negatif yang tumbuh pada agar darah. Ciri yang khas, vibrio tumbuh pada ph yang sangat tinggi ( 8,5-9,5 ) dan sangat cepat mati oleh asam. Karenanya pembiakkan pada media yang mengandung karbohidrat yang dapat difermentasi, akan cepat mati. Di wilayah dimana kolera menjadi endemik, mengkultur langsung tinja pada media selektif seperti TCBS, dan media yang diperkaya seperti air peptone alkalin adalah sesuai. Namun kultur rutin pada media spesial seperti TCBS umumnya tidak diperlukan pada wilayah dimana kolera jarang terjadi (Siagian, 2002).
Berbagai macam uji mokrobiologis dapat dilakukan terhadap bahan pangan,  meliputi uji kuantitatif mikroba untuk menentukan daya tahan suatu makanan, uji kualitatif bakteri patogen untuk menenetukan tingkat keamanan dan uji indikator untuk menentukan tingkat sanitasi makanan tersebut. Pengujian yang dilakukan terhadap tiap bahan pangan tidak sama tergantung berbagai faktor, seperti jenis dan komposisi bahan pangan, cara pengepakan dan penyimpanan serta komsumsinya, kelompok konsumen dan berbagai faktor yang lainnya (Dirjen POM., 1979).
Metode MPN biasanya biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam contoh yang berbentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk contoh berbentuk padat dengan terlebih dahulu membuat suspensi 1:10 dari contoh tersebut (Fardiaz, 1993).
Metode MPN digunakan medium cair di dalam tabung reaksi, dimana perhitungannya dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif yaitu yang ditumbuhi oleh jasad renik setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati timbulnya kekeruhan atau terbentuknya gas di dalam tabung kecil (tabung Durham) yang diletakkan pada posisi yang terbalik, yaitu untuk jasad renik pembentuk gas (Siagian, 2002).
Dalam metode MPN, pengenceran harus dilakukan lebih tinggi daripada pengenceran dalam hitungan cawan, sehingga beberapa tabung yang berisi medium cair yang diinokulasikan dengan larutan hasil pengenceran tersebut mengandung satu sel, beberapa tabung yang lainnya mengandung lebih dari satu sel atau tabung lainnya tidak mengandung sel. Dengan demikian setelah inkubasi, diharapkan terjadi pertumbuhan pada beberapa tabung yang dinyatakan sebagai tabung positif, sedangkan tabung lainnya negative (Siagian, 2002).
Standar plate Count (Angka Lempeng Total) adalah menentukan jumlah bakteri dalam suatu sampel. Dalam test tersebut diketehui perkembangan banyaknya bakteri dengan mengatur sampel, di mana total bakteri tergantung atas formasi bakteri di dalam media tempat tumbuhnya dan masing-masing bakteri yang dihasilkan akan membentuk koloni yang tunggal (Siagian, 2002).
Metode MPN merupakan uji deretan tabung yang menyuburkan pertumbuhan koliform sehingga diperoleh nilai untuk menduga jumlah koliform dalam sampel yang diuji. Uji positif akan menghasilkan angka indeks. Angka ini disesuaikan dengan tabel MPN untuk menentukan jumlah koliform dalam sampel. (Siagian, 2002)
Tabel seleksi bakteri (Siagian, 2002)

Mikroba yang terkandung dalam makanan bisa menyebabkan terjadinya kerusakan mikrobiologis pada makanan sehingga tidak layak untuk dikonsumsi. Untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu bahan makanan untuk dikonsumsi oleh masyarakat, perlu dilakukan pengujian mikroba yang terkandung dalam makanan tersebut, salah satu cara tersebut adalah dengan analisis kuantitatif mikrobiologi pada bahan pangan (Buckle 1987). Cara ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui mutu bahan pangan. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui jumlah jasad  renik di dalam suatu suspensi atau bahan. Cara-cara tersebut dibedakan menjadi beberapa kelompok, yaitu; Perhitungan jumlah sel, hitungan mikroskopis, hitungan cawan, MPN (Most Probable Number), perhitungan massa sel secara langsung, volumetric, gravimetric, kekeruhan (turbidimeter), perhitungan massa sel secara tak langsung, analisis komponen sel (protein, DNA, ATP), analisis produk katabolisme (metabolit primer, metabolit sekunder, panas), analisis konsumsi nutrien (karbon, nitrogen, oksigen, asam amino, mineral) (Waluyo 2007).
Ada beberapa parameter yang tidak termasuk dalam persyaratan diatas, seperti identifikasi Pseudomonas aeruginosa dalam air minum tetapi sering juga menjadi syarat tambahan yang diinginkan oleh produsen air minum untuk diuji.
Pengujian mikrobiologi untuk makanan tidak dilakukan untuk semua parameter uji diatas  tetapi akan mengacu pada persyaratan dari tiap produk tersebut misalnya persyaratan Naget ayam ( SNI 01-6683-2002) meliputi :
1. Angka Lempeng Total
2. MPN Coliform
3. MPN E.coli
4. Identifikasi Salmonella
5. Angka Staphylococcus aureus

BAB III
METODE PERCOBAAN

III. 1 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah enkas, bunsen, timbangan digital, erlenmeyer, cawan petri, tabung reaksi, mortar, pastel, tabung durham, rak tabung, inkubator, oven, handsprayer, spoit dan  korek api.
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sampel makanan poteng (tape singkong), label, spiritus, kapas, aquades steril, alkohol, Laktosa broth, Pepton Water, media SSA, media SCB, media TCBSA, dan media PDA.
III. 2 Prosedur Kerja
III.2.1 Pengenceran Sampel
Sebelum digunakan sampel terlebih dahulu dihaluskan dengan mortar dan pastel, lalu ditimbang sebanyak 5 gr dan dimasukkan kedalam 45 ml aquadest, dianggap sebagai pengenceran 10-1
Diambil sampel poteng (tape singkong) sebanyak 1 ml dimasukan kedalam Erlenmeyer yang beisi aquades steril sebanyak 9 ml kemudian dihomogenkan dan dianggap sebagai pengenceran 10-2
Diambil 1 ml dari pengenceran 10-2 dan dimasukan kedalam tabung reaksi berisi 9 ml aquades steril kemudian dihomogenkan dan dianggap sebagai pengenceran 10-3
Dilakukan pengenceran yang sama dari tabung reaksi 10-3 dimasukan ke tabung reaksi berisi 9 ml aquades steril 10-2, sampai ke tabung reaksi 10-6.
III.2.2 Perhitungan jumlah bakteri koliform dengan metode Most Probable Number (MPN)
Disiapkan 9 tabung reaksi yang didalamnya beisi medium Lactose broth sebanyak 9 ml dan tabung durham.
Kemudian 3 tabung Lactose broth yang petama diisi dengan larutan pengencer 10-1 diambil sebanyak 1 ml, 3 tabung reaksi berikutnya diisi dengan larutan pengencer 10-2, kemudian 3 tabung terakhir diisi dengan  larutan pengencer 10-3.
Kemudian 9 tabung reaksi diinkubasi pada suhu 370 C selama 1×24 jam.
Setelah diinkubasi kemudian dihitung jumlah tabung positif yang ditandai dengan adanya gelembung pada tabung durham dan perubahan warna pada medium, dari warna hijau menjadi kuning.
Dilakukan perhitungan menggunakan metode MPN dengan acuan table MPN.

III.2.3 Penentuan angka lempeng total dengan metode Standar Plate Count (SPC)
Disiapkan 3 cawan petri steril
Diambil 1 ml sampel dari tiga tabung pengenceran terakhir, cawan  petri 1 diisi dengan 10-3, cawan petri 2 diisi dengan 10-4 dan cawan petri 3 diisi dengan 10-5
Ditambahkan media Nutrien Agar secukupnya pada setiap cawan petri dan dicampurkan serata mungkin, supaya sampel menyebar.
Kemudian 3 cawan petri diinkubasi pada suhu 37 c selama 1×24 jam.
Setelah ke 3 cawan petri diinkubasi, dilakukan perhitungan jumlah koloni mikroba yang tumbuh pada setiap cawan petri dengan menggunakan acuan syarat SPC.
Kemudian dihitung jumlah koloni sel/ml dengan menggunakan rumus SPC.
III.2.4 Deteksi bakteri Salmonella Sp. pada sampel makanan
Disiapkan 1 cawan petri dan 1 tabung reaksi
Diambil 1 ml dari pengeceran 10-1 sebanyak 1 ml dan dimasukan kedalam cawan petri steril serta ditambahkan media SSA, kemudian diratakan agar sempel menyebar.
Diambil 1 ml dari pengeceran 10-1 sebanyak 1 ml dan dimasukan kedalam tabung reaksi yang berisi media SCB dan dihomogenkan.
Kemudian cawan petri dan tabung reaksi diinkubasi selama 1X24 jam dengan suhu 37 C.
Selanjutnya dilakukan pengamatan pada cawan petri dan tabung reaksi yang terindikasi terdapat bakteri Salmonella.
III.2.5 Deteksi bakteri Vibrio Sp.  pada sampel makanan
Disiapkan 1 cawan petri dan 1 tabung reaksi
Diambil 1 ml dari pengeceran 10-1 sebanyak 1 ml dan dimasukan kedalam cawan petri setril serta ditambahkan media TCBSA, kemudian diratakan agar sempel menyebar.
Diambil 1 ml dari pengeceran 10-1 sebanyak 1 ml dan dimasukan kedalam tabung reaksi yang berisi media Pepton Water dan dihomogenkan.
Kemudian cawan petri dan tabung reaksi diinkubasi selama 1X24 jam dengan suhu 37 C.
Selanjutnya dilakukan pengamatan pada cawan petri dan tabung reaksi yang terindikasi terdapat bakteri Vibrio sp.
III.2.6 Deteksi  jamur atau kapang pada sampel makanan
Disiapkan 3 cawan petri steril
Diambil 1 ml sampel dari tiga tabung pengenceran terakhir, cawan  petri 1 diisi dengan 10-3, cawan petri 2 diisi dengan 10-4 dan cawan petri 3 diisi dengan 10-5
Ditambahkan media Potato Dextrose Agar (PDA) secukupnya pada setiap cawan petri dan dicampurkan serata mungkin, supaya sampel menyebar.
Kemudian 3 cawan petri diinkubasi pada suhu 37 c selama 1×24 jam.
Setelah ke 3 cawan petri diinkubasi, dilakukan perhitungan jumlah koloni kapang yang tumbuh pada setiap cawan petri.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil
IV.1.1 Pertumbuhan mikroba Medium Plate Count Agar (PCA)             
 

Tabel Pengamatan Plate Count Agar :

IV.1.2 Pertumbuhan mikroba pada Medium Potato Dextrose Agar (PDA)  
 

Tabel Pengamatan Pertumbuhan jamur pada medium PDA :

IV.1.3 Pertumbuhan mikroba pada Medium Salmonella Shigella (SS) Agar                                           
                  10-1 (1 x 24 jam)                

IV.1.4 Pertumbuhan mikroba pada Medium Thiosulfat Citrate Bile Salt Sucrose Agar (TCBSA)

             
                   10-1 (1 x 24 jam)                
IV.1.5 Pertumbuhan mikroba pada Medium Lactosa Broth (LB)
  

IV.1.6 Pertumbuhan mikroba pada Medium Enrichment

IV.2 Pembahasan 
IV.2.2 Pertumbuhan mikroba pada Medium Plate Count Agar (PCA)             selama  1x 24 jam
Pertumbuhan jumlah mikroba pada medium Plate Count Agar  (PCA) dapat diketahui dengan menghitung angka lempeng total suatu mikroba. Angka lempeng total adalah angka yang menunjukkan jumlah bakteri mesofil dalam tiap 1 mL dari sampel  Poteng (tape singkong) yang diperiksa pada tingkat pengenceran 10-3,10-4, 10-5. Prinsip dari ALT adalah menghitung pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah sampel makanan ditumbuhkan  denganmenggunakan metode  tuang kemudian di inkubasi selama 1 x 24 jam.
Pada hasil pengamatan setelah diinkubasi diperoleh jumlah sel mikroba pada pengenceran  10-3 adalah 6.439, pengenceran 10-4 adalah 4.292 dan tingkat pengenceran 10-5 adalah 420. Dari hasil perhitungan tersebut, berdasarkan standar yang digunakan dalam Standar Plate Count yaitu jika semua hasil pengenceran lebih dari 300 maka koloni pada cawan petri, berarti pengenceran yang dibuat terlalu rendah. Oleh karena jumlah koloni pada pengenceran yang tertinggi yang dihitung. Hal tersebut sesuai syarat SPC ketiga, sehingga hasilnya adalah sebagai berikut :
Jumlah sel = v x n x
Keterangan, v = Jumlah sampel yang ditumbuhkan
n = Jumlah koloni dalam cawan
f = Faktor pengenceran
= v x n x
= 1 x 420  x
=  420 x 10-5
= 4,2 x 107
Dari hasil perhitungan nilai Angka Lempeng Total didapatkan 4,2 x 107 pertumbuhan bakteri pada Poteng (tape singkong).
IV.2.2 Pertumbuhan mikroba pada Medium Potato Dextrose Agar (PDA)
Pertumbuhan jamur atau kapang pada medium PDA setelah di inkubasi 1 x 24 jam yaitu, diperoleh pertumbuhan jamur pada semua tingkat pengenceran yaitu 10-3, 10-4, 10-5 menggunakan metode hitung cawan. Pada pengenceran 10-3, 10-4 pertumbuhan jamur TBUD, dan Pada pengenceran 10-5 di dapatkan pertumbuhan jamur 32. Perhitungan cawan tersebut berdasarkan standar yang digunakan dalam Standar Plate Count memenuhi syarat ke 3 yaitu pengenceran tertinggi yang dihitung yaitu 32. Jadi, mikroorganisme/mL sampel adalah sebagai berikut :
Jumlah sel = v x n x
Keterangan, v = Jumlah sampel yang ditumbuhkan
n = Jumlah koloni dalam cawan
f = Faktor pengenceran
= v x n x
= 1 x 32 x
= 32 x 10-5
= 3,2 x 10-6
Dari hasil perhitungan nilai SPC didapatkan 3,2 x 10-6  pertumbuhan jamur pada Poteng (tape singkong). Namun, perhitungan ini tidak menunjukkan sel yang sebenarnya, karena kemungkinan terjadinya suatu koloni dari lebih dari satu sel, hal ini dapat memperkecil perhitungan jumlah yang sebenarnya.
IV.2.3  Pertumbuhan mikroba pada Medium SCB dan Salmonella Shigella (SS) Agar  
 
Medium SCB merupakan medium enrichment pada bakteri Salmonella sp. setelah diinkubasi 1 x 24 jam tidak diperoleh adanya pertumbuhan bakteri karena tidak adanya perubahan pada media.
Medium SSA (Salmonella Shigella Agar) merupakan medium selektif untuk pertumbuhan bakteri Salmonella sp. setelah diinkubasi 1 x 24 jam tidak ditemukan adanya bakteri Salmonella sp. karena tidak adanya perubahan pada media. Jika ada pertumbuhan bakteri Salmonella sp. maka media akan mengalami perubahan.
Untuk memastikan tidak adanya Salmonella sp. pada poteng (Tape singkong), maka dilakukan pertumbuhan kembali pada medium selektif yaitu SSA dari medium SCB sebanyak 1 mL kemudian di inkubasi 1 x 24 jam. Setelah di inkubasi tidak ditemukan adanya pertumbuhan. Jadi keberadaan Enterobacteriaceae patogen khususnya Salmonella sp. pada Poteng (tape singkong) tidak ada atau hasilnya negative.

IV.2.4 Pertumbuhan mikroba pada Medium Pepton Water dan Medium Thiosulfat Citrate Bile Salt Sucrose Agar (TCBSA)
Medium Pepton Water merupakan medium enrichment pada bakteri Vibrio sp. setelah diinkubasi 1 x 24 jam di dapatkan pertumbuhan bakteri yang ditandai adanya perubahan pada media yaitu timbulnya kekeruhan.
Media TCBSA merupakan medium selektif pertumbuhan bakteri Vibrio sp. setelah diinkubasi 1 x 24 jam ditemukan adanya bakteri Vibrio cholera  yaitu koloni berwarna kuning sebanyak 78 koloni pada cawan petri dari pengenceran 10-1. Jadi, mikroorganisme/mL sampel adalah sebagai berikut :
Jumlah sel = v x n x
Keterangan, v = Jumlah sampel yang ditumbuhkan
n = Jumlah koloni dalam cawan
f = Faktor pengenceran
= v x n x
= 1 x 78  x
=  78 x 10-1
= 7,8
Dari hasil perhitungan nilai SPC didapatkan 7,8 pertumbuhan bakteri patogen pada Poteng (tape singkong).
Adanya pertumbuhan bakteri pada media enrichment (Pepton Water) maka dilakukan pertumbuhan kembali pada medium selektif yaitu TCBSA untuk memperoleh hasil maksimal yang di inkubasi 1 x 24 jam. Setelah di inkubasi tidak terjadi pertumbuhan, hal ini disebabkan adanya kemungkinan bahwa bakteri tersebut bukan bakteri Vibrio sp. yang tumbuh pada medium Pepton Water sehingga pada medium selektif tidak terjadi pertumbuhan.

IV.2.5 Pertumbuhan mikroba pada Medium Lactosa Broth (LB)
Setelah diinkubasi 1 x 24 jam, didapatkan 2 seri tabung positif ditumbuhi oleh mikroba yaitu Seri A 10-1 dan Seri B 10-2  yang ditandai adanya perubahan warna dari hijau menjadi kuning  dan adanya gas di dalam tabung durham pada tingkat  pengenceran 10-1 dengan tiga seri tabung, pada tingkat pengenceran 10-2 juga terjadi pertumbuhan mikroba dengan tiga seri tabung yang ditandai adanya perubahan dari hijau menjadi hijau kekuning-kuningan dan terdapat gas di dalam tabung durham. Pada  tingkat pengenceran 10-3 tidak terjadi pertumbuhan karena tidak adanya perubahan pada media. Sehingga, didapatkan kombinasi nilai MPN dari setiap tingkat pengenceran  adalah 3, 3, 0, angka kombinasi ini berdasarkan tabel MPN yaitu 240, jadi MPN Count adalah sebagai berikut :
MPN Count = Nilai MPN x 
= 240 x
= 2,4 x 10-4
Perubahan media yang berwarna hijau menjadi kuning  dan terdapatnya gas di dalam tabung durham disebabkan adanya bakteri koliform yaitu kelompok  bakteri Enterobacteriaceae pada Poteng (tape singkong) yang memfermentasi laktosa pada media yang bereaksi dengan BTB (Bromtimol biru) sehingga terjadi perubahan media, dimana kehadiran bakteri ini merupakan suatu indikator pencemaran.

BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh berdasarkan tujuan praktikum adalah telah dilakukan berbagai uji untuk mengetahui jumlah mikroba yang terdapat pada bahan pangan melalui perhitungan ALT, pada perhitungan ini diperoleh hasil  perhitungan nilai Angka Lempeng Total sebesar 4,2 x 107 pertumbuhan bakteri pada Poteng (tape singkong). MPN, pada metode ini diperoleh hasil 2,4 x 10-4. Kemudian dilakukan deteksi bakteri Coliform, Salmonella sp. dan Vibrio sp. serta  menghitung total jumlah jamur atau kapang. Pada sampel poteng (tape singkong) yang diuji tidak diperoleh adanya bakteri Salmonella dan juga Vibrio. Pada perhitungan jumlah jamur atau kapang diperoleh hasil perhitungan nilai SPC yaitu 3,2 x 10-6  pertumbuhan jamur pada Poteng (tape singkong).
V.2 Saran
Sebaiknya pembagian waktu praktikum dilakukan agar praktikum dapat berjalan dengan efektif, dan juga tidak membuat laboratorium menjadi pengap akibat terlalu banyak praktikan dalam satu kali praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Buckle, K. A., dkk. 1987, Ilmu Pangan, Penerjemah: Hari Purnomo dan Adiono, UI-Press, Jakarta.
BPOM, 2009, Keracunan Pangan Akibat Bakteri Patogen, http://www2.pom.go. id/public/siker/desc/produk/racunbakpatogen.pdf. Diakses pada 15 Mei 2016, pukul 10.00 WITA.
Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Depkes RI, Jakarta.

Dwyana, Z., 2013, Deteksi Mikroba Pangan, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Hasanuddin, Makassar.

Fardiaz Srikandi, 1993, Analisis Mikrobiologi Pangan, PT Raja Grafinda Persada, Jakarta.
Siagian, A., 2002, Mikroba Patogen pada Makanan dan Sumber Pencemarannya, http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-albiner3.pdf. Diakses pada 15 Mei 2016, pukul 13.00 WITA.
Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. Universitas Muhamadiyah Malang.  Malang

MAKALAH FISIOLOGI HEWAN I ANEMIA, ERITROBLASTOSIS FETALIS, HEMOSTATIS DAN KOAGULASI

MAKALAH

FISIOLOGI HEWAN 1

 

                                     

                                     

 

ANEMIA, ERITROBLASTOSIS FETALIS, HEMOSTATIS DAN KOAGULASI

 

 

 

 

 

ARBIANUS SEMBA                                   H411 13 339

REINILDIS REGINA                                 H411 13 340

ASTRID SAFIRA IDHAM                         H411 13 341

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015

KATA PENGANTAR

 

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas bimbingan-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah Fisiologi Hewan 1  ini. Makalah ini merupakan tugas kelompok yang akan dipresentasikan.

Makalah ini masih banyak mengandung kelemahan dan kekurangan. Oleh sebab itu kritik dan saran dari para pembaca kami harapkan untuk menyempurnakan makalah ini sehingga mencapaai tujuan.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi penulis.

 

 

Makassar,     Maret 2015

 

 

 

Penulis

 

 

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang  berfungsi mengirimkaan zat-zat dan  oksigen  yang  dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus ataubakteri. Istilah medis  yang  berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau hemato- yangberasal dari bahasa Yunani, haima yang berarti darah. Dalam sistem peredaran darah juga ditemukan berbagai peristiwa yang terjadi. Seperti anemia, koagulasi, hemostatis dan lain sebagainya.

Permasalahan mengenai gejala-gejala yang terjadi dalam peredaran darah seperti masalah anemia, koagulasi, eritroblastosis fetalis, hemostatis akan di bahas dalam makalah ini yang juga sebagai tugas memenuhi perkuliahan Fisiologi Hewan 1.

I.2 RUMUSAN MASALAH

Dalam makalah ini penulis merumuskan berbagai masalah yang akan di bahas antara lain

  1. Apakah yang diamaksud dengan anemia, hemoststis dan koagulasi?
  2. Bagaimana kalasifikasi atau pembagian macam-macam anemia?
  3. Bagaimana dengan macam-macam anemia hemolitik?
  4. Apa yang dimaksud dengan eritroblastosis fetalis?
  5. Apa yang dimaksud dengan koagulasi?
  6. Apa faktor-faktor yang terlibat dalam koagulasi?

I.3 TUJUAN

Penulisan makalah ini bertujuan untuk:

  1. Mengetahui anemia, hemoststis dan koagulasi
  2. Mengetahui macam-macam anemia
  3. Mengetahui macam-macam anemia hemolitik
  4. Mengetahui eritroblastosis fetalis
  5. Menegetahui koagulasi
  6. Mengetahu faktor-faktor yang terlibat dalam koagulasi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

II.1 ANEMIA

Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh. Berikut pengertian anemia yang lainnya diantaranya :

  1. Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, eleman tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya.
  2. Anemia definisi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral FE sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit.

Anemia secara umum adalah turunnya kadar sel darah merah atau hemoglobin dalam darah. Anemia dapat diketahuui dengan adanya pemerisaan darah lengkap laboratorium.

  1. Nilai Hb normal (WHO.2008)

 

  1. a)      Pria              : 13.8 – 17.2 gram/dl
  2. b)      Wanita         : 12.1 – 15.1 gram/dl
  3. Nilai Hb anemia (WHO.2008)

 

  1. a)      Pria              : <13.8 – 17.2 gram/dl
  2. b)      Wanita         : <12.1 – 15.1 gram/dl

 

  1. 2 PENYEBAB ANEMIA

Penyebab umum dari Anemia:

  1. Kehilangan darah atau perdarahan hebat seperti perdarahan  akut (mendadak),  kecelakaan, pembedahan, persalinan, pecah pembuluh darah, perdarahan kronik (menahun), perdarahan menstruasiyang sangat banyak, serta hemofilia.
  2. Berkurangnya pembentukan sel darah merah  seperti defesiensi zat besi,defesiensi vitamin B12, defesiensi asam folat,dan penyakit kronik.
  3. Gangguan produksi sel darah merah seperti ketidaksanggupan sumsum tulang belakang membentuk sel- sel darah.

II.3 MACAM-MACAM ANEMIA

Ada 2 penggolongan Anemia yaitu:

  1. Berdasarkan Morfologinya

A . Anemia Mikrositik Hipokrom 

Anemia mikrositik hipokrom atau anemia defisiensi zat besi  adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin (protein pengangkut oksigen) dalam sel darah berada dibawah normal, yang disebabkan karena kekurangan zat besi. Terdapatnya zat Fe dalam darah baru diketahui setelah penelitian oleh Lemery dan Goeffy (1713), kemudian Pierre Blaud (1831) mendapatkan bahwa FeSO4 dan K2CO3 dapat memperbaiki keadaan krorosis, anemia akibat defisiensi Fe.

Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia di dunia. Khususnya terjadi pada wanita usia subur, sekunder karena kehilangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi selama hamil. Penyebab lain defisiensi besi adalah:

  1. Asupan besi yang tidak cukup misalnya pada bayi yang diberi makan susu belaka sampai usia antara 12-24 bulan dan pada individu tertentu yang hanya memakan sayur- sayuran saja
  2. Gangguan absorpsi seperti setelah gastrektomi.
  3. Kehilangan darah yang menetap seperti pada perdarahan saluran cerna yang lambat karena polip, neoplasma, gastritis varises esophagus, makan aspirin dan hemoroid.

Anemia karena kekurangan zat besi biasanya terjadi secara bertahap, melalui beberapa stadium, gejalanya baru timbul pada stadium lanjut.

  1. Stadium 1. Kehilangan zat besi melebihi asupannya, sehingga menghabiskan cadangan dalam tubuh, terutama di sumsum tulang. Kadar ferritin (protein yang menampung zat besi) dalam darah berkurang secara progresif.
  2. Stadium 2. Cadangan besi yang telah berkurang tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk pembentukan se darah merah, sehingga sel darah merah yang

dihasilkan jumlahnya lebih sedikit.

  1. Stadium 3.Mulai terjadi Padaawal stadium ini, sel darah merah tampak normal, tetapi jumlahnya lebih sedikit.Kadar hemoglogin dan hematokrit menurun.
  2. Stadium 4. Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan zat besi dengan mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan sel darah merah dengan ukuran yang sangat kecil (mikrositik), yang khas untuk anemia karena kekurangan zat besi.
  3. Stadium 5. Dengan semakin memburuknya kekurangan zat besi dan anemia, maka akan timbul gejala-gejala karena kekurangan zat besi dan gejala-gejala karena anemia semakin memburuk.

Anemia pada akhirnya menyebabkan kelelahan, sesak nafas, kurang tenaga dan gejala lainnya. Kekurangan zat besi ini memiliki gejala sendiri, yaitu:

  • Pika adalah suatu keinginan memakan zat yang bukan makanan seperti es batu, kotoran atau kanji
  • Glositis atau iritasi lidah
  • Keilosis atau bibir pecah-pecah
  • Koilonikia atau kuku jari tangan pecah-pecah dan bentuknya seperti sendok.

 

  1. Anemia Makrositik

1). Defeisiensi Vitamin B12

Anemia karena kekurangan Vitamin B12 (anemia pernisiosa) adalah anemia megaloblastik yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12. Selain zat besi, sumsum tulang memerlukan vitamin B12 dan asam folat untuk menghasilkan sel darah merah. Jika kekurangan salah satu darinya, bisa terjadi anemia megaloblastik.

Pada anemia jenis ini, sumsum tulang menghasilkan sel darah merah yang besar dan abnormal (megaloblas). Sel darah putih dan trombosit juga biasanya abnormal. Anemia megaloblastik paling sering disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 dan asam folat dalam makanan atau ketidakmampuan untuk menyerap vitamin tersebut. Kadang anemia ini disebabkan oleh obat-obat tertentu yang digunakan untuk mengobati kanker (misalnya metotreksat, hidroksiurea, fluorourasil dan sitarabin).

Penyerapan yang tidak adekuat dari vitamin B12 (kobalamin) menyebabkan anemia pernisiosa. Vitamin B12 banyak terdapat di dalam daging dan dalam keadaan normal telah diserap di bagian akhir usus halus yang menuju ke usus besar (ilium). Supaya dapat diserap, vitamin B12 harus bergabung dengan faktor intrinsik (suatu protein yang dibuat di lambung), yang kemudian mengangkut vitamin ini ke ilium, menembus dindingnya dan masuk ke dalam aliran darah. Tanpa faktor intrinsik, vitamin B12 akan tetap berada dalam usus dan dibuang melalui tinja.

Pada anemia pernisiosa, lambung tidak dapat membentuk faktor intrinsik, sehingga vitamin B12 tidak dapat diserap dan terjadilah anemia, meskipun sejumlah besar vitamin dikonsumsi dalam makanan sehari-hari. Tetapi karena hati menyimpan sejumlah besar vitamin B12, maka anemia biasanya tidak akan muncul sampai sekitar 2-4 tahun setelah tubuh berhenti menyerap vitamin B12. Selain karena kekurangan faktor intrinsik, penyebab lainnya dari kekurangan vitamin B12 adalah:

  • pertumbuhan bakteri abnormal dalam usus halus yang menghalangi penyerapan vitamin B12
  • penyakit tertentu (misalnya penyakit Crohn)
  • pengangkatan lambung atau sebagian dari usus halus dimana vitamin B12 diserap

Selain mengurangai pembentukan sel darah merah, kekurangan vitamin B12 juga mempengaruhi sistem saraf dan menyebabkan:

  • kesemutan di tangan dan kaki
  • hilangnya rasa di tungkai, kaki dan tangan
  • pergerakan yang kaku.

Gejala lainnya adalah:

  • buta warna tertentu, termasuk warna kuning dan biru
  • luka terbuka di lidah atau lidah seperti terbakar
  • penurunan berat badan
  • warna kulit menjadi lebih gelap
  • linglung
  • depresi
  • penurunan fungsi intelektual.

2). Defisiensi Asam Folat

Anemia defisiensi Asam Folat adalah anemia yang terjadi karena tubuh kekurangan asam folat. Asam folat dan vitamin B12 adalah zat yang berhubungan dengan unsur makanan yang sangat diperlukan bagi tubuh. Peran utama dari asam folat dan vitamin B12 ialah dalam metabolisme intraselular. Bila kedua zat tersebut mengalami defisiensi, akan menghasilkan tidak sempurnanya sintesa DNA. Hematopoiesis sangat sensitif pada defisiensi vitamin tersebut, dan gejala awal ialah anemia megaloblastik.

Kekurangan asam folat akan mengakibatkan anemia megaloblastik. Asam folat merupakan bahan esensial untuk sintesis DNA dan RNA, yang penting sekali untuk metabolisms inti sel. DNA diperlukan untuk mitosis sedangkan RNA digunakan untuk pematangan sel. JadI bila ter­dapat kekurangan asam folat, banyak sel yang antri untuk memperoleh DNA agar dapat membelah. Tampak eritropoesis meningkat sampai 3 kali normal. 6

Jumlah asam folat di dalam tubuh 6-10 mg (4-6 mg terdapat dalam hati), sedangkan kebutuhan setiap hari hanya kira-kira 50µg. Sumber asam folat dalam makanan ialah hati, ginjal, sayur-mayur hijau dan ragi. Hampir semua susu mempunyai kadar asam folat yang rendah. Susu kambing mempunyai kadar asam folat dan vitamin B12 yang rendah.6

Absorbsi dari asam folat terutama terjadi di usus halus bagian proksimal dan tidak tergantung pada factor instrinsik seperti pada vitamin B12. Defisiensi asam folat lebih umum terjadi dibandingkan dengan defisiensi B12 (kobalamin). Asam folat lebih cepat disimpan dan dihancurkan jika dibandingkan dengan kobalamin, tanpa diet yang tepat akan terjadi anemia megaloblastik.

  1. Normositik Normokron

Anemia normokromik normositik dapat disebabkan berbagai keadaan. Pada perdarahan akut dan hemolisis, sumsum tulang akan bereaksi maksimal dengan meningkatkan produksi sel darah merah dan eritrosit muda. Dalam bentuk lain anemia normokromik normositik, respon sumsum tulang malah berkurang disebabkan penyakit sumsum tulang intrinsik, kekurangan ion besi atau inadequat efek eritropoetin

Anemia normositik juga merupakan perdarahan yang banyak saat trauma baik di dalam maupun di luar tubuh akan menyebabkan anemia dalam waktu yang relatif singkat. Perdarahan dalam jumlah banyak biasanya terjadi pada maag khronis yang menyebabkan perlukaan pada dinding lambung. Serta pada wanita yang sedang mengalami menstruasi dan post partus.

  1. Berdasarkan beratnya :
  2. Anemia aplastik

Adalah anemia yang disebabkan oleh ketidaksanggupan sum sum tulang belakang membentuk sel darah merah. Sehingga sel darah merah dalam tubuh berkurang.

  1. Anemia Hemolitik

Adalah anemia yang disebabkan oleh proses hemolisis, yaitu pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya.

II.4 ANEMIA HEMOLITIK

Penyakit anemia hemolitik adalah salah satu jenis penyakit kekurangan darah yang disebabkan oleh meningkatnya proses penghancuran sel darah merah dalam tubuh. Apabila dibiarkan tentu keadaan seperti ini akan berdampak buruk pada penderita. Pada kondisi normal, sel darah merah akan bertahan dalam waktu 120 hari, namun pada penderita anemia hemolitik penghancuran sel darah merah terjadi lebih cepat. Hal ini akan menyebabkan penurunan sel darah merah, yang bersifat sementara atau secara terus menerus.

Gejala anemia hemolitik hampir sama dengan anemia yang lain. Kadang-kadang gejala hemolisis terjadi secara tiba-tiba, terasa sangat berat dan menyebabkan krisis hemolitik, yang ditandai dengan:

  • Menggigil
  • Demam
  • Perasaan melayang
  • Nyeri punggung dan nyeri lambung
  • Penurunan tekanan darah.
  • Sakit kuning (jaundice) dan air kemih yang berwarna gelap bisa terjadi karena bagian dari sel darah merah yang hancur masuk ke dalam darah.
  • Limpa membesar karena menyaring sejumlah besar sel darah merah yang hancur, sehingga sering menyebabkan nyeri perut.

Penyakit anemia sering terjadi akibat dari sumsum tulang tidak mampu mengatasi akibat dari usia sel darah merah yang pendek, atau bisa juga terjadi akibat gangguan dari beberapa faktor. Sumsum tulang akan berusaha mengganti dan mempercepat pembentukan sel darah merah, dan apabila keadaan tersebut terjadi terus menerus akan menyebabkan anemia hemolitik. Terjadinya seseorang yang menderita penyakit anemia hemolitik yaitu akibat dari adanya beberapa faktor yang menjadi pemicunya, seperti :

  • Adanya kelainan pada sel darah merah pada tubuh (seperti adanya kelainan kelainan pada kandungan hemoglobin, kelainan pada fungsi sel darah merah, dll).
  • Ada penyakit tertentu (seperti penyakit kanker tertentu terutama limfoma atau lupus eritematosus sistemik).
  • Konsumsi obat-obatan tertentu (seperti dapson, metildopa, hingga golongan sulfa).
  • Terjadi sumbatan pada pembuluh darah.
  • Terjadi pembesaran pada limpa.
  • Sistem kekebalan yang menghancurkan reaksi autoimun

Pada dasarnya anemia hemolitik dapat dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu :

  1. Anemia hemolitik karena faktor didalam eritrosit sendiri (intrakorpuskuler), yang sebagian besar bersifat herediter-familier.
  2. Anemia hemolitik karena faktor diluar eritrosit (ekstrakorpuskuler), yang sebagian besar bersifat didapat (acquired).

Di klinik, khususnya penyakit dalam, anemia hemolitik yang paling banyak dijumpai adalah anemia hemolitik autoimun. Agaknya, anemia hemolitik herediter-familier hanya sebagian kecil yang dapat mencapai usia dewasa, sehingga lebih banyak dijumpai di bagian anak.

  1. 5 ERITROBLASTOSIS FETALIS

Eritroblastosis fetalis atau dalam  adalah suatu kelainan berupa hemolisis (pecahnya sel darah merah) pada janin yang akan nampak pada bayi yang baru lahir karena perbedaan golongan darah dengan ibunya. Perbedaan faktor golongan darah ini akan mengakibatkan terbentuknya sistem imun (antibodi) ibu sebagai respon terhadap sel darah bayi yang mengadung suatu antigen. Eritroblastosis fetalis biasanya terjadi apabila bayi bergolongan darah rhesus positif sedangkan ibu bergolongan darah rhesus negatif.

 

  1. Golongan Darah Rhesus

Sistem rhesus membedakan darah menjadi dua golongan, yaitu golongan darah rhesus positif yang mengandung antigen rhesus dan golongan darah rhesus negatif yang tidak mengandung antigen rhesus. Apabila antigen rhesus pada darah rhesus positif masuk ke dalam sirkulasi darah rhesus negatif, maka tubuh orang rhesus negatif akan membentuk antibodi untuk melawan antigen dari darah rhesus positif tadi. Antibodi adalah suatu protein yang berfungsi menyerang dan menghancurkan sel-sel yang dianggap benda asing atau membawa benda asing atau membawa benda asing (antigen). Contohnya adalah, apabila ada donor darah dari darah rhesus positif yang diberikan kepada resipien yang berdarah rhesus negatif, maka pada tubuh resipien akan mengalami pembekuan darah. Hal ini tidak membantu, tapi justru merugikan resipien karena ginjalnya akan bekerja lebih keras membersihkan darah yang membeku.

Hal sebaliknya tidak terjadi apabila darah rhesus negatif didonorkan pada resipien berdarah rhesus positif; tidak terjadi pembekuan darah karena darah dari donor tidak mengadung antigen

  1. Eritroblastosis Fetalis

Eritroblastosis fetalis terjadi apabila seorang laki-laki yang bergolongan darah rhesus positif menikah dengan wanita yang bergolongan darah rhesus negatif, maka anak mereka kemungkinan besar bergolongan darah rhesus positif karena faktor rhesus bersifat dominan secera genetika.

Kasus Eritroblastosis fetalis biasanya terjadi pada kehamilan anak kedua dan seterusnya jika semua anak rhesusnya positif. Pada kehamilan pertama darah janin tidak banyak yang masuk ke dalam sirkulasi darah ibu sehingga tidak terbentuk antibodi pada tubuh ibu, baru pada saat melahirkan darah janin banyak masuk ke sistem sirkulasi darah ibu. Terbentuknya antibodi setelahnya tidak berpengaruh karena bayi sudah terlahir.

Pada kehamilan berikutnya janin dalam keadaan yang lebih berbahaya karena antibodi ibu yang terbentuk setelah proses kelahiran sebelumnya menyerang sel darah janin yang mengadung antigen. Akibatnya sel-sel darah janin mengalami hemolisis (pecah) hebat. Hemolisis menyebabkan bayi mengalami anemia. Tubuh bayi akan merespon kekurangan sel darah merah ini dengan melepaskan sel darah merah yang masih muda yang disebut eritroblas ke dalam sirkulasi darahnya (makanya disebut eritroblastosis fetalisfetal = fetus = janin).

  1. Hubungannya dengan Eritroblastosis Fetalis

Orang Asia pada umumnya bergolongan darah rhesus positif, di Indonesia hanya 0,5 % saja yg bergolongan darah rhesus negatif. Berbeda dengan orang bule (Amerika, Eropa, dan Australia) yang lebih banyak bergolongan darah rhesus negatif (15%-18%).

Jadi apabila laki-laki Indonesia yang mayoritas rhesus positif menikah dengan wanita bule yang kemungkinan rhesus negatif, anaknya beresiko mengalami eritroblastosis fetalis.

  1. Cara Meminimalisasi Eritroblastosis Fetalis

Apabila diketahui ayah bergolongan rhesus positif dan ibu rhesus negatif, sebaiknya dilakukan pemantauan berkala antibodi yang terbentuk dalam darah ibu. Bila memungkinkan dapat dilakukan amniosintesis atau pengambilan darah janin dari umbilical cord sehingga golongan darah janin dapat diketahui. Apabila ada tanda bahaya dan kehamilan telah berusia 32-34 minggu hendaknya kehamilan segera diakhiri dengan segera melakukan kelahiran.

  1. 6 HEMOSTASIS DAN KOAGULASI
  2. Pengertian Hemostasis

Hemostasis berasal dari kata haima (darah) dan stasis (berhenti), merupakan proses yang amat kompleks, berlangsung terus menerus dalam mencegah kehilangan darah secara spontan, serta menghentikan pendarahan akibat adanya kerusakan sistem pembuluh darah. Proses ini mencakup pembekuan darah (koagulasi) dan melibatkan pembuluh darah, agregasi trombosit  (platelet) sel.

Pada hemostasis primer terjadi vasokonstriksi inisial pada pembuluh darah yang cedera sehingga aliran darah di sebelah distal cedera terganggu. Vasokonstriksi merupakan respon segera terhadap cedera, yang diikuti dengan adhesi trombosit pada kolagen pada dinding pembuluh yang terpajan dengan cedera dengan perantara faktor von Willbrand. Trombosit yang teraktivasi menyebabkan reseptor trombosit Gp IIb/IIIa siap menerima ligan fibrinogen dan terjadi agregasi trombosit dan membentuk plak trombosit yang menutup luka/truma . Proses ini kemudian diikuti proses hemostasis sekunder yang ditandai dengan aktivasi koagulasi melalui jalur intrinsik dan jalur ekstrinsik. 

  1. Faktor Pembekuan Darah

Di awal abad 20, Howell mengatakan bahwa ada 4 faktor penggumpal darah, yaitu tromboblastin, protrombin, Ca 2+  dan fibrinogen. Dewasa ini telah diketahui paling tidak ada 12 faktor yang diperlukan dalam penggumpalan darah, seperti yang tampak pada table berikut ini.

Faktor Nama
I

II

III

IV

V

VII

VIII

IX

IX

X

XII

XIII

Fibrinogen

Protrombin

Tromboplastin ( faktor jaringan)

Ca2+

Proakselerin = globulin akselerator (Ac-glob)

Prokonvertin

Faktor antihemofilia, globulin antihemofilia (AHG)

Komponen Tromboplastin plasma (faktor christmas)

Faktor stuart-power

Anteseden tromboplastin plasma (PTA)

Faktor hageman

Faktor Laki-Lorand

Tabel 1.1 faktor pembekuan darah.

Faktor I

Fibrinogen: sebuah faktor koagulasi yang tinggi berat molekul protein plasma dan diubah menjadi fibrin melalui aksi trombin. Kekurangan faktor ini dapat menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah afibrinogenemia atau hypofibrinogenemia.

Faktor II

Prothrombin: sebuah faktor koagulasi yang merupakan protein plasma dan diubah menjadi bentuk aktif trombin (faktor IIa) oleh pembelahan dengan mengaktifkan faktor X (Xa) di jalur umum dari pembekuan. Fibrinogen trombin kemudian memotong ke bentuk aktif fibrin. Kekurangan faktor menyebabkan hypoprothrombinemia.

Faktor III

Jaringan Tromboplastin: koagulasi faktor yang berasal dari beberapa sumber yang berbeda dalam tubuh, seperti otak dan paru-paru; Jaringan Tromboplastin penting dalam pembentukan prothrombin ekstrinsik yang mengkonversi prinsip di Jalur koagulasi ekstrinsik. Disebut juga faktor jaringan.

Faktor IV

Kalsium: sebuah faktor koagulasi diperlukan dalam berbagai fase pembekuan darah.

Faktor V

Proaccelerin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan panas, yang hadir dalam plasma, tetapi tidak dalam serum, dan fungsi baik di intrinsik dan ekstrinsik koagulasi jalur. Proaccelerin mengkatalisis pembelahan prothrombin trombin yang aktif. Kekurangan faktor ini, sifat resesif autosomal, mengarah pada kecenderungan berdarah yang langka yang disebut parahemophilia, dengan berbagai derajat keparahan. Disebut juga akselerator globulin.

Faktor VI

Sebuah faktor koagulasi sebelumnya dianggap suatu bentuk aktif faktor V, tetapi tidak lagi dianggap dalam skema hemostasis.

 

Faktor VII

Proconvertin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabildan panas dan berpartisipasi dalam Jalur koagulasi ekstrinsik. Hal ini diaktifkan oleh kontak dengan kalsium, dan bersama dengan mengaktifkan faktor III itu faktor X. Defisiensi faktor Proconvertin, yang mungkin herediter (autosomal resesif) atau diperoleh (yang berhubungan dengan kekurangan vitamin K), hasil dalam kecenderungan perdarahan. Disebut juga serum prothrombin konversi faktor akselerator dan stabil.

Faktor VIII

Antihemophilic faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan berpartisipasi dalam jalur intrinsik dari koagulasi, bertindak (dalam konser dengan faktor von Willebrand) sebagai kofaktor dalam aktivasi faktor X. Defisiensi, sebuah resesif terkait-X sifat, penyebab hemofilia A. Disebut juga antihemophilic globulin dan faktor antihemophilic A.

Faktor IX

Tromboplastin Plasma komponen, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan terlibat dalam jalur intrinsik dari pembekuan. Setelah aktivasi, diaktifkan Defisiensi faktor X. hasil di hemofilia B. Disebut juga faktor Natal dan faktor antihemophilic B.

Faktor X

Stuart faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan berpartisipasi dalam baik intrinsik dan ekstrinsik jalur koagulasi, menyatukan mereka untuk memulai jalur umum dari pembekuan. Setelah diaktifkan, membentuk kompleks dengan kalsium, fosfolipid, dan faktor V, yang disebut prothrombinase; hal ini dapat membelah dan mengaktifkan prothrombin untuk trombin. Kekurangan faktor ini dapat menyebabkan gangguan koagulasi sistemik. Disebut juga Prower Stuart-faktor. Bentuk yang diaktifkan disebut juga thrombokinase.

Faktor XI

Tromboplastin plasma yg di atas, faktor koagulasi yang stabil yang terlibat dalam jalur intrinsik dari koagulasi; sekali diaktifkan, itu mengaktifkan faktor IX. Lihat juga kekurangan faktor XI. Disebut juga faktor antihemophilic C.

Faktor XII

Hageman faktor: faktor koagulasi yang stabil yang diaktifkan oleh kontak dengan kaca atau permukaan asing lainnya dan memulai jalur intrinsik dari koagulasi dengan mengaktifkan faktor XI. Kekurangan faktor ini menghasilkan kecenderungan trombosis.

Faktor XIII

Fibrin-faktor yang menstabilkan, sebuah faktor koagulasi yang merubah fibrin monomer untuk polimer sehingga mereka menjadi stabil dan tidak larut dalam urea, fibrin yang memungkinkan untuk membentuk pembekuan darah. Kekurangan faktor ini memberikan kecenderungan seseorang hemorrhagic. Disebut juga fibrinase dan protransglutaminase. Bentuk yang diaktifkan juga disebut transglutaminase.

 

  1. PROSES PEMBEKUAN DARAH

Proses pembekuan darah disebut juga dengan hemostasis. Pada hemostasis terjadi vasokonstriksi inisial pada pembuluh darah yang cedera sehingga aliran darah di sebelah distal cedera terganggu. Kemudian hemostasis dan thrombosis memiliki 3 fase yang sama:

  1. Pembekuan agregat trombosit yang longgar dan sementara pada tempat luka. Trombosit akan mengikat kolagen pada tempat luka pembuluh darah dan diaktifkan oleh thrombin yang terbentuk dalam kaskade pristiwa koagulasi pada tempat yang sama, atau oleh ADP yang dilepaskan trombosit aktif lainnya
  2. Pembentukan jarring fibrin yang terikat dengan agregat trombosit sehingga terbentuk sumbat hemostatik atau trombos yang lebih stabil.
  3. Pelarutan parsial atau total agregat hemostatik atau trombos oleh plasmin

Proses yang mengawali pembentukan bekuan fibrin sebagai respons terhadap cedera jaringan dilaksanakan oleh lintasan ekstrinsik. Lintasan intrinsic pengaktifannya berhubungan dengan suatu permukaan yang bermuatan negative. Lintasan intrinsic dan ekstrinsik menyatu dalam sebuah lintasan terkahir yang sama yang melibatkan pengaktifan protrombin menjadi thrombin dan pemecahan fibrinogen yang dikatalis thrombin untuk membentuk fibrin. Pada pristiwa diatas melibatkan macam jenis protein yaitu dapat diklasifikaskan sebagai berikut:

  1. Zimogen protease yang bergantung pada serin dan diaktifkan pada proses koagulasi
  2. Kofaktor
  3. Fibrinogen
  4. Transglutaminase yang menstabilkan bekuan fibrin
  5. Protein pengatur dan sejumla protein lainnya

1). Lintasan intrinsic

Lintasan intinsik melibatkan factor XII, XI, IX, VIII dan X di samping prekalikrein, kininogen dengan berat molekul tinggi, ion Ca2+ dan fosfolipid trombosit. Lintasan ini membentuk factor Xa (aktif). Lintasan ini dimulai dengan “fase kontak” dengan prekalikrein, kininogen dengan berat molekul tinggi, factor XII dan XI terpajan pada permukaan pengaktif yang bermuatan negative. Secara in vivo, kemungkinan protein tersebut teraktif pada permukaan sel endotel. Kalau komponen dalam fase kontak terakit pada permukaan pengaktif, factor XII akan diaktifkan menjadi factor XIIa pada saat proteolisis oleh kalikrein. Factor XIIa ini akan menyerang prekalikrein untuk menghasilkan lebih banyak kalikrein lagi dengan menimbulkan aktivasi timbale balik. Begitu terbentuk, factor XIIa mengaktifkan factor XI menjadi XIa, dan juga melepaskan bradikinin (vasodilator) dari kininogen dengan berat molekul tinggi.

Faktor XIa dengan adanya ion Ca2+ mengaktifkan factor IX, menjadi enzim serin protease, yaitu factor IXa. Factor ini selanjutnya memutuskan ikatan Arg-Ile dalam factor X untuk menghasilkan serin protease 2-rantai, yaitu factor Xa. Reaksi yang belakangan ini memerlukan perakitan komponen, yang dinamakan kompleks tenase, pada permukaan trombosit aktif, yakni: Ca2+ dan factor IXa dan factor X. Perlu kita perhatikan bahwa dalam semua reaksi yang melibatkan zimogen yang mengandung Gla (factor II, VII, IX dan X), residu Gla dalam region terminal amino pada molekul tersebut berfungsi sebagai tempat pengikatan berafinitas tinggi untuk Ca2+. Bagi perakitan kompleks tenase, trombosit pertama-tama harus diaktifkan untuk membuka fosfolipid asidik (anionic). Fosfatidil serin dan fosfatoidil inositol yang normalnya terdapat pada sisi keadaan tidak bekerja. Factor VIII, suatu glikoprotein, bukan merupakan precursor protease, tetapi kofaktor yang berfungsi sebagai resepto untuk factor IXa dan X pada permukaan trombosit. Factor VIII diaktifkan oleh thrombin dengan jumlah yang sangat kecil hingga terbentuk factor VIIIa, yang selanjutnya diinaktifkan oleh thrombin dalam proses pemecahan lebih lanjut.

2). Lintasan Ekstrinsik

Lintasan ekstrinsik melibatkan factor jaringan, factor VII,X serta Ca2+ dan menghasilkan factor Xa. Produksi factor Xa dimulai pada tempat cedera jaringan dengan ekspresi factor jaringan pada sel endotel. Factor jaringan berinteraksi dengan factor VII dan mengaktifkannya; factor VII merupakan glikoprotein yang mengandung Gla, beredar dalam darah dan disintesis di hati. Factor jaringan bekerja sebagai kofaktor untuk factor VIIa dengan menggalakkan aktivitas enzimatik untuk mengaktifkan factor X. factor VII memutuskan ikatan Arg-Ile yang sama dalam factor X yang dipotong oleh kompleks tenase pada lintasan intrinsic. Aktivasi factor X menciptakan hubungan yang penting antara lintasan intrinsic dan ekstrinsik.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

III.1 KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah :

  1. Anemia(dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal.
  2. Macam-macam anemia adalah
  3. Anemia Mikrositik Hipokrom
  4. Anemia Makrositik
  5. Normositik Normokrom
  6. a. Anemia hemolitik karena faktor didalam eritrosit sendiri (intrakorpuskuler), yang sebagian besar bersifat herediter-familier.
  7. Anemia hemolitik karena faktor diluar eritrosit (ekstrakorpuskuler), yang sebagian besar bersifat didapat (acquired).
  8. Eritroblastosis fetalis atau dalam  adalah suatu kelainan berupa hemolisis (pecahnya sel darah merah) pada janin yang akan nampak pada bayi yang baru lahir karena perbedaan golongan darah dengan ibunya
  9. Hemostasis berasal dari kata haima (darah) dan stasis (berhenti), merupakan proses yang amat kompleks, berlangsung terus menerus dalam mencegah kehilangan darah secara spontan, serta menghentikan pendarahan akibat adanya kerusakan sistem pembuluh darah.

III.2 SARAN

Demikianlah makalah yang telah kami susun mengenai anemia, yang

meliputi berbagai macam klasifikasinya.demi kesempurnaan makalah ini kami harapkan kritikan serta saran yang membangun. Saran dari penulis kami harapkan agar pembaca dapat memaknai makalah ini. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Arif Mansjoer. dkk, 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta, Media Aes Cv Lapius FKUI.

 

Anonim, 2012. Anemia. http://putrysumba.blogspot.com. Diakses pada tanggal 13 Maret 2015. Makassar

Isselbacher. Kurt J.2000. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 3. Jakarta:EGC.

 

Kumar, Vinary. dkk. 2007. Buku Ajar Patologis Ed 7. Jakarta. EGC

 

Marlyn E. Doenges, 2001. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC.

 

Sacher, Ronald A. dkk. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium Edisi 11. Jakarta:EGC.

 

Setiabudy, Rahajuningsih D. 2009. Hemostasis dan Trombosis Edisi Keempat. Jakarta:Balai Penerbit FKUI.

 

 

 

MAKALAH TENTANG LIPID

MAKALAH

FISIOLOOGI TUMBUHAN II B

LIPID”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 9 :

ASTRID SAFIRA IDHAM (H41113341)

DEWINTA NUR. A (H41113505)

ALFIYAH MUTHMAINNAH (H41113329)

NUR AFIYAH SULAIMAN (H41113504 )

REINILDIS REGINA. H (H41113340)

KHAERUNNISA (H41113342)

TIRZA FEBRIANY SOPACUA (H41113335)

 

 

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015

BAB I

PENDAHULUAN

 

I.1    Latar Belakang

Lipid didefinisikan sebagai senyawa yang tidak larut dalam air yang diekstraksi dari makhuk hidup dengan menggunakan pelarut non polar, istilah lipid mencakup golongan senyawa dengan keanekaragaman struktur, definisi di atas berdasarkan sifat fisik yang berlawanan dengan definisi protein, karbohidrat maupun asam nukleat yang berdasarkan struktur kimianya.

Lemak memiliki sifat-sifat yang khas yaitu tidak larut atau sedikit larut dalam air dan dapat diekstrasi dengan pelarut non-polar seperti chloroform, eter, benzene, heksana, aseton dan alcohol panas. Lemak mempunyai banyak fungsi biologis yang sangat menunjang kehidupan organisme, antara lai berperan dalam transport aktif sel, penyusun membrane sel, sebagai cadangan energi dan isolator panas, sebagai pelarut vitamin A, D, E, dan K. Lemak dapat mengalami reaksi hidrolisis, ketengikan, hidrogenasi, penyabunan dan lain-lain.

 

I.2 Rumusan Masalah

  1. Apa yang dimaksud dengan lipid ?
  2. Apa yang dimaksud dengan Asam lemak dan bagaimana sintesis Asam lemak ?
  3. Apa fungsi Asam Lemak dan Lipida ?

 

I.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah :

  1. Menjelaskan Pengertian  Lipida
  2. Menjelaskan Asam Lemak dan Sintesis Asam Lemak
  3. Mengetahui Fungsi Asam Lemak dan Lipida

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

II.1  Pengertian Lipida

Struktur beberapa lipid umum. Di bagian atas adalah asam oleat dan kolesterol.Struktur bagian tengah adalah trigliserida yang terdiri dari rantai oleoil, stearoil, dan palmitoil yang melekat pada kerangka gliserol. Di bagian bawah adalah fosfolipid yang umum, fosfatidilkolina.

Lipid mengacu pada golongan senyawa hidrokarbon alifatik nonpolar dan hidrofobik. Karena nonpolar, lipid tidak larut dalam pelarut polar seperti air, tetapi larut dalam pelarut nonpolar, seperti alkohol, eter atau kloroform. Fungsi biologis terpenting lipid di antaranya untuk menyimpan energi, sebagai komponen struktural membran sel, dan sebagai pensinyalan molekul.

Lipid adalah senyawa organik yang diperoleh dari proses dehidrogenasi endotermal rangkaian hidrokarbon. Lipid bersifat amfifilik, artinya lipid mampu membentuk struktur seperti vesikel, liposom, atau membran lain dalam lingkungan basah. Lipid biologis seluruhnya atau sebagiannya berasal dari dua jenis subsatuan atau “blok bangunan” biokimia: gugus ketoasil dan gugus isoprena. Dengan menggunakan pendekatan ini, lipid dapat dibagi ke dalam delapan kategori:asil lemak, gliserolipid, gliserofosfolipid, sfingolipid, sakarolipid, dan poliketida (diturunkan dari kondensasi subsatuan ketoasil); serta lipid sterol dan lipid prenol (diturunkan dari kondensasi subsatuan isoprena).

Meskipun istilah lipid kadang-kadang digunakan sebagai sinonim dari lemak. Lipid juga meliputi molekul-molekul seperti asam lemak dan turunan-turunannya (termasuk tri-, di-, dan monogliserida dan fosfolipid, juga metabolit yang mengandung sterol, seperti kolesterol Meskipun manusia dan mamalia memiliki metabolisme untuk memecah dan membentuk lipid, beberapa lipid tidak dapat dihasilkan melalui cara ini dan harus diperoleh melalui makanan.

  1. Kategori lipid
  2. Asam lemak

Asam lemak atau asil lemak ialah istilah umum yang digunakan untuk menjabarkan bermacam-ragam molekul-molekul yang disintesis dari polimerisasi asetil-KoA dengan gugus malonil-KoA atau metilmalonil-KoA di dalam sebuah proses yang disebut sintesis asam lemak.

Asam lemak terdiri dari rantai hidrokarbon yang berakhiran dengan gugus asam karboksilat; penyusunan ini memberikan molekul ujung yang polar dan hidrofilik, dan ujung yang nonpolar dan hidrofobik yang tidak larut di dalam air. Struktur asam lemak merupakan salah satu kategori paling mendasar dari biolipid biologis dan dipakai sebagai blok bangunan dari lipid dengan struktur yang lebih kompleks. Rantai karbon, biasanya antara empat sampai 24 panjang karbon, baik yang jenuh ataupun tak jenuh dan dapat dilekatkan ke dalam gugus fungsional yang mengandung oksigen, halogen, nitrogen, dand belerang. Ketika terdapat sebuah ikatan valensi ganda, terdapat kemungkinan isomerisme geometri cis atau trans, yang secara signifikan memengaruhi konfigurasi molekuler molekul tersebut. Ikatan ganda-cis menyebabkan rantai asam lemak menekuk, dan hal ini menjadi lebih mencolok apabila terdapat ikatan ganda yang lebih banyak dalam suatu rantai. Pada gilirannya, ini memainkan peranan penting di dalam struktur dan fungsi membran sel.

Asam lemak yang paling banyak muncul di alam memiliki konfigurasi cis, meskipun bentuk trans wujud di beberapa lemak dan minyak yang dihidrogenasi secara parsial.

Contoh asam lemak yang penting secara biologis adalah eikosanoid, utamanya diturunkan dari asam arakidonat dan asam eikosapentaenoat, yang meliputi prostaglandin, leukotriena, dan tromboksana. Kelas utama lain dalam kategori asam lemak adalah ester lemak dan amida lemak. Ester lemak meliputi zat-zat antara biokimia yang penting seperti ester lilin, turunan-turunan asam lemak tioester koenzim A, turunan-turunan asam lemak tioester ACP, dan asam lemak karnitina. Amida lemak meliputi senyawa N-asiletanolamina, seperti penghantar saraf kanabinoid anandamida.

Asam lemak adalah asam alkanoat dengan rumus bangun hidrokarbon yang panjang. Rantai hidrokarbon tersebut dapat mencapat 10 hingga 30 atom. Rantai alkana yang non polar mempunyai peran yang sangat penting demi mengimbangi kebasaan gugus hidroksil.

Pada senyawa asam dengan sedikit atom karbon, gugus asam akan mendominasi sifat molekul dan memberikan sifat polar kimiawi. Walaupun demikian pada asam lemak, rantai alkanalah yang mendominasi sifat molekul.

  1. Gliserolipid

Gliserolipid tersusun atas gliserol bersubstitusi mono-, di-, dan tri-, yang paling terkenal adalah ester asam lemak dari gliserol (triasilgliserol), yang juga dikenal sebagai trigliserida. Di dalam persenyawaan ini, tiga gugus hidroksil gliserol masing-masing teresterifikasi, biasanya oleh asam lemak yang berbeda. Karena ia berfungsi sebagai cadangan makanan, lipid ini terdapat dalam sebagian besar lemak cadangan di dalam jaringan hewan. Hidrolisis ikatan ester dari triasilgliserol dan pelepasan gliserol dan asam lemak dari jaringan adiposa disebut “mobilisasi lemak”.

Subkelas gliserolipid lainnya adalah glikosilgliserol, yang dikarakterisasi dengan keberadaan satu atau lebih residu monosakarida yang melekat pada gliserol via ikatan glikosidik. Contoh struktur di dalam kategori ini adalah digalaktosildiasilgliserol yang dijumpai di dalam membran tumbuhan dan seminolipid dari sel sperma mamalia.

Gliserida adalah ester dari asam lemak dan sejenis alkohol dengan tiga gugus fungsional yang disebut gliserol (nama IUPAC, 1,2,3-propantriol). Karena gliserol memiliki tiga gugus fungsional alkohol, asam lemak akan bereaksi untuk membuat tiga gugus ester sekaligus. Gliserida dengan tiga gugus ester asam lemak disebut trigliserida. Jenis asam lemak yang terikat pada ketiga gugus tersebut seringkali tidak berasal dari kelas asam lemak yang sama.

Fosfolipid

(Glisero) fosfolipid (bahasa Inggris: phospholipid, phosphoglycerides, glycerophospholipid) sangat mirip dengan trigliserida dengan beberapa perkecualian. Fosfolipid terbentuk dari gliserol (nama IUPAC, 1,2,3-propantriol) dengan dua gugus alkohol yang membentuk gugus ester dengan asam lemak (bisa jadi dari kelas yang berbeda), dan satu gugus alkohol membentuk gugus ester dengan asam fosforat.

Gliserofosfolipid, juga dirujuk sebagai fosfolipid, terdapat cukup banyak di alam dan merupakan komponen kunci sel lipd dwilapis, serta terlibat di dalam metabolisme dan sinyal komunikasi antar sel. Jaringan saraf termasuk otak, mengandung cukup banyak gliserofosfolipid. Perubahan komposisi zat ini dapat mengakibatkan berbagai kelainan saraf.

Contoh gliserofosfolipid yang ditemukan di dalam membran biologis adalah fosfatidilkolina (juga dikenal sebagai PC, GPCho, atau lesitin), fosfatidiletanolamina (PE atau GPEtn), dan fosfatidilserina (PS atau GPSer). Selain berperan sebagai komponen primer membran sel dan tempat perikatan bagi protein intra- dan antarseluler, beberapa gliserofosfolipid di dalam sel-sel eukariotik, seperti fosfatidilinositol dan asam fosfatidat adalah prekursor, ataupun sendirinya adalah kurir kedua yang diturunkan dari membran.[21] Biasanya, satu atau kedua gugus hidroksil ini terasilasi dengan asam lemak berantai panjang, meskit terdapat gliserofosfolipid yang terikat dengan alkil dan 1Z-alkenil (plasmalogen). Terdapat juga varian dialkileter pada arkaebakteria.

Gliserofosfolipid dapat dibagi menurut sifat kelompok-kepala polar pada posisi sn-3 dari tulang belakang gliserol pada eukariota dan eubakteria, atau posisi sn-1 dalam kasus archaea. Karena pada gugus ester asam fosforat masih mempunyai satu ikatan valensi yang bebas, biasanya juga membentuk gugus ester dengan alkohol yang lain, misalnya alkohol amino seperti kolina, etanolamina dan serina. Fosfolipid merupakan komponen yang utama pada membran sel lapisan lemak.

Fosfolipid yang umum dijumpai adalah:

Lecitin yang mengandung alkohol amino jenis kolina

Kepalin yang mengandung alkohol amino jenis serina atau etanolamina.

Sifat fosfolipid bergantung dari karakter asam lemak dan alkohol amino yang diikatnya.

Sfingolipid

Sfingolipid adalah keluarga kompleks dari senyawa-senyawa yang berbagi fitur struktural yang sama, yaitu kerangka dasar basa sfingoid yang disintesis secara de novo dari asam amino serina dan asil lemak KoA berantai panjang, yang kemudian diubah menjadi seramida, fosfosfingolipid, glisosfingolipid, dan senyawa-senyawa lainnya.

Nama sfingolipid diambil dari mitologi Yunani, Spinx, setengah wanita dan setengah singa yang membinasakan siapa saja yang tidak dapat menjawab teka-tekinya. Sfingolipid ditemukan oleh Johann Thudichum pada tahun 1874 sebagai teka-teki yang sangat rumit dari jaringan otak.

Sfingolipid adalah jenis lemak kedua yang ditemukan di dalam membran sel, khususnya pada sel saraf dan jaringan otak. Lemak ini tidak mengandung gliserol, tetapi dapat menahan dua gugus alkohol pada bagian tengah kerangka amina.

Fosfosfingolipid utama pada mamalia adalah sfingomielin (seramida fosfokolina), sementara pada serangga terutama mengandung seramida fosfoetanolamina dan pada fungi memiliki fitoseramida fosfoinositol dan gugus kepala yang mengandung manosa.

Basa sfingoid utama mamalia biasa dirujuk sebagai sfingosina. Seramida (Basa N-asil-sfingoid) adalah subkelas utama turunan basa sfingoid dengan asam lemak yang terikat pada amida. Asam lemaknya biasanya jenuh ataupun mono-takjenuh dengan panjang rantai dari 16 atom karbon sampai dengan 26 atom karbon.

Glikosfingolipid adalah sekelompok molekul beraneka ragam yang tersusun dari satu residu gula atau lebih yang terhubung ke basa sfingoid melalui ikatan glikosidik.

  1. Lipid sterol

Lipid sterol, seperti kolesterol dan turunannya, adalah komponen lipid membran yang penting, bersamaan dengan gliserofosfolipid dan sfingomielin. Steroid, semuanya diturunkan dari struktur inti empat-cincin lebur yang sama, memiliki peran biologis yang bervariasi seperti hormon dan molekul pensinyalan. Steroid 18-karbon (C18) meliputi keluarga estrogen, sementara steroid C19 terdiri dari androgen seperti testosteron dan androsteron. Subkelas C21 meliputi progestagen, juga glukokortikoid dan mineralokortikoid. Sekosteroid, terdiri dari bermacam ragam bentuk vitamin D, dikarakterisasi oleh perpecahan cincin B dari struktur inti. Contoh lain dari lemak sterol adalah asam empedu dan konjugat-konjugatnya, yang pada mamalia merupakan turunan kolesterol yang dioksidasi dan disintesis di dalam hati. Pada tumbuhan, senyawa yang setara adalah fitosterol, seperti beta-Sitosterol, stigmasterol, dan brasikasterol; senyawa terakhir ini juga digunakan sebagai bagi pertumbuhan alga. Sterol dominan di dalam membran sel fungi adalah ergosterol.

  1. Lipid prenol

Lipid prenol disintesis dari prekursor berkarbon 5 isopentenil pirofosfat dan dimetilalil pirofosfat yang sebagian besar dihasilkan melalui lintasan asam mevalonat (MVA). Isoprenoid sederhana (alkohol linear, difosfat, dan lain-lain) terbentuk dari adisi unit C5 yang terus menerus, dan diklasifikasi menurut banyaknya satuan terpena ini. Struktur yang mengandung lebih dari 40 karbon dikenal sebagai politerpena. Karotenoid adalah isoprenoid sederhana yang penting yang berfungsi sebagai antioksidan dan sebagai prekursor vitamin A. Contoh kelas molekul yang penting secara biologis lainnya adalah kuinon dan hidrokuinon yang mengandung ekor isoprenoid yang melekat pada inti kuinonoid yang tidak berasal dari isoprenoid. Vitamin E dan vitamin K, juga ubikuinon, adalah contoh kelas ini. Prokariota mensintesis poliprenol (disebut baktoprenol) yang satuan isoprenoid terminalnya yang melekat pada oksigen tetap tak jenuh, sedangkan pada poliprenol hewan (dolikol) isoprenoid terminalnya telah direduksi.

Sakarolipid

Struktur sakarolipid Kdo2-Lipid A. Residu glukosamina berwarna biru, residu Kdo berwarna merah, rantai asil berwarna hitam, dan gugus fosfat berwarna hijau.

Sakarolipid (bahasa Inggris: saccharolipid, glucolipid) adalah asam lemak yang terikat langsung dengan molekul glukosa dan membentuk struktur yang sesuai dengan membran dwilapis. Pada sakarolipid, monosakarida mengganti ikatan gliserol dengan asam lemak, seperti yang terjadi pada gliserolipid dan gliserofosfolipid.

Sakarolipid yang paling dikenal adalah prekursor glukosamina terasilasi dari komponen lipid A lipopolisakarida pada bakteri gram-negatif. Molekul Lipid-A yang umum adalah disakarida dari glukosamina, yang diturunkan sebanyak tujuh rantai asil-lemak. Lipopolisakarida minimal yang diperlukan untuk pertumbuhan E. coli adalah Kdo2-Lipid A, yakni disakarida berheksa-asil dari glukosamina yang diglikosilasikan dengan dua residu asam 3-deoksi-D-mano-oktulosonat (Kdo). Proses hidrolisis sakarolipid akan menghasilkan amino gula.

  1. Poliketida

Poliketida adalah metabolit sekunder yang terbentuk melalui proses polimerisasi dari asetil dan propionil oleh enzim klasik maupun enzim iteratif dan multimodular yang berbagi fitur mekanistik yang sama dengan asam lemak sintasi. Enzim yang sering digunakan adalah poliketida sintase, melalui proses kondensasi Claisen.

Poliketida merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan secara alami oleh bakteri, fungi, tumbuhan, hewan, sumber daya laut dan organisme yang memiliki keanekaragaman struktural yang tinggi.

Lipid memiliki reaksi kimia yang khas, antara lain:

  1. Hidrolisis

Hidrolisis lipid seperti triasilgliserol dapat dilakukan secara enzimatik dengan bantuan lipase, menghasilkan asam-asam lemak dan gliserol. Sifat lipase pancreas dapat dimanfaatkan yang lebih suka memecahkan ikatan ester pada posisi 1 dan 3 daripada posisi 2 dari triasilgliserol (Harper, 1980).

  1. Penyabunan

Hidrolisis lemak oleh alkali disebut penyabunan. yang dihasilkan adalah gliserol dan garam alkali asam lemak yang disebut sabun (Harper, 1980).

  1. Penguraian (kerusakan, ketengikan) lipid

Ketengikan adalah perubahan kimia yang menimbulkan bau dan rasa tidak enak pada lemak (Harper, 1980).

Penyebabnya antara lain auto oksidasi, hidrolisis dan kegiatan bakteri. Oksigen udara dianggap menyerang ikatan rangkap pada asm lemak untuk membentuk ikatan peroksida. Dengan demikian bilangan yodium turun, walaupun sedikit asam lemak bebas dan gliserol dilepaskan. Timbal atau tembaga mengkatalisis ketengikan (Riawan, 1990).

Mengasingkan oksigen atau menambah zat antioksidan menghambat proses ketengikan. Radikal-radikal bebas dihasilkan dihasilkan selama pembentukan peroksida, dan ini dapat merusak jaringan-jaringan jidup kecuali terdapat antioksidan, misalnya tokoferol (vitamin E) yang bereaksi radikal-radikal bebas.

Berdasarkan kemiripan struktur kimianya, lipida dibagi menjadi beberapa macam yaitu:

  1.     asam lemak

Asam lemak adalah asam organik yang terdapat sebagai ester trigliserida atau lemak, Berasal dari hewan atau tumbuhan. Asam lemak ini adalah asam karboksilat yang mempunyai rantai karbon panjang.

  1.  Lemak

Lemak adalah suatu ester asam lemak dengan gliserol. Gliserol ialah suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas tiga atom karbon. Lemak pada hewan umumnya berupa zat padat pada suhu ruangan. Sedangkan lemak yang berasal dari tumbuhan berupa zat cair.

  1.  Lilin

Yang dimaksud dengan lilin (wax) disini ialah lemak dengan monohidroksi alkohol yang mempunyai rantai karbon panjang, antara 14 sampai 34 atom karbon. Sebagai contoh alkohol adalah setil alkohol dan mirisialkohol.Lilin dapat diperoleh dari lebah madu dan dari ikan paus atau lumba-lumba. Pada tumbuhan terdapat pada epidermis daun, batang, dan buah.

  1.        Fosfolipida

Fosfolipida atau fosfatidat ialah suatu gliserida yang mengandung fosfor dalam bentuk ester asam fosfat. Oleh karenanya fosfolipida ialah suatu fosfogliserida. Senyawa-senyawa dalam golongan fosfogliserida dapat dipandang sebagai derivat asam α fosfatidat. Gugus yang diikat oleh asam fosfatidat antara lain kolin, etanolamina, serin, dan inositol. Dengan demikian senyawa yang termasuk fosfolipid ini ialah fosfatidilkolin, fosfatidiletanolamina, fosfatidilserin, dan fosfatidilinositol.

Fosfolipid pada tumbuhan terdapat dalam kedelai. Pada manusia atau hewan terdapat dalam telur, paru-paru, dan jantung.

  1.         Sfingolipida

Senyawa yang termasuk golongan ini dapat dipandang sebagai derivat sfingosin atau mempunyai struktur yang mirip, misalnya dihidrosfingosin. Terdapat dalam memberan sel tumbuhan maupun hewan, dan dalam saraf dan otak.

Sfingolipida terdiri dari 3 komponen yaitu:

–           molekul sfingosin,

–           molekul asam lemak,

–          dan kepala polar.

 

 

  1. Terpen

Terpen ialah senyawa yang molekulnya dapat dianggap terdiri atas beberapa molekul isoprena (2-metilbutadiena) atau mempunyai hubungan struktural dengan isoprena.

CH2

H2C = C – CH = CH2

Isoprena

Yang termasuk tarpen antara lain ialah sitral, pinen, geraniol, kamfer, karoten, vitamin A, fitol, dan skualen. Sitral, pinen, dan geraniol terdapat dalam minyak atsiri (minyak yang mudah menguap) yang berasal dari tumbuhan misalnya minyak mawar. Kamfer dalam alam terdapat dalam pohon camfer (chinnamomum camphora). Karoten terdapat dalam wortel. Vitamin A dapat diperoleh dari minyak ikan paus.

  1. Teroid

Ada sejumlah besar senyawa lipid yang mempunyai struktur dasar yang sama dan dapat dianggap sebagai derivat perhidrosiklopentanofenantrena, yang terdiri atas 3 cincin sikloheksana terpadu seperti bentuk fenatrena dan sebuah cincin siklopentana yang bergabung pada ujung cincin sikloheksana tersebut.

Beberapa senyawa penting yang termasuk golongan steroid akan dibahas berikut ini :

  1. Kolesterol

Kolesterol adalah steroid yang terdapat pada hampir semua sel hewan dan manusia. Pada tubuh manusia kolesterol terdapat dalam darah, empedu, kelenjar adrenal bagian luar (adrenal cortex) dan jaringan syaraf. Apabila dalam konsentrasi tinggi, kolestrol mengkristal dalam bentuk kristal yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau dan mempunyai titik lebur 150-151 C.

  1. Ergosterol

Sterol ini mempunyai struktur inti sama dengan 7 Dehidrokolesterol tetapi berbeda pada rantai sampingnya. Apabila terkena sinar ultra violet juga akan membentuk vitamin D.

CH2 CH2 CH2

CH2 CH-CH = CH –CH – CH CH3CH2

  1.         Asam-asam empedu

Cairan empedu dibuat oleh hati dan disimpan dalam kantung empedu yang kemudian dikeluarkan kedalam usus dua belas jari (duodenum) untuk membantu proses pencernaan makanan. Cairan empedu ini mengandung bilirubin yaitu zat warna yang terjadi dari penguraian hemoglobin, asam-asam empedu dalam bentuk garam empedu dan kolesterol. Asam empedu yang terdapat dalam cairan empedu antara lain asam kolat, asam deoksikolat, dan asam litokolat.

OH CH3

CH = CH2 –CH2 –CH3COOH

  1. Asam Lemak dan Biosintesis Asam Lemak
  2. Asam lemak

Lemak merupakan komponen utama dari membrane sistem kehidupan, Dua tipe lemak yang dapat tersaponifikasi dalam membrane memiliki suatu gugusan fosfat dalam strukturnya dan dengan demikian disebut fosfolipid.

Salah satu jenis memiliki gliserol sebagai senyawa induk (fosfogliserida) dan yang lain memiliki sfingosin (sfingolipid). Dua komponen lemak lain yang penting dari membrane adalah glikolipid yang mengandung karbohidrat dan steroid kolesterol, yang disebut terakhir ini merupakan suatu lemak non-saponifikasi yang berasal dari eukariotik yang ditemukan dalam membrane seluler hewan.

  1. Oksidasi Asam Lemak

Oksidasi asam lemak terjadi dalam 3 tahap, aktivasi, pengangkutan ke dalam sel mitokondria, dan oksidasi menjadi asetil CoA. Secara umum, masuknya asam lemak ke dalam lintas metabolik didahului dengan perubahan asam lemak menjadi turunan koenzim A (CoASH). Turunan asil ini disebut alkanoil atau alkenoil-CoA, dan di dalam  bentuk ini asam lemak dikatakan berada dalam keadaan teraktivasi.

Aktivasi asam lemak akan memicuh pembentukan tioester dari asam lemak dan CoA. Proses ini dibarengi dengan hidrolisis ATP menjadi AMP. Enzim yang mengkatalisis reaksi ini adalah asil-CoA sintetase.

Fungsi lemak dalam tubuh dikenal sebagai :

–          bahan bakar metabolisme seluler

–          merupakan bagian pokok dari membran sel

–          sebagai mediator atau second massenger aktivitas biologis antar sel

–         sebagai isolasi dalam menjaga keseimbangan temperatur tubuh dan melindungi organ-organ tubuh

–          pelarut vitamin A, D, E, dan K agar dapat diserap tubuh.

Berdasarkan struktur kimianya, asam lemak dapat dibedakan menjadi :

  1. Asam Lemak Jenuh (saturated fatty acids=SFAs yaitu asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap.

Asam lemak jenuh hanya memiliki ikatan tunggal di antara atom-atom karbon penyusunnya, sementara asam lemak tak jenuh memiliki paling sedikit satu ikatan ganda di antara atom-atom karbon penyusunnya.

Asam lemak jenuh bersifat lebih stabil (tidak mudah bereaksi) daripada asam lemak tak jenuh. Ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh mudah bereaksi dengan oksigen (mudah teroksidasi). Karena itu, dikenal istilah bilangan oksidasi bagi asam lemak

  1.  Asam Lemak Tidak Jenuh (unsaturated fatty acids),

Asam lemak yang memiliki ikatan rangkap. asam lemak tak jenuh ini masih dibedakan lagi menjadi dua kelompok besar yaitu:

–          Monounsaturated fatty acids (MUFAs), dimana ikatan ikatan rangkapnya hanya satu,

–          dan Polyunsaturated fatty acids (PUFAs) dimana ikatan rangkapnya lebih dari satu.

PUFAs dibedakan lagi menjadi dua bagian besar yaitu :

asam lemak Omega-6 Cis dan

asam lemak Omega-3 Cis (berdasarkan letak ikatan rangkapnya pada ikatan karbon nomor berapa dilihat dari gugus omega).

Penambahan lemak dalam makanan memberikan efek rasa lezat dan tekstur makanan menjadi lembut serta gurih. Di dalam tubuh, lemak menghasilkan energi dua kali lebih banyak dibandingkan protein dan karbohidrat, yaitu 9 kkal/gram lemak yang dikonsumsi. Dalam mengkaji hubungan antara diet lemak dengan penyakit jantung perlu diperhatikan proporsi energi yang berasal dari lemak serta jenis lemak yang dikonsumsi.

Dianjurkan konsumsi lemak sebesar 30% atau kurang untuk kebutuhan kalori setiap harinya, yang terdiri dari 10% asam lemak jenuh, 10% asam lemak tak jenuh tunggal dan 10% asam lemak tak jenuh ganda.

Secara umum lemak hewani umumnya banyak mengandung asam lemak jenuh (SFAs=Saturated fatty acids),sementara lemak nabati lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh tunggal (MUFAs= Monounsaturated fatty acids) maupun ganda (PUFAs=Polyunsaturated fatty acids) kecuali minyak kelapa.

Bahan Makanan sumber SFAs, MUFAs dan PUFAs

Tipe Lemak: Asam Lemak Jenuh(SFAs)

Sumber : Minyak kelapa, daging berlemak, kulit ayam, susu “full cream”, keju, mentega, kelapa, minyak inti sawit, minyak kelapa sawit.

Tipe Lemak: Asam lemak tak jenuh tunggal (MUFAs)

Sumber : Alpokat, margarine, minyak kacang tanah, minyak zaitun, minyak biji kapas

Tipe Lemak: Asam lemak tak jenuh ganda (PUFAs)

Sumber : Minyak wijen, margarin, minyak kacang kedelai, minyak jagung, minyak biji matahari.

  1. Gliserida netral (lemak netral)

Gliserida netral adalah ester antara asam lemak dengan gliserol. Fungsi dasar dari gliserida netral adalah sebagai simpanan energi (berupa lemak atau minyak). Setiap gliserol mungkin berikatan dengan 1, 2 atau 3 asam lemak yang tidak harus sama. Jika gliserol berikatan dengan 1 asam lemak disebut monogliserida, jika berikatan dengan 2 asam lemak disebut digliserida dan jika berikatan dengan 3 asam lemak dinamakan trigliserida. Trigliserida merupakan cadangan energi penting dari sumber lipid.

  1. Fosfogliserida (fosfolipid)

Lipid dapat mengandung gugus fosfat. Lemak termodifikasi ketika fosfat mengganti salah satu rantai asam lemak.

Penggunaan fosfogliserida adalah:

–          Sebagai komponen penyusun membran sel

–          Sebagi agen emulsi

–          Struktur dari fosfolipid

–          Fosfolipid bilayer (lapisan ganda) sebagai penyusun membran sel

  1. Lipid kompleks

Lipid kompleks adalah kombinasi antara lipid dengan molekul lain. Contoh penting dari lipid kompleks adalah lipoprotein dan glikolipid.

Lipoprotein

Lipoprotein merupakan gabungan antara lipid dengan protein.

Gabungan lipid dengan protein (lipoprotein) merupakan contoh dari lipid kompleks.

Ada 4 kelas mayor dari lipoprotein plasma yang masing-masing tersusun atas beberapa jenis lipid, yaitu:

Perbandingan komposisi penyusun 4 klas besar lipoprotein

1.Kilomikron

Kilomikron berfungsi sebagai alat transportasi trigliserid dari usus ke jaringan lain,   kecuali ginjal.

  1. VLDL (very low – density lypoproteins)

VLDL mengikat trigliserid di dalam hati dan mengangkutnya menuju jaringan lemak

  1. LDL (low – density lypoproteins)

LDL berperan mengangkut kolesterol ke jaringan perifer

  1. HDL (high – density lypoproteins)

HDL mengikat kolesterol plasma dan mengangkut kolesterol ke hati.

Ilustrasi peran masing-masing dari 4 klas besar lipoprotein

  1. Lipid non gliserida

Lipid jenis ini tidak mengandung gliserol. Jadi asam lemak bergabung dengan molekul-molekul non gliserol. Yang termasuk ke dalam jenis ini adalah sfingolipid, steroid, kolesterol dan malam.

Sfingolipid

Sifongolipid adalah fosfolipid yang tidak diturunkan dari lemak. Penggunaan primer dari sfingolipid adalah sebagai penyusun selubung mielin serabut saraf. Pada manusia, 25% dari lipid merupakan sfingolipid.

  1. Kolesterol

Selain fosfolipid, kolesterol merupakan jenis lipid yang menyusun membran plasma. Kolesterol juga menjadi bagian dari beberapa hormon.

Kolesterol berhubungan dengan pengerasan arteri. Dalam hal ini timbul plaque pada dinding arteri, yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah karena arteri menyempit, penurunan kemampuan untuk meregang. Pembentukan gumpalan dapat menyebabkan infark miokard dan stroke.

 

 

  1. Steroid

Beberapa hormon reproduktif merupakan steroid, misalnya testosteron dan progesteron. Steroid lainnya adalah kortison. Hormon ini berhubungan dengan proses metabolisme karbohidrat, penanganan penyakit arthritis rematoid, asthma, gangguan pencernaan dan sebagainya.

  1. Malam/lilin (waxes)

Malam tidak larut di dalam air dan sulit dihidrolisis. Malam sering digunakan sebagai lapisan pelindung untuk kulit, rambut dan lain-lain. Malam merupakan ester antara asam lemak dengan alkohol rantai panjang.

Ester antara asam lemak dengan alkohol membentuk malam

  1. Metabolisme lipid

Lipid yang kita peroleh sebagai sumber energi utamanya adalah dari lipid netral, yaitu trigliserid (ester antara gliserol dengan 3 asam lemak). Secara ringkas, hasil dari pencernaan lipid adalah asam lemak dan gliserol, selain itu ada juga yang masih berupa monogliserid. Karena larut dalam air, gliserol masuk sirkulasi portal (vena porta) menuju hati. Asam-asam lemak rantai pendek juga dapat melalui jalur ini.

Sebagian besar asam lemak dan monogliserida karena tidak larut dalam air, maka diangkut oleh miselus (dalam bentuk besar disebut emulsi) dan dilepaskan ke dalam sel epitel usus (enterosit). Di dalam sel ini asam lemak dan monogliserida segera dibentuk menjadi trigliserida (lipid) dan berkumpul berbentuk gelembung yang disebut kilomikron. Selanjutnya kilomikron ditransportasikan melalui pembuluh limfe dan bermuara pada vena kava, sehingga bersatu dengan sirkulasi darah. Kilomikron ini kemudian ditransportasikan menuju hati dan jaringan adiposa.

Di dalam sel-sel hati dan jaringan adiposa, kilomikron segera dipecah menjadi asam-asam lemak dan gliserol. Selanjutnya asam-asam lemak dan gliserol tersebut, dibentuk kembali menjadi simpanan trigliserida. Proses pembentukan trigliserida ini dinamakan esterifikasi. Sewaktu-waktu jika kita membutuhkan energi dari lipid, trigliserida dipecah menjadi asam lemak dan gliserol, untuk ditransportasikan menuju sel-sel untuk dioksidasi menjadi energi. Proses pemecahan lemak jaringan ini dinamakan lipolisis. Asam lemak tersebut ditransportasikan  oleh albumin ke jaringan yang memerlukan dan disebut sebagai asam lemak bebas (free fatty acid/FFA).

Secara ringkas, hasil akhir dari pemecahan lipid dari makanan adalah asam lemak dan gliserol. Jika sumber energi dari karbohidrat telah mencukupi, maka asam lemak mengalami esterifikasi yaitu membentuk ester dengan gliserol menjadi trigliserida sebagai cadangan energi jangka panjang. Jika sewaktu-waktu tak tersedia sumber energi dari karbohidrat barulah asam lemak dioksidasi, baik asam lemak dari diet maupun jika harus memecah cadangan trigliserida jaringan. Proses pemecahan trigliserida ini dinamakan lipolisis.

Proses oksidasi asam lemak dinamakan oksidasi beta dan menghasilkan asetil KoA. Selanjutnya sebagaimana asetil KoA dari hasil metabolisme karbohidrat dan protein, asetil KoA dari jalur inipun akan masuk ke dalam siklus asam sitrat sehingga dihasilkan energi. Di sisi lain, jika kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil KoA dapat mengalami lipogenesis menjadi asam lemak dan selanjutnya dapat disimpan sebagai trigliserida.

Beberapa lipid non gliserida disintesis dari asetil KoA. Asetil KoA mengalami kolesterogenesis menjadi kolesterol. Selanjutnya kolesterol mengalami steroidogenesis membentuk steroid. Asetil KoA sebagai hasil oksidasi asam lemak juga berpotensi menghasilkan badan-badan keton (aseto asetat, hidroksi butirat dan aseton). Proses ini dinamakan ketogenesis. Badan-badan keton dapat menyebabkan gangguan keseimbangan asam-basa yang dinamakan asidosis metabolik. Ikhtisar metabolisme lipid

  1. Metabolisme gliserol

Gliserol sebagai hasil hidrolisis lipid (trigliserida) dapat menjadi sumber energi. Gliserol ini selanjutnya masuk ke dalam jalur metabolisme karbohidrat yaitu glikolisis. Pada tahap awal, gliserol mendapatkan 1 gugus fosfat dari ATP membentuk gliserol 3-fosfat.

Selanjutnya senyawa ini masuk ke dalam rantai respirasi membentuk dihidroksi aseton fosfat, suatu produk antara dalam jalur glikolisis.

Oksidasi asam lemak (oksidasi beta)

Untuk memperoleh energi, asam lemak dapat dioksidasi dalam proses yang dinamakan oksidasi beta. Sebelum dikatabolisir dalam oksidasi beta, asam lemak harus diaktifkan terlebih dahulu menjadi asil-KoA. Dengan adanya ATP dan Koenzim A, asam lemak diaktifkan dengan dikatalisir oleh enzim asil-KoA sintetase (Tiokinase).

Aktivasi asam lemak menjadi asil KoA

Asam lemak bebas pada umumnya berupa asam-asam lemak rantai panjang. Asam lemak rantai panjang ini akan dapat masuk ke dalam mitokondria dengan bantuan senyawa karnitin, dengan rumus (CH3)3N+-CH2-CH(OH)-CH2-COO-.

  1. Asil karnitin

Mekanisme transportasi asam lemak trans membran mitokondria melalui mekanisme pengangkutan karnitin Langkah-langkah masuknya asil KoA ke dalam mitokondria dijelaskan sebagai berikut:

Asam lemak bebas (FFA) diaktifkan menjadi asil-KoA dengan dikatalisir oleh enzim tiokinase. Setelah menjadi bentuk aktif, asil-KoA dikonversikan oleh enzim karnitin palmitoil transferase I yang terdapat pada membran eksterna mitokondria menjadi asil karnitin. Setelah menjadi asil karnitin, barulah senyawa tersebut bisa menembus membran interna mitokondria.

Pada membran interna mitokondria terdapat enzim karnitin asil karnitin translokase yang bertindak sebagai pengangkut asil karnitin ke dalam dan karnitin keluar. Asil karnitin yang masuk ke dalam mitokondria selanjutnya bereaksi dengan KoA dengan dikatalisir oleh enzim karnitin palmitoiltransferase II yang ada di membran interna mitokondria menjadi Asil Koa dan karnitin dibebaskan.

Asil KoA yang sudah berada dalam mitokondria ini selanjutnya masuk dalam proses oksidasi beta.

Dalam oksidasi beta, asam lemak masuk ke dalam rangkaian siklus dengan 5 tahapan proses dan pada setiap proses, diangkat 2 atom C dengan hasil akhir berupa asetil KoA. Selanjutnya asetil KoA masuk ke dalam siklus asam sitrat. Dalam proses oksidasi ini, karbon β asam lemak dioksidasi menjadi keton.

Oksidasi karbon β menjadi keton

Keterangan:

  • Frekuensi oksidasi β adalah (½ jumlah atom C)-1
  • Jumlah asetil KoA yang dihasilkan adalah (½ jumlah atom C)
  • Oksidasi asam lemak dengan 16 atom C. Perhatikan bahwa setiap proses pemutusan 2 atom C adalah proses oksidasi β dan setiap 2 atom C yang diputuskan adalah asetil KoA.
  • Aktivasi asam lemak, oksidasi beta dan siklus asam sitrat
  • Telah dijelaskan bahwa asam lemak dapat dioksidasi jika diaktifkan terlebih dahulu menjadi asil-KoA. Proses aktivasi ini membutuhkan energi sebesar 2P. (-2P). Setelah berada di dalam mitokondria, asil-KoA akan mengalami tahap-tahap perubahan sebagai berikut:
  • Asil-KoA diubah menjadi delta2-trans-enoil-KoA. Pada tahap ini terjadi rantai respirasi dengan menghasilkan energi 2P (+2P)
  • Delta2-trans-enoil-KoA diubah menjadi L(+)-3-hidroksi-asil-KoA
  • L(+)-3-hidroksi-asil-KoA diubah menjadi 3-Ketoasil-KoA. Pada tahap ini terjadi rantai respirasi dengan menghasilkan energi 3P (+3P)
  • Selanjutnya terbentuklah asetil KoA yang mengandung 2 atom C dan asil-KoA yang telah kehilangan 2 atom C.
  • Dalam satu oksidasi beta dihasilkan energi 2P dan 3P sehingga total energi satu kali oksidasi beta adalah 5P. Karena pada umumnya asam lemak memiliki banyak atom C, maka asil-KoA yang masih ada akan mengalami oksidasi beta kembali dan kehilangan lagi 2 atom C karena membentuk asetil KoA. Demikian seterusnya hingga hasil yang terakhir adalah 2 asetil-KoA.
  • Asetil-KoA yang dihasilkan oleh oksidasi beta ini selanjutnya akan masuk siklus asam sitrat.

Penghitungan energi hasil metabolisme lipid

  • Dari uraian di atas kita bisa menghitung energi yang dihasilkan oleh oksidasi beta suatu asam lemak. Misalnya tersedia sebuah asam lemak dengan 10 atom C, maka kita memerlukan energi 2 ATP untuk aktivasi, dan energi yang di hasilkan oleh oksidasi beta adalah 10 dibagi 2 dikurangi 1, yaitu 4 kali oksidasi beta, berarti hasilnya adalah 4 x 5 = 20 ATP. Karena asam lemak memiliki 10 atom C, maka asetil-KoA yang terbentuk adalah 5 buah.
  • Setiap asetil-KoA akan masuk ke dalam siklus Kreb’s yang masing-masing akan menghasilkan 12 ATP, sehingga totalnya adalah 5 X 12 ATP = 60 ATP. Dengan demikian sebuah asam lemak dengan 10 atom C, akan dimetabolisir dengan hasil -2 ATP (untuk aktivasi) + 20 ATP (hasil oksidasi beta) + 60 ATP (hasil siklus Kreb’s) = 78 ATP.
  • Sebagian dari asetil-KoA akan berubah menjadi asetoasetat, selanjutnya asetoasetat berubah menjadi hidroksi butirat dan aseton. Aseto asetat, hidroksi butirat dan aseton dikenal sebagai badan-badan keton. Proses perubahan asetil-KoA menjadi benda-benda keton dinamakan ketogenesis.

Proses ketogenesis

Lintasan ketogenesis di hati

Sebagian dari asetil KoA dapat diubah menjadi kolesterol (prosesnya dinamakan kolesterogenesis) yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan untuk disintesis menjadi steroid (prosesnya dinamakan steroidogenesis).

  1. Biosintesis asam lemak

BIOSINTESIS• merupakan proses pembentukan suatu metabolit (produk metabolisme ) dari molekul yang sederhana sehingga menjadi molekul yang lebih kompleks yang terjadi pada organisme hidup .

Pada daun hijau tumbuhan, asam lemak diproduksi di kloroplas. Pada bagian lain tumbuhan dan pada sel hewan (dan manusia), asam lemak dibuat di sitosol. Proses esterifikasi (pengikatan menjadi lipida) umumnya terjadi pada sitoplasma, dan minyak (atau lemak) disimpan pada oleosom. Banyak spesies tanaman menyimpan lemak pada bijinya (biasanya pada bagian kotiledon) yang ditransfer dari daun dan organ berkloroplas lain. Beberapa tanaman penghasil lemak terpenting adalah kedelai, kapas, kacang tanah, jarak, raps/kanola, kelapa, kelapa sawit, jagung dan zaitun.

Proses biokimia sintesis asam lemak pada hewan dan tumbuhan relatif sama. Berbeda dengan tumbuhan, yang mampu membuat sendiri kebutuhan asam lemaknya, hewan kadang kala tidak mampu memproduksi atau mencukupi kebutuhan asam lemak tertentu. Asam lemak yang harus dipasok dari luar ini dikenal sebagai asam lemak esensial karena organisme yang memerlukan tidak memiliki cukup enzim untuk membentuknya.

Biosintesis asam lemak alami merupakan cabang dari daur Calvin, yang memproduksi glukosa dan asetil-KoA. Proses berikut ini terjadi pada daun hijau tumbuh-tumbuhan dan memiliki sejumlah variasi.

  1. Penyimpanan lemak dan penggunaannya kembali

Adapun tahap-tahap penyimpanan tersebut adalah:

–     Asam lemak ditransportasikan dari hati sebagai kompleks VLDL.

–    Asam lemak kemudian diubah menjadi trigliserida di sel adiposa untuk disimpan.

–    Gliserol 3-fosfat dibutuhkan untuk membuat trigliserida. Ini harus tersedia dari glukosa.

–    Akibatnya, kita tak dapat menyimpan lemak jika tak ada kelebihan glukosa di dalam tubuh.

  1. Nilai gizi

Asam lemak mengandung energi tinggi (menghasilkan banyak ATP). Karena itu kebutuhan lemak dalam pangan diperlukan. Diet rendah lemak dilakukan untuk menurunkan asupan energi dari makanan.

Asam lemak tak jenuh dianggap bernilai gizi lebih baik karena lebih reaktif dan merupakan antioksidan di dalam tubuh.

Posisi ikatan ganda juga menentukan daya reaksinya. Semakin dekat dengan ujung, ikatan ganda semakin mudah bereaksi. Karena itu, asam lemak Omega-3 dan Omega-6 (asam lemak esensial) lebih bernilai gizi dibandingkan dengan asam lemak lainnya. Beberapa minyak nabati (misalnya α-linolenat) dan minyak ikan laut banyak mengandung asam lemak esensial.

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

III.1 Kesimpulan

  1. Lipid adalah senyawa organik yang diperoleh dari proses dehidrogenasi endotermal rangkaian hidrokarbon.
  2. Asam lemak atau asil lemak ialah istilah umum yang digunakan untuk menjabarkan bermacam-ragam molekul-molekul yang disintesis dari polimerisasi asetil-KoA dengan gugus malonil-KoA atau metilmalonil-KoA di dalam sebuah proses yang disebut sintesis asam lemak.
  3. Lipid merupakan golongan senyawa organic kedua yang menjadi sumber makanan dan termasuk dalam metabolisme primer yang berpean dalam kelangsungan hidup tanaman.

 

III.2 Saran

Sebaiknya dosen memberikan pengarahan dalam pembuatan makalah dan memberikan waktu yang cukup dalam pembuatan makalah agar makalah dapat terselesaikan dengan baik.

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Armstrong, Frank B. 1995. Buku Ajar Biokimia. Edisi ketiga. EGC: Jakarta.

Gilvery, Goldstein. 1996. Biokimia Suatu Pendekatan Fungsional. Edisi 3. Airlangga University Press: Surabaya.

 

Harper, et al. 1980. Biokimia (Review of Physiological Chemistry). Edisi 17. EGC: Jakarta

 

Girindra, A. 1986. Biokimia 1. Gramedia. Jakarta.

Kay, E.R.M. 1966. Biochemistry : An Introduction to Dynamic Biology. Collier-Macmil.

 

Kuchel, P., G. B. Ralston. 2006. Biokimia. Schaum. Terjemahan. Erlangga. Jakarta.

 

Ngili Yohanis.2009. Biokimia : Struktur dan Fungsi Biomolekul. Graha Ilmu.   Yogyakarta.

 

Poedjiadi, A., F.M. T. Supriyanti. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press. Jakarta.

 

Stryer, L. 2000. Biokimia. Vol 1,2,3. Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK PEMBUATAN PREPARAT AKAR, BATANG, DAN DAUN

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROTEKNIK TUMBUHAN

 

PERCOBAAN IV

PEMBUATAN PREPARAT MELINTANG AKAR, BATANG, DAN DAUN TUMBUHAN MONOKOTIL DAN DIKOTIL

 

                        NAMA                       : ASTRID SAFIRA IDHAM

                        NIM                            : H411 13 341

                        KELOMPOK                        : VII (TUJUH) A

                        HARI/TANGGAL    : SELASA/21 APRIL 2015

                        ASISTEN                   : NURUL QALBY   

 

 

 

 

 

 

 

 

LABORATORIUM BOTANI

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015

BAB I

PENDAHULUAN

 

I.1 Latar Belakang

Ilmu yang mempelajari tentang pembuatan preparat dan sediaan mikroskopis pada umumnya disebut sebagai mikroteknik. Teknik-teknik pada pembelajarannya mengacu pada cara preparat itu sendiri dibuat. Pengamatan dan penelaahan tersebut umumnya menggunakan bantuan mikroskop karena pada objek yang akan diamati dan ditelaah memiliki ukuran yang mikrokopis yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroteknik merupakan suatu ilmu atau seni mempersiapkan organ, jaringan atau bagian dari suatu jaringan untuk dapat diamati dan ditelaah. metode dalam mikroteknik, diantaranya metode geser, metode gilas dan squash atau pejetan (Fathiyawati, 2008).

Sekitar 275.000 spesies yang telah diketahui, sejauh ini angiosperma merupakan kelompok tumbuhan yang paling beraneka ragam dan paling luas. Para ahli membagi angiosperma menjadi dua kelas yaitu dikotil dan monokotil, dinamai demikian karena kotiledonnya (keping atau daun biji) hanya ada satu dan dikotil, yang memiliki dua kotiledon. Masing-masing kelompok tumbuhan tersebut memiliki ciri khusus yang menjadi ciri khas yang membedakan anggota dari masing-masing kelompok tersebut. Adapun beberapa perbedaan tersebut terletak pada struktur anatomi daun, batang maupun akar dari masing-masing kelompok tumbuhan angiosperma tersebut (Campbell, 2003).

Berdasarkan uraian tersebut, untuk menambah pengetahuan dan melatih keterampilan mengenai pembuatan preparat tumbuhan monokotil dan dikotil maka dilakukan praktikum ini.

I.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari dilakukannya percobaan ini yaitu :

  1. Untuk mengetahui perbedaan anatomi akar tumbuhan dikotil dan monokotil berdasarkan preparat melintang yang diamati.
  2. Untuk mengetahui perbedaan anatomi batang tumbuhan dikotil dan monokotil berdasarkan preparat melintang yang diamati.
  3. Untuk mengetahui perbedaan anatomi daun tumbuhan dikotil dan monokotil berdasarkan preparat melintang yang diamati.

 

II.3 Waktu dan Tempat Percobaan

Percobaan Pembuatan Preparat Melintang Tumbuhan Monokotil dan Dikotil dilaksanakan selama 3 hari. Percobaan untuk pembuatan preparat melintang akar dilaksanakan pada hari Selasa, 7 April 2015. Percobaan untuk pembuatan preparat melintang batang dilaksanakan pada hari Selasa, 14 April 2015. Sedangkan percobaan pembuatan preparat melintang serta epidermis atas dan bawah daun dilaksanakan pada hari Selasa, 21 April 2015, pukul 14.00 – 17.00 WITA yang bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.

 

 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

Tumbuhan angiosperma  dikelompokkan  menjadi  tumbuhan dikotil dan monokotil. Kedua subcalassis dari tumbuhan Angiospermae ini memiliki perbedaan dan ciri khusus. Pada batang dikotil berkas pengangkutnya tersusun rapi sedangkan monokotilnya tersebar. Berbeda halnya dengan berkas pembuluh pada akar dikotil maupun monokotil yang sama-sama tersusun rapi dalam endodermis. Tipe berkas pengangkut pada batang monokotil kolateral tertutup sedangkan batang dikotil memiliki tipe kolateral terbuka karena adanya kambium sebagai penghubung berkas pengangkutnya (Mulyani, 2006).

Pada subdivisio angiosperma terdapat anggota tumbuhan dalam jumlah yang sangat melimpah. Angiosperma tersebut dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar yakni kelompok monokotil yaitu tumbuhan berkeping satu dan dikotil yaitu tumbuhan berkeping dua. Masing-masing kelompok tumbuhan tersebut memiliki ciri khusus yang menjadi ciri khas yang membedakan anggota dari masing-masing kelompok tersebut. Adapun beberapa perbedaan tersebut terletak pada struktur anatomi daun, batang maupun akar dari masing-masing kelompok tumbuhan angiosperma tersebut (Nugroho, 2005).

Tumbuhan monokotil dan dikotil memiliki struktur anatomi organ yang berbeda-beda. Mulai dari akar, batang, daun, hingga organ reproduksinya. Dapat diketahui bahwa perbedaan yang paling mencolok antara tumbuhan monokotil dan dikotil terletak pada berkas pembuluh, berkas pembuluh pada tumbuhan dikotil terlihat lebih teratur, sedangkan berkas pembuluh pada tumbuhan monokotil terlihat tidak teratur (Sutrian, 2011).

Terdapat perbedaan baik secara morfologi maupun secara anatomi antara akar dan batang. Secara morfologi, akar tidak memiliki daun, maka dengan sendirinya akar juga tidak memiliki buku-buku tempat melekatnya daun. Secara anatomi terdapat perbedaan antara akar dan batang. Yang paling jelas mencolok adalah perbedaan dalam susunan pembuluh xilem dan floem. Pada batang susunan pembuluh xilem dan floem terletak dalam berkas pembuluh kolateral atau ampivasal. Pada akar susunan xilem dan floem tidak terletak berkumpul dalam berkas tetapi terpisah, terletak berselang-seling struktur anatomi akar dapat dibedakan menjadi epidermis, korteks dan silinder pusat (Ningsih, 2012).

Struktur dan perkembangan akar dalam banyak hal mirip dengan pertumbuhan pada batang. Jika pada batang ada pertumbuhan primer dan sekunder begitupun dengan akar. Pertumbuhan primer pada akar dikotil menyebabkan akar tersebut tumbuh memanjang masuk kedalam tanah. Sedangkan pertumbuhan sekunder pada akar dikotil terdapat cambium yang menyebabkan pembesaran diameter (Pujianti, 2011).

Pertumbuhan primer pada akar tergantung pada akar bagian ujung dimana bagian itu dikelilingi oleh sel yang berbentuk tudung dan dinamakan tudung akar. Pada waktu akar menembus partikel-partikel yang ada didalam tanah. Ujung akar dilindungi oleh tudung akar terhadap kerusakan mekanis. Pada kebanyakan tumbuhan dikotil, baik epidermis akar maupun tudung akar berasal dari lapisan paling luar sel-sel meristem ujung (Pujianti, 2011).

Pada jaringan muda tumbuhan dikotil perkembangan akar melibatkan perkembangan sel-sel yang khusus dan tidak terdiferensiasi menjadi sel-sel matang serta sel-sel khusus yang memainkan berbagai peranan dalam kegiatan-kegiatan akar. Ada 3 daerah utama yang berperan penting pada daerah pematangan, yaitu : silinder pembuluh, korteks, dan epidermis. Ditengah-tengah akar terdapat silinder pembuluh yang dibangun oleh jaringan pembuluh bersama-sama parenkim. Sel-sel xylem yang berdinding tebal berfungsi menyalurkan air dan mineral. Sedangkan sel-sel floem berfungsi menyalurkan bahan makanan. Sel-sel xylem primer pada tumbuhan dikotil membentuk jejari yang berpusat ditengah-tengah dan berjumlah 2-4. Sedangkan sel-sel floem primer berserakan dalam kelompok diantara jejaring tadi. Pada kebanyakan dikotil, sel-sel yang tepat ditengahnya akan berkembang menjadi xylem (Pujianti, 2011).

Akar sekunder adalah akar yang tumbuh dari akar lain, atau bisa disebut akar cabang. Pertumbuhan sekunder bersifat khas bagi akar-akar tumbuhan dikotil. Pertumbuhan sekunder dijumpai di khas pada akar Gymnospermae dan Dicotyledoneae. Akar Monocotyledoneae biasanya tidak mengalami pertumbuhan sekunder. Apabila pertumbuhan sekunder dimulai, pertama timbul cambium di dalam parenkim diantara jejaring xylem primer dan didalam floem primer. Cambium akan membentuk xylem sekunder dan floem sekunder keluar. Kemudian, cambium itu diperluas secara lateral karena diferensiasi inisial cambium didalam perisikel sekeliling ujung jejaring xylem dan juga mulai membentuk tenunan sekunder. Kemudian cambium membentuk daerah melingkar didalamnya terdapat xylem sekunder yang secara menyeluruh menyelubungi xylem primer. Floem primer dan endodermis biasanya hancur karena tekanan tenunan yang tumbuh didalamnya (Pujianti, 2011).

Pada awalnya, kambium pembuluh berbentuk pita yang jumlahnya tergantung tipe akar. Pada akar diark terdapat dua pita, pada akar triark terdapat akar tiga pita, dan seterusnya. Sel perisiklus yang terdapat di luar daerah xilem juga menjadi aktif seperti kambium. Selanjutnya, kambium melengkapi lingkaran dengan xilem sebagai pusatnya. Penampang melintang kambium pada perkembangan awal berbentuk oval, pada akar diark, segi tiga pada akar triark, dan pada akar poliark membentuk segi banyak. Kambium berbatasan dengan permukaan dalam floem yang berfungsi membentuk xilem sekunder ke arah dalam dan fleom sekunder ke arah luar. Kambium menghasilkan xilem dan floem dengan membelah perinkin dan antiklin sehingga lingkaran akar bertambah besar (Pujianti, 2011).

Pembentukan periderm mengikuti pertumbuhan pembuluh sekunder. Sel perisiklus terus membelah secara perinkin dan antiklin. Pembelahan perinklin menyebabkan peningkatan jumlah lapisan perisiklus. Peningkatan ketebalan jaringan pembuluh dan perisiklus menekan korteks ke arah luar sehingga korteks menjadi pecah. Felogen di luar perisiklus akan membentuk felem ke arah luar dan feloderm ke arah dalam. Pada akar tumbuhan menahun (perennial), keaktifan kambium pembuluh dan felogen terus terjadi sepanjang tahun. Perkembangan akar, seperti halnya pada batang, juga akan membentuk ritidom. Pada tumbuhan Dikotil menerna, misalnya pada Medicago sativa, xilem sekunder terdiri atas pembuluh dengan penebalan dinding menganak tangga dan memata jala. Pembuluh ini juga mengandung serabut dan sel parenkim. Floem berisi pembuluh dengan sel pengiring, serabut, dan sel parenklim. Floem di bagian luar hanya berisi serabut dan parenkim; pembuluh yang tua akan rusak. Floem akan menyatu dengan parenkim di dalam periderm kecuali apabila terrdapat serabut. Gabus merupakan turunan felogen yang berfungsi sebagai jaringan pelindung. Pertumbuhan sekunder pada berbagai tumbuhan Dikotil menerna berbeda (Pujianti, 2011).

Pada akar  tumbuhan  berkayu, di  jaringan  pembuluh biasanya  mempunyai

banyak sel dengan dinding sekunder yang mengandung lignin. Akar Gymnospermae mempunyai tipe tumbuhan sekunder yang sama dengan akar tumbuhan Dicotyledoneae. Namun, terdapat perbedaan histologi antara akar dan batang. Pada akar, takaran unsur dengan dinding sekunder berlignin lebih kecil dibandingkan pada kayu dan kulit kayu, tetapi proporsi jaringan parenkim lebih besar. Penelitian pada kayu Plantanus menunjukkan bahwa kayu dan akar secara filogenetik lebih primitif daripada batang (Pujianti, 2011).

Bila dibanding dengan akar, maka anatomi batang berbeda dengan anatomi akar. Anatomi batang dipengaruhi oleh daun-daun yang terdapat padanya serta terbentuk secara eksogen. Seperti pada akar, penampang melintang batang menunjukkan pula adanya jaringan seperti epidermis, korteks dan jaringan pembuluh pada bagian tengah. Jaringan pembuluh pada batang bisa berasal dari unting-unting prokambium yang terpisah satu sama lain atau berasal dari satu silinder prokambium (Mulyani, 2006).

Pada pertumbuhan selanjutnya terjadi diferensiasi xilem dan floem xilem sehingga terdapatlah berkas-berkas ikatan pembuluh atau silinder jaringan pembuluh. Protofloem maupun protoxilem berdiferensiasi dalam bagian tumbuhan yang belum selesai pertumbuhannya. Pendewasaan dari kedua jaringan tersebut terjadi di antara jaringan-jaringan dengan sel-sel yang sedang aktif memanjang. Elemen tapis memanjang pula dan segera kehilangan fungsinya. Protofloem akhirnya terdesak dan tidak terlihat lagi (Nugroho, 2005).

Pada saat pembentukan ikatan pembuluh, apabila seluruh prokambium terdiferensiasi semua maka ikatan pembuluh seperti itu disebut  ikatan pembuluh tertutup. Tetapi apabila pada ikatan pembuluh masih terdapat sisa prokambium yang kemudian terdiferensiasi menjadi kambium pembuluh maka disebut ikatan pembuluh terbuka. Tipe-tipe ikatan pembuluh dapat dibedakan berdasarkan susunan floem dan xilem adalah sebagai berikut (Mulyani, 2006):

  1. Ikatan pembuluh kolateral yaitu tipe ketika xilem terbentuk secara endarch, di sebelah luar xilem terdapat berkas floem yang terbentuk dari luar ke dalam. Tipe ini banyak terdapat pada tumbuhan.
  2. Ikatan pembuluh bikolateral yaitu di sebelah luar maupun sebelah dalam dari xilem terdapat berkas floem.
  3. Ikatan pembuluh radial, kelompok protoxilem berdampingan dengan kelompok protofloem dalam suatu lingkaran. Tipe ikatan pembuluh ini terdapat pada akar.
  4. Ikatan pembuluh kosentris :
  5. Amfivasal yaitu ikatan kosentris dengan floem di tengah dikelilingi oleh xilem, misalnya Cordyline sp., Dracaena sp.
  6. Amfikribal yaitu ikatan kosentris dengan xilem dikelilingi floem yang terdapat pada tumbuhan Pteridophyta.

Jaringan-jaringan yang terdapat pada batang tumbuhan adalah sebagai berikut (Pujianti, 2011):

  1. Epidermis, biasanya terdiri dari satu lapisan sel serta memiliki stomata dan bermacam-macam rambut. Sel-selnya masih hidup dan mampu bermitosis.
  2. Korteks, terdiri dari parenkim. Ruang antar selnya sangat jelas, sebagian besar di tengah korteks. Pada bagian tepi korteks sering terdapat lapisan-lapisan kolenkim atau serat-serat.
  3. Jaringan pembuluh, biasanya berupa silinder antara korteks dan empulur misalnya pada Gymnospermae dan dikotil atau berupa ikatan-ikatan pembuluh yang terpisah satu dengan lainnya.
  4. Empulur, merupakan bagian tengah terdiri dari parenkim yang mungkin mengandung kloroplas. Bagian tengah empulur sering hancur dan bagian tepi sel-selnya kecil.

Variasi struktur daun Angiospermae sedikit banyak ada hubungannya dengan habitatnya dan dapat dipakai sebagai ciri tipe ekologi tumbuhan tersebut, seperti mesofit (tumbuhan yang hidup di tempat tidak terlampau basah atau terlampau kering), hidrofit (tumbuhan hidup di air) dan xerofit (tumbuhan yang hidup di tempat yang kering atau kekurangan air). Namun demikian  perbedaan sering tidak begitu nyata, daun-daun sering memperlihatkan ciri kombinasi dari berbagai tipe ekologi. Terlepas dari bentuk maupun ukuran, semua daun memiliki komposisi jaringan yang sama yaitu  epidermis, mesofil dan berkas pembuluh (tulang daun) (Campbell, 2003).

Seperti halnya pada batang, epidermis pada daun tersusun rapat dan dilapisi kutikula yang mengurangi hilangnya air karena transpirasi. Stoma didapati di kedua belah sisi daun tetapi umumnya di sisi sebelah bawah didapati lebih banyak stoma. Pada daun hidrofit yang daunnya mengapung dipermukaan air, stoma didapati di sisi sebelah atas saja, sedangkan daun-daun yang ada di dalam air tanpa stoma sama sekali. Pada sejumlah besar tumbuhan xerofit, stoma berada di tempat lekukan, terbenam ke dalam permukaan daun. Pada tempat lekukan ini sering juga didapati rambut-rambut epidermis. Rambut epidermis atau trikoma sering juga didapati di kedua belah sisi daun. Rambut-rambut epidermis yang lebat mengurangi hilangnya air dari daun (Mulyani, 2006).

Pada  penampang  melintang Zea mays  ukuran  epidermis besar  pada epidermis yang adaksial sering didapati sel  buliform. Sel buliform diduga berfungsi untuk mengatur, menggulung dan membuka kembali daun apabila kekeringan. Mesofil pada daun jagung tidak mengalami diferensiasi menjadi jaringan bunga karang dan jaringan palisade. Seluruh mesofil terdiri dari sel-sel yang hampir sama bentuknya. Hal ini umumnya terdapat pada daun Graminae. Terdapat satu lapis deretan sel parenkim berdinding tipis mengelilingi berkas pembuluh, disebut seludang berkas pembuluh (Mulyani, 2006).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Campbell, N., Reece, 2003. Biologi jilid 1 Edisi kedelapan. Erlangga. Jakarta.

Fathiyawati, 2008. Uji Toksisitas Ekstrak Daun Ficus racemosa terhadap Artemia salina Leach dan Profil Kromatografi Lapis Tipis. Universitas Muhammadiyah press, Surakarta.

 

Mulyani, S., 2006. Anatomi Tumbuhan. Kanisius. Yogyakarta.

Ningsih, R. 2012. Anatomi Tumbuhan. Universitas Holuoleo. Kendari

Nugroho, L. Hartanto, dkk., 2005. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan.  Penebar Swadaya. Jakarta.

 

Pujianti, Nurlaela, 2011. Laporan Praktikum Anatomi Tumbuhan (akar, batang,

dan daun). http://www.scribd.com. Diakses pada tanggal 18 April 2015,

pada pukul 21.40 WITA.

 

Sutrian, Y. 2011. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan Tentang Sel dan Jaringan. Rineka Cipta. Jakarta.

 


 

BAB III

METODE PERCOBAAN

 

III.1 Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah silet, mikroskop, pensil, mikroskop, objeck glass, dan deck glass.

 

III.2 Bahan

            Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah akar, batang, daun dari Jagung Zea mays dan Gandarusa Justicia gendarussa, empulur batang ubi kayu Mannihot uttilissima, aquades, gliserin, selotip, kuteks bening, dan label.

 

III.3 Prosedur Kerja

III.3.1 Pembuatan Preparat Melintang Akar Jagung dan Gandarusa

Prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini adalah:

  1. Menyiapkan alat dan baha
  2. Mengirirs bahan akar dari tumbuhan Jagung Zea mays atau Gandarusa Justicia gendarussa dengan silet secara melintang setipis mungkin dengan bantuan empulur dari batang ubi kayu.
  3. Meletakkan hasil irisan pada objeck glass, diteteskan air secukupnya, lalu ditutup dengan deck glass.
  4. Mengamati preparat di bawah mikroskop dengan mengatur cahaya, titik fokus, dan perbesaran sehingga mendapatkan gambaran anatomis dari organ tumbuhan.
  5. Mengoleskan di sekitar deck glass kuteks bening untuk mencegah adanya kontak dari luar dan agar preparat awet dan melekat.
  6. Memberi label pada preparat dan disimpan ditempat yang baik dan aman.

III.3.2 Pembuatan Preparat Melintang Batang Jagung dan Gandarusa

Prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini adalah:

  1. Menyiapkan alat dan bahan.
  2. Mengiris bahan batang dari tumbuhan Jagung Zea mays atau Gandarusa Justicia gendarussa) dengan silet secara melintang setipis mungkin dengan bantuan empulur dari batang ubi kayu.
  3. Meletakkan hasil irisan pada objeck glass, diteteskan air secukupnya, lalu ditutup dengan deck glass.
  4. Mengamati preparat di bawah mikroskop dengan mengatur cahaya, titik fokus, dan perbesaran sehingga mendapatkan gambaran anatomis dari organ tumbuhan.
  5. Mengoleskan di sekitar deck glass kuteks bening untuk mencegah adanya kontak dari luar dan agar preparat awet dan melekat.
  6. Memberi label pada preparat dan disimpan ditempat yang baik dan aman.

III.3.3 Pembuatan Preparat Melintang Daun Jagung dan Gandarusa

Prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini adalah:

  1. Menyiapkan alat dan bahan.
  2. Mengiris bahan daun dari tumbuhan Jagung Zea mays atau Gandarusa Justicia gendarussa) dengan silet secara melintang setipis mungkin dengan bantuan empulur dari batang ubi kayu.
  3. Meletakkan hasil irisan pada objeck glass, diteteskan air secukupnya, lalu ditutup dengan deck glass.
  4. Mengamati preparat di bawah mikroskop dengan mengatur cahaya, titik fokus, dan perbesaran sehingga mendapatkan gambaran anatomis dari organ tumbuhan.
  5. Mengoleskan di sekitar deck glass kuteks bening untuk mencegah adanya kontak dari luar dan agar preparat awet dan melekat.
  6. Memberi label pada preparat dan disimpan ditempat yang baik dan aman.

III.3.4 Pembuatan Preparat Epidermis Daun Jagung dan Gandarusa

Prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini adalah:

  1. Menyiapkan alat dan bahan,
  2. Mengolesi permukaan daun dari tumbuhan Jagung Zea mays atau Gandarusa Justicia gendarussa) dengan kuteks bening setipis mungkin dan tunggu hingga mengering.
  3. Menggunting selotip bening secukupnya kemudian rekatkan pada bagian epidermis atas dan bawah daun yang telah diberi kuteks. Menarik selotip kemudian tempelkan pada objek glass.
  4. Mengamati preparat di bawah mikroskop dengan mengatur cahaya, titik fokus, dan perbesaran sehingga mendapatkan gambaran anatomis dari organ tumbuhan.
  5. Memberi label pada preparat dan disimpan ditempat yang baik dan aman.

 

 

 

 

 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

IV.1 Hasil

IV.1.1 Penampang Melintang Akar

1.      Akar Jagung Zea mays

 

Keterangan :

1.      Xilem

2.      Parenkim

3.      Floem

4.      Korteks

5.      Epidermis

2.      Akar Gandarusa Justicia gandarussa. L

 

Keterangan :

1.   Epidermis

2.   Parenkim

3.   Floem

4.   Korteks

5.   Korteks

 

IV.1.2 Penampang Melintang Batang

1.      Batang Jagung Zea mays

 

Keterangan :

 

1.      Jaringan Dasar

2.      Epidermis

3.      Xylem

4.      Floem

 

 

2.         Batang Gandarusa Justicia gandarussa. L

 

 

Keterangan :

1.      Epidermis

2.      Xylem

3.      Floem

4.      Korteks

5.      Kambium

 

 

IV.1.3  Penampang Melintang Daun

1.      Daun Jagung Zea mays Keterangan :

1.      Xilem

2.      floem

3.      Sel kipas

4.      Stomata

 

2.      Daun Gandarusa Justicia gandarussa L Keterangan :

1.      Stomata

2.      Xylem

3.      Floem

4.      Epidermis

 

 

 

 

 

IV.1.4 Pengamatan Stomata

1.      Daun Jagung Zea mays

Atas

 

Bawah

Keterangan : 1. Stomata / mulut daun
2.      Daun Gandarusa Justicia gandarussa .L
Atas Bawah

 

 

 

 

Keterangan : 1. Stomata / Mulut daun

IV.2 Pembahasan

IV.2.1 Akar Monokotil dan Dikotil

            Pada pengamatan akar yang telah dilakukan, terlihat bahwa akar jagung Zea mays atau akar monokotil tidak memiliki pertumbuhan sekunder, sedangkan akar gandarusa Justicia gendarrussa atau akar dikotil memiliki dua fase pertumbuhan. Pada pertumbuhan sekunder akar dikotil memiliki kambium vaskular dan kambium gabus, yang berasal dari sel-sel perisikel dan jaringan penghubung, sedangkan akar monokotil kekurangan kambium. Akar monokotil memiliki empulur yang selalu berada di tengah, sedangkan akar dikotil memiliki empulur  yang sangat kecil dibandingkan dengan empulur monokotil atau tidak memiliki empulur.

IV.2.2 Batang Monokotil dan Dikotil

Pada pengamatan preparat melintang batang, maka dapat dibedakan antara batang monokotil dan dikotil yaitu batang monokotil terdiri atas epidermis, korteks, sklerenkim, xylem,floem, empulur, dan berkas pembuluh, sedangkan batang dikotil terdiri atas epidermis, korteks, empulur, berkas pembuluh, xylem primer dan sekunder, floem primer dan sekunder dan kambium. Selanjutnya berkas pengangkutan (xylem dan floem) pada batang monokotil tersebar tidak beraturan, sedangkan pada batang dikotil letaknya tersusun dalam lingkaran. Selain itu, batang monokotil tidak mengalami pertumbuhan sekunder sehingga tidak memiliki kambium, sedangkan batang dikotil mengadakan pertumbuhan sekunder oleh aktivitas kambium.

Pada batang monokotil yang tidak bercabang-cabang, pembuluh angkutnya (xilem-floem) tersebar, tidak memiliki jari-jari empulur, tidak ada kambium vaskular sehingga tidak dapat membesar, empulur tidak dapat dibedakan di daerah korteks.

Pada batang Monokotil, epidermis terdiri dari satu lapis sel, batas antara korteks dan stele umumnya tidak jelas. Pada stele monokotil terdapat ikatan pembuluh yang menyebar dan bertipe kolateral tertutup yang artinya di antaraxilem dan floem tidak ditemukan kambium. Tidak adanya kambium pada monokotil menyebabkan batang Monokotil tidak dapat tumbuh membesar,dengan perkataan lain tidak terjadi pertumbuhan menebal sekunder. Meskipun demikian, ada Monokotil yang dapat mengadakan pertumbuhan menebal sekunder, misalnya pada pohon Hanjuang Cordyline sp. dan pohon Nenas seberang Agave sp.

Pada batang Dikotil yang bercabang-cabang, pembuluh angkut teratur, punya jari-jari empulur, mempunyai kambium vaskular sehingga dapat membesar, dapat dibedakan antara daerah korteks dan empulur, ada kambium di antara xilem dan floem. Pada batang pula berkas pengangkut xilem dan floem tersusun melingkar pada tumbuhan dikotil dan tersebar pada tumbuhan monokotil.

IV.2.3 Daun Monokotil dan Dikotil

Pada pengamatan preparat melintang daun dapat dilihat bahwa sistem jaringan dasar pada daun monokotil dan dikotil dapat dibedakan. Pada tumbuhan dikotil sistem jaringan dasar (mesofil) dapat dibedakan atas jaringan pagar dan bunga karang, tidak demikian halnya pada monokotil khususnya famili Graminae. Sistem berkas pembuluh terdiri atas xilem dan floem yang terdapat pada tulang daun. Selain itu, pada tumbuhan dikotil, mesofilnya tersusun rapat, rapi tanpa adanya sel buliformis. Sedangkan pada tumbuhan monokotil susunan jaringan mesofil sedikit lebih kurang teratur dibandingkan susunan mesofil pada daun tumbuhan dikotil.

 

 

BAB V

PENUTUP

 

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan maka diperoleh :

  1. Pada akar dikotil, terbentuk kambium, serta korteks dan stele terdapat sekat pemisah. Pada akar monokotil tidak terbentuk kambium serta tidak ada pemisah yang jelas antara korteks dan stele.
  2. Pada batang dikotil berkas pembuluh tersusun secara teratur, diantara xylem dan floemnya terdapat kambium dan terdapat pemisah anatara korteks dan stele berupa endodermis. Pada monokotil berkas pembuluh angkutnya tersusun tersebar dan tidak terdapat kambium serta pembatas korteks dan stele tidak jelas.
  3. Pada daun dikotil, sel epidermisnya memiliki variasi berupa litosit yang sistolit. Adapun tipe stomatanya diasit. Pada daun monokotil, variasi epidermisnya berbentuk sel kipas dengan stomata kriptofor dan modifikasi epidermis berupa trikoma serta pada permukannya tidak terdapat lapisan zat lilin. Berkas pembuluhnya radial. Sel parenkimnya berupa jaringan bunga karang atau spon. Adapun tipe stomatanya. tersusun berderet sejajar, sel penutupnya berbentuk seperti halter yang bagian ujungnya membesar dan berdinding tipis.

V.2 Saran

Sebaiknya sebelum membuat preparat terlebih dahulu dijelaskan secara detail perbedaan tumbuhan monokotil dan dikotil secara anatomi, agar praktikan dapat mendapatkan preparat yang jelas dan benar.

MAKALAH BIOLOGI DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

BAB I

PENDAHULUAN

 

 

  1. Latar Belakang Masalah

Problematika yang dialami oleh sebagian umat Islam  saat ini diantaranya adalah munculnya semacam kebingungan ketika hasil penemuan sains tampaknya bertentangan dengan Al Qur’an, lalu muncullah upaya untuk menginterpretasikan ayat-ayat Al Qur’an agar sesuai dengan pernyataan sains. Pada pemahaman saya, perlu kehati-hatian ketika seseorang mencoba membandingkan antara teori dalam sains dengan ayat-ayat dalam AlQur’an.Permasalahannya, kebenaran yang diungkapkan sains merupakan kebenaran yang relatif. Sebuah teori dalam sains bisa digantikan oleh teori lainnya, apalagi jika begitu banyak hal-hal yang masih belum jelas tentang fenomena yang menjadi objek dari teori tersebut. Teori relativitas Einstein sebagai contoh merevisi teori mekanika klasik Newton berkenaan dengan konsep ruang dan waktu. Dalam biologi, berbagai pandangan atau teori tentang asal usul kehidupan pernah muncul seperti teori abiogenesis ataugeneratio spontanea-nya Aristoteles yang selanjutnya digantikan oleh teoribiogenesis: omne vivum ex ovo, omne ovum ex vivo, omne vivum ex vivo- dari hasil-hasil percobaan Francesco Redi, Lazzaro Spallanzani dan Louis Pasteur.Manusia adalah makhluk-Nya yang paling sempurna dan sebaik-baik ciptaan dibandingkan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Manusia dilengkapi akal untuk berfikir yang membedakannya dengan binatang. Mengenai proses kejadian manusia, dalam Al-Qur’an (QS. Al-Hijr (15) : 28-29) diterangkan bahwa manusia diciptakan dari tanah dengan bentuk yang sebaik-baiknya kemudian ditiupkan ruh kepadanya hingga menjadi hidup.

Banyak ahli ilmu pengetahuan mendukung teori evolusi yang mengatakan bahwa manusia berasal dari makhluk yang mempunyai bentuk maupun kemampuan yang sederhana kemudian mengalami evolusi dan kemudian menjadi manusia seperti sekarang ini. Di lain pihak banyak ahli agama yang menentang adanya proses evolusi manusia tersebut. Khususnya agama Islam yang meyakini bahwa manusia pertama adalah Nabi Adam a.s. disusul Siti Hawa dan kemudian keturunan-keturunannya hingga menjadi banyak seperti sekarang ini. Hal ini didasarkan pada berita-berita dan informasi-informasi yang terdapat pada kitab suci masing-masing agama yang mengatakan bahwa Adam adalah manusia pertama. Untuk itu dalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana proses kejadian manusia menurut Al-Qur’an, hadist, maupun iptek.

  1. Rumusan Masalah
  2. Proses pembentukan bumi menurut teori dan Al-Qur’an
  3. Penciptaan langit dan bumi dari perspektif Islam dan agama lain.
  4. Teori evolusi menurut pandangan Islam
  5. Hakikat manusia dalam Al-Qur’an

 

  1. Metode Penulisan

Metode Pustaka

Yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan judul makalah,baik berupa buku maupun informasi di internet.

 

  1. Tujuan dan Manfaat

 

  1. Untuk mengetahui bagaimana proses pembentukan bumi dari dua perspektif yang berbeda yaitu menurut teori dan Al-Qur’an.
  2. Untuk mengetahui bagaimana langit dan bumi itu diciptakan yang ditinjau dari berbagai pandangan agama Islam dan agama lain.
  3. Untuk mengetahui bagaimana teori evolusi menurut pandangan Islam.
  4. Untuk mengetahui bagaimana hakikat manusia dalam Al-Qur’an.

BAB II

PEMBAHASAN

 

 

  1. Proses Pembentukan Bumi Menurut Teori dan Al-Qur’an

 

            Teori yang paling populer adalah teori big bang. Awalnya ada 1 bintang raksasa yang kemudian mengalami supernova, meledak dan materialnya menyebar kemana-mana.

 

            Material besar yang menyimpan energi menjadi bintang, sementara yang lebih kecil menjadi planet, yang lebih kecil menajdi bulan, asteroid, dan benda langin lainnya. Sesuai kaidah bahwa dua benda akan tarik-menarik sesuai dengan gravitasi yang dimilikinya (yang dipengaruhi oleh massa masing-masing benda tersebut), maka benda yang massanya lebih kecil akan tertarik oleh gravitasi benda yang massanya lebih besar. tapi karena adanya gravitasi benda yang lebih kecil tersebut, maka benda yang lebih kecil akan berputar mendekat ke benda yang lebih besar sampai akhirnya dicapai kesetimbangan antara kedua gravitasi kedua sehingga benda yang lebih kecil akan ber-revolusi mengelilingi benda dengan massa yang (jauh) lebih besar. Contoh, planet yang mengelilingi matahari.

 

           Kemudian planet ini pun mengalami proses pembentukan dirinya. Sebagai pecahan dari bintang, tentu saja tiap planet memiliki komposisi yang berbeda. Kemudian pengaruh dari radiasi yang diterima tiap planet juga berbeda, maka proses yang terjadi pada tiap-tiap planet akan berbeda satu-sama lain.

 

            Bumi yang awalnya berupa benda pijar yang panas perlahan-lahan mengalami pendinginan (energi yang disimpannya cuma sedikit lho, ga sebanyak bintang). Sesuai hukum thermodinamika, bumi mengalami perubahan dari bentuk gas –> semakin dingin –> cair, nah pada saat cair inilah material-material mulai mengelompok dan membentuk bagian-bagian inti,mantel dan kerak.

 

            Khusus untuk kerak, (uap) air yang mulai terbentuk seiring pendinginan bumi mulai mendingin dan turun ke permukaan bumi menjadi air. Nah karena permukaan bumi masih berupa cairan panas, maka air tersebut menjadi uap lagi sementara permukaannya terdinginkan dan mulai mengeras. bayangkan magma yang disemprot air dalam jumlah banyak, lama-lama permukaan atasnya akan mengeras (karena mendingin) sementara lapisan bawahnya tetap berupa cairan panas. Nah lapisan keras tersebut semakin lama semakin tebal dan sekarang menjadi ‘permukaan tanah’ tempat manusia dan makhluk hidup lainnya tinggal. Sementara air yang sebagian besar menjadi laut dan samudra, salah satunya berfungsi untuk menjaga suhu kerak bumi tetap dingin.

 

  1. Proses Pembentuan Bumi Menurut Agama Islam

 

            “Dia menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam” ( Al-Qur’an, Az-Zumar:5) dalam AL-Qur’an, kata-kata yang digunakan untuk menjelaskan tentang alam semesta sungguh sangat penting. Kata arab yang terjemahkan sebagai “menutupkan” dalam ayat diatas adalah “takwir” dalam kamus bahasa arab misalnya kata ini digunakan untuk menggambarkan pekerjaan membungkus atau menutup sesuatu di atas yang lain secara melingkar, sebagaimana surban dipakaikan di atas kepala.

            Keterangan yang di sebut dalam ayat tersebut tentang siang dan malam yang saling menutup satu sama lain berisi keterangan yang tepat mengenai bentuk bumi pernyataan ini hanya benar jika bumi berbentuk bulat. Ini berarti bahwa dalam Al-Qur’an, yang telah diturunkan di abad ke-7 telah diisyaratkan tentang bentuk bumi yang bulat. Namun perlu diingat bahwa ilmu Astronomi kala itu memahami bumi secara berbeda dimasa itu, bumi di yakini berbentuk bidang datar san semua perhitungan serta penjelasan ilmiah didasarkan pada keyakinan ini, sebaliknya ayat-ayat Al-Qur’an berisi informasi yang telah hanya mampu kita pahami dalam abad terakhir oleh karena Al-  Qur’an adalah firman Allah. Maka tidak mengherankan jika kata-kata yang tepat digunakan dalam ayat-ayat ketika menjelaskan jagat raya..Adapun yang mengenai relief bumi, Qur-an hanya menyinggung terbentuknya gunung-gunung. Sesungguhnya dari segi yang kita bicarakan di sini, hanya sedikit yang dapat kita katakan; yaitu ayat-ayat yang menunjukkan perhatian Tuhan kepada manusia dalam hubungannya dengan terbentuknya bumi seperti dalam:

 

Surat Nuh ayat 19:

وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ بِسَاطًا

Artinya: “Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan supaya kamu menempuh jalan-jalan yang luas di bumi itu.”

 

 

 

Surat Az-Zariyat ayat 48 :

 

وَالْأَرْضَ فَرَشْنَاهَا فَنِعْمَ الْمَاهِدُونَ

Artinya: “Dan bumi itu Kami hamparkan, maka sebaik-baik yang menghamparkan adalah Kami.”

 

(Permadani) yang digelar (dihamparkan) adalah kulit bumi yang keras yang di atasnya kita dapat hidup. Adapun lapisanlapisan di bawah adalah sangat panas, cair dan tak sesuai dengan kehidupan. Ayat-ayat Qur-an yang mengenai gunung-gunung serta isyarat-isyarat tentang stabilitasnya karena akibat fenomena lipatan adalah sangat penting.

 

Surat Al-Ghaasyiyah ayat 19, 20:

 

وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ

Artinya: “Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?

 

وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ

Artinya: “Dan bumi bagaimana ia dihamparkan.”

 

Konteks ayat mengajak orang-orang yang tidak beragama untuk melihat fenomena-fenomena alamiah. Ayat-ayat di bawah ini menjelaskan lebih lanjut:

 

Surat An-Naba ayat 6, 7:

أَلَمْ نَجْعَلِ الْأَرْضَ مِهَادًا

Artinya: “Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan”

 

وَالْجِبَالَ أَوْتَادًا

Artinya : “dan gunung-gunung sebagai pasak.”

 

Orang-orang yang beragama itu memakai (autad, kata jamak dari watad) untuk menetapkan tenda di atas tanah.

 

Para ahli geologi modern menggambarkan lipatan tanah yang mengambil tempat duduk di atas relief, dan yang dimensinya berbeda-beda sampai beberapa kilometer bahkan beberapa puluh kilometer. Daripada fenomena lipatan inilah kulit bumi dapat menjadi stabil.

 

Karena hal-hal tersebut di atas kita tidak heran jika membaca Qur-an dan mendapatkan pemikiran-pemikiran tentang gunung-gunung seperti berikut:

 

Surat An-Nazi’at ayat 32:

 

وَالْجِبَالَ أَرْسَاهَا

Artinya: “Dan gunung-gunung dipancangkanNya dengan teguh.”

 

Surat Luqman ayat 10:

 

خَلَقَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ۖ وَأَلْقَىٰ فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَن تَمِيدَ بِكُمْ وَبَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ دَابَّةٍ ۚ وَأَنزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَنبَتْنَا فِيهَا مِن كُلِّ زَوْجٍ كَرِيمٍ

 

Artinya: “Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik.”

 

Kata-kata tersebut diulangi lagi dalam surat An-Nahl ayat 15. Idea yang sama diterangkan dengan cara yang agak berlainan.

 

Dalam surat An-Anbiyaa’ ayat 31:

 

وَجَعَلْنَا فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَن تَمِيدَ بِهِمْ وَجَعَلْنَا فِيهَا فِجَاجًا سُبُلًا لَّعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ

 

Artinya: “Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.”

 

Ayat-ayat tersebut menerangkan bahwa cara gunung-gunung itu diletakkan adalah sangat menjamin stabilitasnya, dan hal ini sangat sesuai dengan penemuan-penemuan geologi.

 

Surat An-Nazi’at ayat 28 :

رَفَعَ سَمْكَهَا فَسَوَّاهَا

Artinya :”Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya,”

Ayat ini menerangkan masa II dari penciptaan bumi. Dua kata kunci dalam ayat ini adalah “meninggikan dan menyempurnakan”. Mengembang yang dimaksud adalah proses berkembangnya seluruh galaksi yang saling menjauh antar satu sama lain. Dan langit-langit menjadi semakin meninggi. Mengembangnya alam semesta sebenarnya adalah kelanjutan big bang.

Sedangkan kata ”menyempurnakan”, menunjukkan bahwa alam ini tidak serta merta terbentuk, melainkan dalam proses yang terus berlangsung. Misalnya kelahiran dan kematian bintang yang terus terjadi. Alam semesta ini dapat terus mengembang, atau kemungkinan lainnya akan mengerut.

Surat An-Nazi’at ayat 30 :

وَالْأَرْضَ بَعْدَ ذَٰلِكَ دَحَاهَا

Artinya: ”Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya”

 

Di masa IV inilah mulai bumi terbentuk. dimulai dengan pembentukan superkontinen Pangea di permukaan Bumi.

 

Surat An-Nazi’at ayat 31 :

 

                                                                                                   أَخْرَجَ مِنْهَا مَاءَهَا وَمَرْعَاهَا
Artinya :“Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya”

Pada ayat ini, dijelaskan mengenai masa V penciptaan bumi yaitu evolusi air. Ketika bumi terbentuk air belum ada. Air diperkirakan berasal dari komet yang menumbuk Bumi ketika atmosfer Bumi masih sangat tipis. Unsur hidrogen yang dibawa komet kemudian bereaksi dengan unsur-unsur di Bumi dan membentuk uap air. Uap air ini kemudian turun sebagai hujan yang pertama. setelah air terbentuk, kehidupan pertama berupa tumbuhan bersel satu pun mulai muncul di dalam air.

  1. Penciptaan Langit dan Bumi Dari Perspektif Islam dan Agama Lain

PENCIPTAAN LANGIT DAN BUMI MENURUT AL QURAN DAN HADITSH(ISLAM)

 Penciptaan Langit dan Bumi menurut Al Qur’an terdapat di surat [7:54, 10:3, 11:7, 21:30, 25:59, 32:4, 57:4, 41:9-12 dan 79:27-33]. Surat Al Anbiyaa’ 21:30, menunjukan keadaan Bumi dan langit saat yang awal mula: Al Anbiyaa’ 21:30, Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?. 

Surat Fushshilat 41: 9-12, menyajikan urutan pengerjaan Bagaimana penciptaan yang dilakukan Allah:

Pertama,(41:9) Bumi di ciptakan dalam dua masa

Kedua, (41:10) Segala isi Bumidiciptakan total dalam empat masa

Ketiga, (41:11) Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.” Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati.” Surat diatas jelas menunjukan bahwa kedudukan Bumi dan Langit adalah sederajat, bumi bukan bagian dari langit. Bumi diciptakan terlebih dahulu, diselesaikan baru kemudian Allah menyelesaikan Langit dan itu dibuktikan di ayat selanjutnya

Keempat, (41:12) Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. 

Surat An Naazi’ aat 79:27-33, juga menyajikan urutan pengerjaan penciptaan yang dilakukan Allah! Allah menyatakan bahwa penciptaan Manusia itu jauh lebih mudah daripada penciptaan Langit. Ia meninggikan Bangunannya lalu menyempurnakannya (79:28). Kemudian ia Menciptakan siang dan malam. Kemudian bumi dihamparkannya (diisi) Caranya: memancarkan Air dan menumbuhkan tumbuhan, gunung-gunung dipancangkan teguh (79:31-32). Untuk apa? Untuk kesenangan Manusia dan binatang ternak milik manusia (79:33) 

Al Baqarah yang diturunkan Allah di 2 H (624 M). Surat ini termasuk golongan surat Al madaniyya yang turun lebih belakangan dari surat Al Makiyya lainnya yaitu 41, 51, 21 dan surat 79. Di surat Al Baqarah 2:29, Muhammad dan Jibril bersabda bahwa: Ia yang menjadikan segala sesuatunya untukmu di Bumi. Kemudian Ia meninggikan (Iswata ila) langit dan dijadikanNya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.

Setelah semuanya siap, di dilanjutkan dengan penciptaan Adam di Al Baqarah 2:30-36, surat itu memperkuat surat-surat penciptaan manusia yang turun sebelumnya yaitu di 7:10-24, 15:26-33 dan 38:71-84. Disebutkab bahwa Adam diciptakan dari tanah kemudian Allah berkata, ‘Jadilah!’ [3:59] Pernyataan di surat Al Baqarah 2:29-36 sangat jelas, terstruktur dan ada urutannya! yaitu menciptakan Bumi, kemudian langit plus 7 langit dan terakhir Penciptakan Manusia. Jadi, saat manusia diciptakan maka penciptaan langit sudah final, tidak ada pengembangan langit lagi. Bukti itu ada di ayat 2:31 Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!” 

Berikut saya kutipkan dari Dr. Maurice Buchaile tentang ayat-ayat penciptaan alam di Al Quran:

BERHADAPAN DENGAN AYAT-AYAT QUR-AN TENTANG PENCIPTAAN ALAM

Marilah kita selidiki lima dasar yang menjadi landasan Qur-an untuk menceritakan tentang penciptaan alam.

I. Enam masa daripada penciptaan langit-langit dan bumi, menurut Qur-an, meliputi terbentuknya benda-benda samawi, terbentuknya bumi dan perkembangan bumi sehingga dapat dihuni manusia. Untuk hal yang terakhir ini, Qur-an mengatakan, segala sesuatu terjadi dalam empat waktu. Apakah empat waktu itu merupakan zaman-zaman geologi dalam Sains modern, karena menurut Sains modern, manusia timbul pada zaman geologi ke empat? Ini hanya suatu hipotesa; tetapi tak ada jawaban terhadap soal ini. Tetapi perlu kita perhatikan bahwa untuk pembentukan benda-benda samawi dan bumi sebagai yang diterangkan dalam ayat 9 sampai dengan 12, surat 4, diperlukan dua tahap. Sains memberi tahu kepada kita bahwa jika kita mengambil contoh (satu-satunya contoh yang sudah mungkin diketahui) daripada pembentukan matahari dan embel-embelnya, yakni bumi, prosesnya melalui padatan (kondensasi) nebula (kelompok gas) dan perpecahannya. Ini adalah yang dikatakan oleh Qur-an secara jelas dengan proses yang mula-mula berupa asap samawi, kemudian menjadi kumpulan gas, kemudian berpecah. Di sini kita dapatkan persatuan yang sempurna antara penjelasan Qur-an dan penjelasan Sains.

II. Sains telah menunjukkan simultanitas antara dua kejadian pembentukan bintang (seperti matahari) dan pembentukan satelit-satelitnya, atau salah satu satelitnya (seperti bumi). Bukankah simultanitas ini telah nampak juga dalam teks Qur-an seperti yang telah kita ketahui?

III. Nampak persesuaian antara wujudnya asap pada permulaan terciptanya kosmos, yaitu asap yang dipakai oleh Qur-an untuk menunjukkan gas yang banyak dalam materi yang menjadi asal kosmos dan konsep Sains modern tentang nebula primitive (kelompok gas asli).

IV. Kegandaan langit-langit yang diterangkan oleh Qur-an dengan simbul angka 7 yang sudah kita fahami artinya telah dibenarkan oleh Sains modern dalam pernyataan ahli-ahli astrofisika tentang sistem galaksi dan jumlahnya yang amat besar. Di lain fihak wujudnya bumi-bumi yang mirip dengan bumi kita dari beberapa aspek adalah suatu hal yang dapat kita fahami daripada teks Qur-an, tetapi sampai sekarang Sains belum dapat membuktikannya. Bagaimanapun keadaannya, para spesialis menganggap bahwa adanya bumi semacam itu sangat mungkin.

V. Adanya suatu penciptaan pertengahan antara langit-langit dan bumi seperti yang dijelaskan Qur-an dapat dimengerti dengan diketemukannya jembatan-jembatan materi yang terdapat di luar sistim astronomik teratur.

Jika segala soal yang ditimbulkan oleh ayat-ayat Qur-an sampai sekarang belum dapat diterangkan secara menyeluruh oleh ilmu pengetahuan, sedikitnya tak terdapat pertentangan antara ayat-ayat Qur-an dan pengetahuan modern tentang penciptaan kosmos.

Bagaimanakah manusia itu diciptakan berdasarkan pandangan agama Islam?

Jawaban Global

Al-Qur’an menyatakan dengan ragam ungkapan terkait dengan penciptaan manusia dan sumber kemunculannya. Sebagian ayat al-Qur’an memperkenalkan bahwa bahan dasar pertama manusia adalah “tanah liat.” Sebagian lainnya menyebutkan bahwa manusia Kami ciptakan dari “air.” Ayat-ayat lainnya menyatakan bahwa sumber penciptaan manusia berasal dari “nutfah” (sperma) dan sebagian ayat lainnya mengungkapkan “tanah dan sperma” sebagai bahan umum pertama penciptaan manusia.

Secara keseluruhan apa yang dapat disimpulkan dengan jelas dari ayat-ayat ini adalah bahwa manusia pertama-tama adalah tanah kemudian dicampur dengan air dan kemudian menjadi tanah liat (lempung) dan lalu berbentuk “tanah liat yang berbau”,setelah itu memiliki kondisi lekat dan rekat lalu menjadi tanah kering dan berbentuk shalshal kalfakhar (tanah tembikar) dan pada akhirnya ditiupkan ruh kepadanya.

Namun dari kalangan ilmuan Biologi terdapat dua asumsi tentang penciptaan makhluk-makhluk hidup baik tumbuh-tumbuhan atau yang memiliki jiwa: Pertama, teori evolusi dan transformisme. Kedua, teori fixisme.

Teori evolusi menyatakan bahwa seluruh jenis makhluk hidup tidak memiliki penciptaan langsung; melainkan merupakan makhluk-mahkluk hidup yang mengalami evolusi secara gradual dan berubah dari satu jenis kepada jenis yang lain. Lingkaran sempurna evolusi ini terdapat pada diri manusia dewasa ini. Teori ini adalah apa yang disebut sebagai teori transformisme. Adapun teori fixisme meyakini jenis-jenis makhluk hidup masing-masing secara terpisah semenjak semula telah berbentuk yang ada seperti sekarang ini dan tidak mengalami perubahan dari satu jenis ke jenis yang lain.

Meski al-Qur’an mengemukakan penciptaan manusia secara global dan universal serta tidak secara langsung menjelaskan teori transformisme dan fixisme ini, namun secara lahir ayat-ayat (tentu saja terkhusus dengan manusia) lebih cocok dengan penciptaan secara langsung, kendati tidak diungkapkan secara lugas.

MENURUT ALKITAB(KRISTEN)

Yahudi kuno serta kaum Kristen memiliki dua legenda penciptaan, keduanya tercatat di Bible/Alkitab.

Yang pertama, Allah menciptakan Langit dan Bumi, Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air, Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi. Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama.

Allah menjadikan cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air. Ia memisahkan air yang ada di bawah cakrawala itu dari air yang ada di atasnya. Allah menamai cakrawala itu langit, itulah hari ke dua. Segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering. Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu laut. Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji di bumi, itulah hari ke tiga. Matahari dan bulan serta bintang-bintang pada hari ke empat, semua burung dan hewan laut pada hari ke lima, Binatang ternak, melata, liar dan laki-laki dan wanita pertama pada hari ke enam[Kejadian 1, 1-31]. Pada tahun 1951, Paus Pius XII menghubungkan Kata “Jadilah terang.” dengan hipotesis Big Bang. Sejak saat itu Big Bang, meledak besar sebagai ‘teori’ asal mula semesta. Yang kedua, Tuhan membuat bumi, lalu laki-laki pertama, lalu tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang, lalu terakhir seorang wanita[Kejadian 2, 4-22].

Frase kata ‘jadilah..’ terdapat dalam setiap kehendak yang Allah lakukan. Paus Pius XII sangat bersemangat untuk menghubungkan frase ‘jadilah terang’ di ayat pertama dengan Big Bang, rupanya beliau sangat memahami terdapat kemuskilan logika bahwa Bagaimana mungkin, Terang dinamakan siang dan gelap dinamakan malam terjadi di hari pertama, sementara Matahari dan bulan baru ada di hari ke 4 Bagaimana mungkin, tumbuhan yang berbiji dan buah-buahan yang berbiji dapat tumbuh semetara Matahari dan Bulan baru diciptakan keesokan harinya, dimana satu hari Allah setara 1000 tahun di bumi.

Beberapa pendapat kalangan nasrani menghubungkan terang dan gelap sebagai kebaikan dan kejahatan, namun pendapat itu juga tidak relevan mengingat obyek kejahatan belum tercipta. Diatas telah disebutkan bahwa Frase “Jadilah terang” dilakukan sebelum penciptaan. Semua penggunaan Frase “Jadilah terang” ternyata dilakukan setelah ada Air yang menutupi samudera raya! Tidak ada bukti dari Alkitab yang menyatakan bahwa Air yang menutupi samudera raya juga diciptakan oleh Allah. Di hari pertama, Tidak diceritakan bagaimana air tercipta karena tidak didahului dengan kata “Jadilah terang”. Air dan Allah sudah ada. Bentuk bumi saat itu hanyalah air yang menutupi seluruh BUMI. Dari atas air tercurah dan dibawah juga ada air, di mana-mana hanyalah Air. Alkitab pada kitab Kejadian 1 hanya bercerita mengenai Bumi disaat Banjir besar, Ia tidak berbicara mengenai pembentukan Tata Surya apalagi Pembentukan Semesta, Petunjuk mengenai hal itu, dilihat di hari ke dua dan ketiga, ketika Banjir itu reda, Langit mulai terang, Air hanya dibawah Langit, beberapa mulai surut, daratan terlihat dan sisanya berupa Lautan.

2.MENURUT WEDA(HINDU)

 Matsya Purana 2.25-30, penciptaan diceritakan terjadi setelah Mahapralaya, leburnya alam semesta, kegelapan di mana-mana. Semuanya dalam keadaan tidur. Tidak materi apapun, baik yang bergerak maupun tak bergerak. Lalu Svayambhu, self being, menjelma, yang merupakan bentuk diluar indra. Ia menciptakan air/cairan pertama kali, dan menciptakan bibit penciptaan didalamnya. Bibit itu tumbuh menjadi telur emas. Lalu Svayambhu memasuki telur itu, dan disebut Visnu karena memasukinya.

 “Semua adalah Purusa, apapun yang telah terjadi dan apapun yang akan terjadi. Ia adalah tuan dari kekekalan, yang tumbuh dari makanan. Ia dinyatakan mempunyai ribuan kepala, ribuan mata dan ribuan kaki. Ia membungkus Bhumi dari segala penjuru, dan ada di luar berbentuk sepuluh jari. Semua hanyalah Purusa, “- Rgveda 10.90.1-2, Chandogya Upanisad 3.14.1 menyatakan bahwa semuanya adalah Brahman. Tidak ada neraka abadi karena bahkan neraka pun tidak bisa dipisahkan dengan Tuhan. Bahkan, tidak ada surga atau neraka pada akhir jaman. Semesta hanyalah manifestasi dari Yang Kuasa, dan akhir dari siklus semesta yang sekarang disebut “Mahapralaya” saat semua kembali pada Purusa. Di akhir jaman, tidak ada surga, tidak ada neraka dan tidak ada jiwa. Dalam Rgveda, kata “Purusa” bisa berarti manusia/laki-laki (man). Secara etimologis, Purusa berarti orang yang menghuni kota (Pura). “Pura” sendiri berarti tempat yang dihuni oleh penjaga/ penghuni. Purusa disebut juga Rahim Emas, Purusa disebut juga Brahmanda, Purusa disebut juga Martanda. Purusa disebut juga Prajapati [Satapatha Brahmana 7.4.1.15, Jaiminya Brahmana 2.47].,

 Rgveda 10.129: 1.Tiada yang termanifestasikan atau tak termanifestasikan. Sehingga tiada debu dan tiada langit di luarnya. Apa yang melingkupinya, di mana naungannya? Apa suara yang dalam dan tak-terjelaskan itu? 2.Tiada kematian. Tiada perbedaan antara siang dan malam. Hanya Ia atas kehendakNya sendiri tanpa udara. Tiada apapun selain itu. 3.Sebelumnya hanya ada kegelapan, semuanya ditutupi kegelapan. Semuanya hanya cairan yang tak terpisahkan (Salila). Apapun itu, ditutupi dengan kekosongan. Yang satu lahir dari panas. 4.Sebelum itu (sebelum penciptaan) keinginan (untuk mencipta) bangkit dari diriNya, lalu dari pikiranNya bibit pertama lahir. Manusia yang bijak dalam berpikir menemukan yang termanifestasikan terikat dengan yang tak-termanifestasikan. 5.Cahayanya menyebar menyamping, ke atas dan bawah. Ia menjadi pencipta. Ia menjadi besar atas kehendaknya sendiri ke bawah dan atas. 6.Siapa yang tahu, siapa yang akan memberitahu dari mana dan mengapa penciptaan ini lahir, karena dewa-dewa lahir setelah penciptaan ini. Sehingga, siapa yang tahu dari siapa semesta ini dilahirkan.

 “Pada mulanya sama sekali tiada apapun. Tiada surga, tiada bumi dan atmosfer.” -Taittiriya Brahmana 2.2.9.1 “Seluruh semesta termasuk bulan, matahari, galaksi dan planet-planet ada didalam telur. Telur ini dikelilingi oleh sepuluh kualitas dari luar.” -Vayu Purana 4.72-73 “Di akhir dari ribuan tahun, Telur itu dibagi dua oleh Vayu.” -Vayu Purana 24.73 “Dari telur emas, alam material diciptakan.” -Manusmrti 1.13

 Srimad Bhagavatam skanda 5 bab 24 mengarakan munculnya alam semesta dari pori-pori Tuhan dalam wujud Karanodakasayi Visnu, dari sini muncul Garbhadakasayi Visnu yang berikutnya dari pusar beliau muncul bentuk yang menyerupai bunga padma. Di atas bunga padma inilah Tuhan menciptakan mahluk hidup yang pertama, yaitu Dewa Brahma. Dewa Brahma diberi wewenang sebagai arsitek yang menciptakan susunan galaksi besarta isinya dalam satu alam semesta yang dikuasainya. Alam semesta berjumlah jutaan dan tidak terhitung banyaknya yang muncul dari pori-pori Karanodakasayi Visnu dan setiap alam semesta memiliki dewa Brahma yang berbeda-beda. Ada Dewa Brahma yang berkepada 4 seperti yang dijelaskan menguasai alam semesta tempat bumi ini berada. Dan ada juga Brahma yang lain yang memiliki atribut yang berbeda, berkepala 8, 16, 32 dan sebagainya. Yang jelas dapat disimpulkan bahwa Brahma adalah merupakan kedudukan dalam sebuah alam semesta dan di seluruh jagad material terdapat sangat banyak dewa Brahma, bukan saja dewa Brahma bermuka empat yang telah biasa dibicarakan oleh umat Hindu saat ini. Hal pertama yang diciptakan Brahma dalah susunan benda antariksa, planet, bintang dan sejenisnya mulai dari tingkatan paling halus sampai dengan yang paling kasar. Dalam penciptaan ini dijelaskan bahwa Tuhan menjelma sebagai Ksirodakasayi Visnu dan masuk kedalam setiap atom. Inilah kemahahebatan Tuhan sebagai maha ada dan menguasai setiap unsur dalam ciptaannya. Setalah itu Dewa Brahma menciptakan berbagai jenis kehidupan mulai dari para dewa, elien, mahluk halus, binatang, tumbuhan sampai pada virus yang berjumlah 8.400.000 jenis kehidupan.Srimad Bhagavatam dalam skanda yang sama menjelaskan pada akhir peleburan suatu alam semesta, alam semesta akan kembali masuk kedalam pori-pori Tuhan.

  1. Teori Evolusi Menurut Pandangan Islam

Problematika yang dialami oleh sebagian umat Islam  saat ini diantaranya adalah munculnya semacam kebingungan ketika hasil penemuan sains tampaknya bertentangan dengan Al Qur’an, lalu muncullah upaya untuk menginterpretasikan ayat-ayat Al Qur’an agar sesuai dengan pernyataan sains. Pada pemahaman saya, perlu kehati-hatian ketika seseorang mencoba membandingkan antara teori dalam sains dengan ayat-ayat dalam AlQur’an.. Permasalahannya, kebenaran yang diungkapkan sains merupakan kebenaran yang relatif. Sebuah teori dalam sains bisa digantikan oleh teori lainnya, apalagi jika begitu banyak hal-hal yang masih belum jelas tentang fenomena yang menjadi objek dari teori tersebut. Teori relativitas Einstein sebagai contoh merevisi teori mekanika klasik Newton berkenaan dengan konsep ruang dan waktu. Dalam biologi, berbagai pandangan atau teori tentang asal usul kehidupan pernah muncul seperti teori abiogenesis ataugeneratio spontanea-nya Aristoteles yang selanjutnya digantikan oleh teoribiogenesis: omne vivum ex ovo, omne ovum ex vivo, omne vivum ex vivo- dari hasil-hasil percobaan Francesco Redi, Lazzaro Spallanzani dan Louis Pasteur. 

Perbedaan tafsir AlQur’an tentang asal usul manusia 

Perbedaan pandangan terhadap tafsir ayat-ayat AlQur’an merupakan suatu hal yang lumrah terjadi, demikian pula halnya tafsiran tentang kisah bagaimana Allah Swt menciptakan Adam as sebagai manusaia pertama. Pandangan umum para mufasirin menyatakan bahwa Adam as adalah manusia pertama yang diciptakan Allah swt dari tanah, dan tidak memiliki keterkaitan asal-usul dengan makhluk lain sebelumnya.

Kendati demikian pandangan lain muncul, misal bahwa Adam as bukanlah manusia pertama dalam arti biologis, tetapi manusia pertama dalam arti spiritual.  Abdul Shabur Syahin dalam bukunya “Adam Bukan Manusia Pertama ?” (2004), misalnya berkeyakinan bahwa manusia pertama yang diciptakan Tuhan dari tanah bukanlah Adam, tetapi sesosok “Basyar” yang tidak memiliki kesadaran, kemanusiaan insaaniyah. Dalam perjalanan waktu yang panjang, menurut Syahin, Tuhan menyempurnakan ciptaannya menjadi “Insaan” yang dilengkapi dengan kesadaran kemanusiaan (mata, pendengaran, hati), dan menurut Syahin itulah yang dimaksud sebagai Adam.

Pada pemahaman penulis, sebetulnya istilah “basyar”  digunakan AlQur’an tanpa merujuk pada masa sebelum manusia menjadi insan. Jadi istilah “basyar” dan “insaan”  tidak dapat diartikan sebagai suatu tahapan proses atau tingkatan kejadian, karena dalam diri manusia ada unsur basyar (biologis) dan insaaniyah secara terpadu, terintegrasi.  Jika Basyaar diartikan sebagai makhluk biologis tanpa rasa kemanusiaan, dan yang merupakan cikal bakal insan, makhluk yang diberi beban untuk mengenal dan beribadah kepada Tuhannya, kita akan menemukan kesukaran diantaranya untuk mengartikan ayat ketika Allah berfirman: “Ana basyarun mitslukum, yuuha illayya annamaa ilaahukum ilaahuwwaahid..” bahwa Rasulullah hanyalah “basyar” manusia (makhluk biologis) biasa sebagaimana manusia lainnya, hanya saja diwahyukan kepadanya firman dari Allah. Bagaimana mungkin Rasul sebagai “basyar” apabila itu diartikan hanya makhluk biologis tanpa kesadaran insaaniyah, tiba-tiba menjadi nabi tanpa menjadi “insaan” terlebih dahulu ? karena ayat tersebut tidak berbunyi “Ana insaanum mitslukum…”  

Pandangan Syahin sebenarnya tidak berbeda dengan Bucaille bahwa manusia mengalami proses transformasi. Maurice Bucaille dalam bukunya ”What is the origin of Man” (1983), misalnya, tidak menggunakan kata to create atau menciptakan sebagai terjemahan dari  khalaqa, tetapi ia menggunakan istilah to fashion atau to form in due proportion. Bucaille meyakini bahwa teori evolusi Darwin berlaku pada organisma selain manusia, hal ini karena menurutnya fakta-fakta paleontologi tak terbantahkan, tetapi berkenaan dengan manusia sendiri Bucaille menyatakan bahwa yang terjadi adalah suatu creative evolution dimana Tuhan  melakukan modifikasi atau transformasi dalam perjalanan waktu, sesuai dengan rencana yang telah ditentukan-Nya. Pokok pikiran Bucaille dalam buku tersebut, sebagaimana juga yang tertuang dalam buku beliau sebelumnya La Bible le Coran et la Science adalah bahwa ayat-ayat Al Qur’an tentang berbagai fenomena di alam, wabilkhusus berkaitan dengan asal-usul makhluk hidup, proses-proses biologis pada organisme hidup, tidak bertentangan dengan fakta yang ditemukan sains.  

Mahmoud Ayoub (Republika, 9 April 2003) menulis bahwa di antara kaum reformis Muslim abad ke-19 yang menanggapi Darwinisme adalah Jamaludin al-Afghani, yang menulis karya Al-Radd al-Dahriyyin (Penyangkalan atas Materialisme). Afghani mengkritik pandangan bahwa alam ini tak memiliki awal, dan merasa bahwa prinsip ini menghilangkan perlunya intervensi Tuhan dalam keberadaan alam semesta.  Di sisi lain, kaum sekularis, seperti Isma’il Mahzar, seorang intelektual Mesir, sengaja memanfaatkan Darwinisme untuk melawan agama. Ia melihat teori Darwin dapat membebaskan manusia dari kungkungan otoritas agama. Ayoub memandang bahwa sebagian orang yang ingin mempertahankan agama menolak teori Darwin; di sisi lain, orang yang ingin meruntuhkan otoritas keagamaan memanfaatkan teori Darwin.

Meskipun demikian, pendekatan yang dipakai lebih banyak Muslim, hingga saat ini, adalah upaya mengharmoniskan agama dengan teori evolusi. Beberapa pemikir, seperti Al-Manshuri, Muhammad Rashid Ridha, dan Husayn al-Jisr berupaya menafsirkan Alquran sedemikian sehingga tampak Alquran sepenuhnya mendukung teori evolusi. Maurice Bucaille dan Syahin tampaknya termasuk dalam kelompok ini, walaupun Bucaille menerima bahwa teori evolusi berlaku pada  makhluk hidup lain, tetapi tidak pada manusia.Ayoub memandang bahwa sebagai cerminan penciptaan alam semesta dalam proses evolusi diyakini oleh banyak sufi dan filosof Muslim, seperti Ibn ‘Arabi dan Jalaluddin Rumi, evolusi dapat dengan mudah diterima oleh Muslim sepanjang itu tak meniscayakan pandangan ateistik. Benarkah teori evolusi itu dapat dengan mudah diterima oleh (sebagian besar) Muslim sepanjang itu tak meniscayakan pandangan ateistik ? Jawaban atas pertanyaan tersebut sangat tergantung pada tingkatan pemahaman Muslim ybs terhadap apa yang dimaksud dengan teori evolusi.

Apabila pandangan tentang teori evolusi itu dikaitkan dengan asal-usul manusia maka pernyataan bahwa teori evolusi itu diterima oleh  sebagian besar Muslim rasanya tidak benar. Seperti dinyatakan sendiri oleh Ayoub bahwa bagi sebagian besar Muslim gagasan Adam sebagai manusia pertama itu merupakan gagasan yang sangat populer. Mengapa populer ? karena gagasan ini lebih mendekati interpretasi dari ayat-ayat Al Qur’an yang bercerita tentang penciptaan manusia pertama dari ketidak-adaan bapak dan ibu biologis. Al Qur’an juga mengisahkan bahwa penciptaan Isa as yang unik karena tidak ada bapak biologisnya adalah semisal penciptaan Adam as, yang bahkan tanpa bapak dan ibu biologisnya. Pesan moral dari terciptanya Adam yang tanpa orang tua biologis, dan penciptaan Isa yang tanpa bapak biologis adalah untuk menunjukkan kekuasaan Allah Swt yang dapat berbuat sesuai kehendak-Nya. Jika seorang Muslim tidak bisa menerima pesan ini, bagaimana keimanannya terhadap Allah swt yang Maha berkehendak ?    

Tidak ada satu ayatpun dari Al Qur’an yang mendukung gagasan bahwa Adam bukan manusia pertama. Ayat yang dikutip Ayoub (Q.S. 2; 30) yang berisi perbincangan antara Allah swt dengan Malaikat memang kerap ditafsirkan bahwa ada makhluk lain, mirip manusia bahkan mungkin sudah ada umat manusia itu sendiri, di muka bumi sebelum manusia yang bernama Adam itu diturunkan, dan makhluk ini ternyata telah saling menumpahkan darah diantara mereka. Ada beragam kemungkinan, Ibnu Katsir memahami bahwa makhluk yang telah ada itu adalah dari kelompok jin, dan dalam konteks ini maka pengertian saling menumpahkan “darah” menjadi suatu istilah yang tidak biologis lagi sifatnya, paling tidak bukan “darah” sebagaimana yang kita fahami. Interpretasi ini sangat mungkin karena Al Qur’an menyebut secara berulang kewajiban jin dan manusia diantaranya: “dan tidak aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”.

Kemungkinan lainnya adalah bahwa dengan Allah sendiri yang memberitahu Malaikat akan karakter Adam akan tetapi dalam AlQur’an dialog tersebut tidak disampaikan Allah dengan detail.  Tetapi kalaupun makhluk yang sebelum Adam itu adalah makhluk biologis,  bisa jadi makhluk tersebut adalah kelompok Dinosaurus yang telah ada jauh sebelum manusia ada atau mungkin monyet sekalipun tidak ada indikasi sama sekali bahwa makhluk tersebut adalah nenek moyang manusia, namun ayat tersebut tidak dapat diinterpretasikan bahwa manusia adalah keturunan dari makhluk yang telah ada sebelumnya walaupun makhluk tersebut mungkin sangat mirip dengan manusia. Pertanyaan muncul, mengapa penciptaan itu harus evolusioner dan harus menyesuaikan diri dengan lingkungan ? Apakah ini tidak berarti bahwa Allah coba-coba dulu dalam penciptaan, semacam try and error dimana yang fit akan terus hidup, sementara yang tidak fit akan punah ? Bukankah Allah swt adalah the “Supreme Designer” yang mendisain, membentuk dan menciptakan makhluk dengan beranekaragam keunikannya masing-masing dan siap untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungannya ?    

Gerakan Harun Yahya 

Penolakan terhadap teori evolusi dari kalangan muslim mencapai tahap yang cukup fenomenal saat ini dengan gencarnya terbitan karya-karya Harun Yahya (Adnan Oktar) yang berasal dari Turki. Lewat berbagai buku-buku dan VCD-nya yang bersifat sains populer, diantaranya ”Evolution deceit” yang diterjemahkan ”Keruntuhan teori evolusi” (2001), Harun Yahya menyuarakan penolakan terhadap teori evolusi Darwin yang dipandangnya mengusung materialisme, sekularisme dan atheisme. Harun Yahya menggunakan data-data sains mutakhir untuk menunjukkan bahwa sesungguhnya secara ilmiah dengan temuan sains modern, teori evolusi sudah terbantahkan. Hanya saja, teori evolusi tampaknya sudah menjadi semacam kepercayaan, dogma, bahkan ”agama” bagi sementara kalangan the so called ilmuwan itu, karena dianggap satu-satunya teori yang memberi penjelasan mengapa begitu banyak dan begitu bervariasi makhluk hidup  di dunia ini sejak zaman dahulu hingga sekarang,  sehingga fakta-fakta ilmiah apapun yang muncul bagi mereka tidak akan menggoyah keyakinan mereka akan teori evolusi. Ketika ini sudah merasuk kedalam domain keyakinan dan dogma, rasanya sulit untuk bersifat obyektif.  Kritik yang kerap dilontarkan terhadap Harun Yahya terutama berkaitan dengan metodologinya. Harun Yahya memang bukan seorang Biolog atau Palaentolog, dan karya-karyanya memang bukan karya ilmiah untuk konsumsi jurnal ilmiah atau buku teks di perguruan tinggi. Harun Yahya juga tidak melakukan penelitian ilmiah berkaitan dengan teori evolusi ini. Dia ”hanya” mengemukakan berbagai fakta temuan sains modern saat ini dan mengemasnya dalam perspektif non-evolusionis. Kata ”hanya” itu sebetulnya merupakan sesuatu yang besar, mengingat fakta ilmiah dapat diinterpretasikan sesuai dengan cara pandang, paradigma para ilmuwan yang mengemukakannya.   

 Penciptaan makhluk hidup sebagai sebuah mu’jizat (miracle) 

Penciptaan makhluk hidup oleh Tuhan (sebagai Al-Khaliq), dalam pandangan pada umumnya umat Islam, merupakan suatu mu’jizat (miracle), karena proses yang terjadi merupakan suatu yang luar biasa, sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh manusia, makhluk yang dikarunia akal, dalam jaman modern dan kemajuan sains dan teknologi tercanggih sekalipun,  apatah lagi oleh makhluk lainnya atau oleh alam yang relatif “tidak berakal”. Selain itu, disebut sebuah miracle, karena  ketika menciptakan berbagai hal, termasuk makhluk hidup, Allah Swt hanya cukup berfirman “Kun fa yakun”, jadi maka jadilah. Pengertian “fa” memang oleh beberapa pandangan diarikan sebagai melalui suatu proses yang boleh jadi memakan waktu panjang, artinya tidak mesti terjadi seketika. Tetapi, kalaupun itu sesuatu yang terjadi dengan langsung, bukankah Allah maha Kuasa atas segala sesuatu ? Tidak terbatas atau dibatasi oleh ruang dan waktu.   Fenomena kehidupan itu sendiri merupakan suatu mu’jizat, mengingat begitu kompleksnya fenemena kehidupan bahkan yang terjadi dalam satu sel sekalipun. Alam, manusia adalah makhluk yang tidak memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu dari tidak ada menjadi ada. 

Hak mencipta hanya pada Allah 

Hak menciptakan sesuatu dari tidak ada menjadi ada, hak menghidupkan dan mematikan sesungguhnya hanya pada Allah Swt. “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arasy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam” (Q.S.7:54). Manusia tidak memiliki hak untuk menciptakan itu, kecuali atas izin Allah Swt. Mu’jizat yang pernah diberikan Allah Swt kepada nabi Musa as untuk membuat atau menciptakan seekor burung dari tanah liat (3:49, 5:110) hanyalah bisa terjadi atas izin dan kehendak Allah Swt. Tidak ada satu makhlukpun dimuka bumi ini, termasuk manuisa dan sesembahannya selain Allah, yang mampu menciptakan setipis kulit ari sekalipun atau seekor lalat.  Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nya lah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. (Q.S.35:13). Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah (Q.S.22:73). Katakanlah: “Apakah di antara sekutu-sekutumu ada yang dapat memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali?” katakanlah: “Allah-lah yang memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali; maka bagaimanakah kamu dipalingkan (kepada menyembah yang selain Allah)?” (Q.S.10:34). Ketika seorang mengatakan bahwa makhluk hidup terbentuk secara alamiah melalui mekanisme evolusi, sebetulnya hal tersebut, saya khawatirkan bisa jatuh ke dalam domain menjadikan alam memiliki kuasa, memiliki kemampuan untuk membentuk, mengatur, mendesain, merekayasa dengan suatu derajat kecanggihan yang luar biasa. Bagi sains, alam tampaknya menjadi semacam Tuhan yang mampu mengatur segalanya melalui mekanisme seleksi alam, kehendak alam, hukum alam, ketentuan alam, dst.  

Manusia diciptakan dalam beberapa tingkat kejadian 

Ayat-ayat yang kerap diinterpretasikan sebagai mendukung paham adanya pentahapan dalam penciptaan makhluk hidup adalah ayat-ayat berikut yang mengindikasikan adanya ”tingkatan” dalam penciptaan. Mufassir pada umumnya mengartikan kata ”tingkatan” sebagai sebagai tahapan dari dalam rahim hingga dilahirkan, dan dari tahapan bayi hingga dewasa/tua. Sebagian lagi menginterpretasikan ayat-ayat ini untuk mengindikasikan tahapan yang panjang (evolusioner) dalam penciptaan manusia dan makhluk hidup pada umumnya, untuk menunjukkan bahwa AlQur’an sesua dengan sains modern. 71:14. Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian. 84:19. sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan) 22:5. Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. 23:14. Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. 5:11. Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan).  

Manusia dibentuk dalam rahim 

Proses pembentukan manusia (growth and development) berlangsung dalam rahim, dari semula zigot lalu mengalami proses embryogenesis hingga menjadi bayi dengan sel-sel dan jaringan yang terdiferensiasi dengan fungsi-fungsi yang spesifik. Sebagian mengartikan ayat-ayat ini sebagai menjelaskan adanya perubahan bentuk morfologi manusia dalam perjalanan waktu yang panjang secara evolusioner, dari bentukan yang primitive hingga terbentuk wujud yang “sempurna” (ahsani taqwiem) seperti saat ini.   3:6. Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. 13:8. Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya. 23:13. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). 75:37. Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalamrahim), 77:21. Kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim), 20:64. Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rezeki dengan sebahagian yang baik-baik. Yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam. 59:24. Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. 64:3. Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar, Dia membentukrupamu dan dibaguskan-Nya rupamu itu, dan hanya kepada-Nya-lah kembali (mu). 77:23. lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kami-lah sebaik-baik yang menentukan. 7:23. lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kami-lah sebaik-baik yang menentukan. 82:8. dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuh-mu. 95:4. sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalambentuk yang sebaik-baiknya. 39:6. Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya istrinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan.  Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan Yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?  

Menciptakan manusia dan makhluk hidup lainnya adalah hal yang mudah bagi Allah. 

Manusia, sebagaimana juga makhluk lainnya,  memiliki morfologi, struktur, anatomi, fisiologi, genetika yang sangat mengagumkan. Kendati demikian bagi Allah penciptaan manusia dan makhluk hiudp lainnya adalah suatu hal yang sederhana. Allah yang menciptakan manusia pada kali pertama, akan menciptakan manusia, membangkitkan manusia dari kuburnya pada hari kiamat nanti dengan sangat mudahnya, tanpa perlu sebuah peristiwa evolusi yang rumit dan panjang. 29:19. Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali).  Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. 29:20. Katakanlah: “Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. 32:7. Yang membuat segala sesuatu yang Diaciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Bila dibandingkan dengan penciptaan langit dan bumi, kerumitan penciptaan manusia jauh lebih sederhana. Allah Swt sendidi yang menegaskan hal tersebut dalam firman-Nya: 40:57. Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Karena itu dapat dipahami bahwa penciptaan langit dan bumi memerlukan masa yang sangat panjang, bertahap, evolusioner jika mau disebut demikian, tetapi penciptaan manusia dan makhluk hidup lainnya (organik) yang menghuni planet bumi ini adalah hal yang jauh lebih mudah  bagi Allah, dan karena itu mestinya tidak memerlukan proses pentahapan yang panjang (umur geologis). Dalam konteks ini dapat dipahami bila teori evolusi itu lebih pas untuk dialamatkan pada proses pembentukan langit dan bumi, tetapi tidak perlu bagi proses penciptaan manusia dan makhluk hidup lainnya. Proses pentahapan dalam penciptaan manusia saya lebih cenderung mengartikannya sebagai proses embriologis dan dalam konteks pertumbuhan dan perkembangan (growth and development) secara biologis. Paham bahwa ontogeni mengulang filogeni lebih merupakan sebuah perkiraan yang tidak didukung bukti-bukti yang kuat. 

Penciptaan binatang sebagai suatu mu’jizat nabi. 

AlQur’an menjelaskan beberapa peristiwa yang terjadi pada beberapa nabi: nabi Isa as, nabi Musa as dan nabi Ibrahim as berupa mu’jizat atau kejadian luar biasa untuk membuktikan kenabian mereka dihadapan umatnya atau untuk meyakinkan para nabi tersebut agar semakin bertambah keyakinan (keimanan) mereka. a. Penciptaan burung melalui nabi Isa 3:49. Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israel ( yang berkata kepada mereka): “Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman.” 5:110. (Ingatlah), ketika Allah mengatakan: “Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula) di waktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan izin-Ku, kemudian kamu meniup padanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah), waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani Israel (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir di antara mereka berkata: “Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata.”   b. Penciptaan ular  melalui tongkat nabi Musa 7:107. Maka Musa menjatuhkan tongkatnya, lalu seketika itu juga tongkat itu menjadi ular yang sebenarnya. 20:20. Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. 26:32. Maka Musa melemparkan tongkatnya, yang tiba-tiba tongkat itu (menjadi) ular yang nyata. 27:10. dan lemparkanlah tongkatmu”. Maka tatkala (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seperti dia seekor ular yang gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh. “Hai Musa, janganlah kamu takut. Sesungguhnya orang yang dijadikan rasul, tidak takut di hadapan-Ku. 28:31. dan lemparkanlah tongkatmu. Maka tatkala (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seolah-olah dia seekor ular yang gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh.  (Kemudian Musa diseru): “Hai Musa, datanglah kepada-Ku dan janganlah kamu takut. Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang aman. c. Penciptaan burung (kembali) atas permintaan nabi Ibrahim 2:260. Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati”. Allah berfirman: “Belum yakinkah kamu?”. Ibrahim menjawab: “Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)”. Allah berfirman: “(Kalau demikian) ambillah empat ekorburung, lalu cingcanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): “Lalu letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera”. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.  

Penciptaan dan pembentukan Adam 

7:11. Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuktubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: “Bersujudlah kamu kepada Adam”; maka mereka pun bersujud kecuali iblis.  Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. 

15:26. Dan sesungguhnya Kami telah meciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. 15:28. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. 15:33. Berkata Iblis: “Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk“. 3:59. Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia. 6:2. Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ditentukan (untuk berbangkit) yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu). 7:11. Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: “Bersujudlah kamu kepada Adam”; maka mereka pun bersujud kecuali iblis.  Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. 7:12. Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?” Menjawab iblis: “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah”.  Penciptaan Isterinya Adam Siti Hawa, demikian disebut namanya dalam beberapa riwayat (hadits) adalah pasangan (jauzah) Adam as yang secara ringkas disebut dalam AlQur’an sebagai berasal dari (bagian tubuh) Adam. Sebuah hadits shaheh menyebutnya sebagai berasal dari tulang rusuk Adam. Dari satu-satunya isterinya inilah kemudian Adam memiliki beberapa pasang anak yang selanjutnya menurut riwayat, terjadi perkawinan diantara anak-anak Adam itu dengan anak-keturunannya semua manusia yang ada di muka bumi hingga saat ini dan sampai akhir jaman.   4:1. Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.  7:189. Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, istrinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami istri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: “Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang sempurna, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur”.  

Penciptaan Isa 

Fenomena penciptaan nabi Isa as yang tidak memiliki bapak biologis jelas merupakan fenomena yang diluar kebiasaan, dan itu merupakan bukti yang menunjukkan kekuasaan Allah Swt. Allah Swt yang telah menciptakan Adam tanpa bapak dan ibu biologis, akan sangat mudah bagi-Nya untuk menciptakan manusia lain tanpa bapak biologis saja. 3:47. Maryam berkata: “Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki pun.” Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): “Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: “Jadilah”, lalu jadilah dia. 3:59. Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia. 3:47. Maryam berkata: “Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki pun.” Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): “Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: “Jadilah”, lalu jadilah dia. 3:59. Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia.  

Manusia dikutuk menjadi kera 

Sebuah peristiwa terjadi terhadap Bani Israel ketika sekompok orang yang melanggar perintah sabath (keluar pada hari sabtu) dikutuk menjadi kera akibat ulah mereka. Peristiwa tersebut menurut Ibnu Katsir terjadi dengan perubahan fisik, namun kera-kera tersebut tidak bertahan lama. Ini peristiwa yang berlangsung dengan cepat, tanpa melalui perubahan bentguk yang evolusioner, tetapi arah perubahan menjadi memburuk baik secara fisik maupun secara kejiwaan.   2:65. Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar di antaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: “Jadilah kamu kera yang hina”. Secara kejiwaan, ancaman degradasi terhadap kualitas kemanusiaan kerap muncul dalam AlQur’an, sebagai ancaman bagi orang-orang yang tidak patuh terhadap perintah Allah. Hal tersebut menyebabkan manusia ayang semula diciptakan dalam bentuk yang sebagus-bagusnya (secara fisik dan kejiwaan) lalu turun ke derajat yang serendah-rendahnya (tsumma rodadnaahu asfala saafiliin).    

Penciptaan makhluk hidup dari air  Berkenaan dengan ayat-ayat yang menyatakan bahwa semua makhluk hidup berasal dari air, para mufassirin umumnya berpendapat bahwa air yang dimaksud disini adalah sperma, dan atau bahwa komponen utama makhluk hidup (60-70 %) adalah air. Tidak menutup kemungkinan interpretasi lainnya bahwa kehdupan dimuali dari kondisi perairan. Pertualangan mencari makhluk hidup di planet lain, selalu dimulai dengan upaya mencari jejak-jejak air di planet tersebut. Dalam berabagai ayat lain, turunnya hujan menjadi awal munculnya kehidupan tumb uhan yang kemudian menjadi susmber makanan bagi hewan-hewan dan manusia. 24:45. Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. 25:54. Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa. 36:77. Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!  Penutup Barangkali tidak akan pernah ada penjelasan ”ilmiah” secara detil dan memuaskan tentang bagaimana Tuhan menciptakan beraneka macam makhluk hidup di dunia ini dari jaman dahulu hingga yang akan datang. Manusia memiliki keterbatasan dalam menggali informasi masa lalu ketika tidak ada dari kita satupun yang jadi saksi. Penemuan-penemuan fossil yang dianggap sebagai bukti paling konkrit dari proses evolusi juga masing begitu banyak kekurangannya.  Apa yang telah didemonstrasikan oleh Tuhan ketika memberikan mu’jizat kepada nabi Isa as dan Musa as pun tidak bisa digeneralisasi bahwa mungkin begitulah semua makhluk hidup diciptakan Tuhan. Demikian juga dengan perubahan dari wujud manusia menjadi wujud kera yang terjadi pada sekelompok kaum Bani Israel mungkin tidak bisa digeneralisasi bahwa perubahan makhluk hidup dari satu spesies ke spesies lainnya terjadi seperti itu di alam. Begitu banyak misteri kehidupan di alam ini yang belum terungkap, mungkin sebagian besar tidak akan pernah terungkap. Apa yang telah diberitakan Allah Swt dalam AlQur’an menunjukkan kemahakuasaan Allah Swt. Satu atau sekelompok makhluk dapat tercipta langsung dari tanah yang nota bene adalah benda mati, jika itu dikehendaki-Nya, sementara sekelompok makhluk lainnya mungkin berasal dari makhluk sebelumnya. Proses evolusi ataupun proses non-evolusi mungkin saja terjadi jika Allah menghendaki, dan hal itu merupakan sesuatu yang mudah bagi Allah, jauh lebih mudah terjadinya dibandingkan proses penciptaan langit dan bumi yang memerlukan tahapan panjang.           Kekhawatiran pada umat Islam muncul ketika teori evolusi ini dirasuki paham ideologi dan paradiagma ateistik yang menegasikan kehadiran Zat Yang Maha Pencipta. Selain itu sains Biologi khususnya juga tampaknya secara berlebihan menjadikan teori evolusi semacam dogma yang tak terbantahkan, padahal begitu banyak hal-hal yang masih merupakan misteri untuk menyatakan bahwa proses evolusi adalah sebuah realita. Begitu banyak juga penemuan modern mutakhir yang menunjukkan skenario evolusi Darwinisme merupakan sebuah penyederhanaan atas fenomena kehidupan yang begitu kompleks. Dunia membutuhkan kejujuran para ilmuwan yang dapat berbicara secara objektif tentang fakta fenomena alam. Sayangnya berbagai peristiwa dalam perkembangan teori evolusi menunjukkan begitu banyak interpretasi subjektif, dugaan-dugaan bahkan kebohongan mewarnai dunia ”ilmiah” tersebut.

  1. Hakikat Manusia Dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah kitabullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. untuk segenap manusia. Di dalamnya Allah menyapa akal dan perasaan manusia, mengajarkan tauhid kepada manusia, menyucikan manusia dengan berbagai ibadah, menunjukkan manusia kepada hal-hal yang dapat membawa kebaikan serta kemaslahatan dalam kehidupan individual dan sosial manusia, membimbing manusia kepada agama yang luhur agar mewujudkan diri, mengembangkan kepribadian manusia, serta meningkatkan diri manusia ke taraf kesempurnaan insani. Sehingga, manusia dapat mewujudkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Al-Qur’an juga mendorong manusia untuk merenungkan perihal dirinya, keajaiban penciptaannya, serta keakuratan pembentukannya. Sebab, pengenalan manusia terhadap dirinya dapat mengantarkannya pada ma’rifatullah, sebagaimana tersirat dalam Surah at-Taariq [86] ayat 5-7.

فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ مِمَّ خُلِقَ . خُلِقَ مِنْ مَاءٍ دَافِقٍ . يَخْرُجُ مِنْ بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَائِبِ .

Maka, hendaklah manusia merenungkan, dari apa ia diciptakan. Ia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. (Q.S. at-Taariq [86]: 5-7)

Berkaitan dengan hal ini, terdapat sebuah atsar yang menyebutkan bahwa “Barang siapa mengenal dirinya, niscaya ia mengenal Tuhan-nya.”

Di samping itu, Al-Qur’an juga memuat petunjuk mengenai manusia, sifat-sifat dan keadaan psikologisnya yang berkaitan dengan pembentukan gambaran yang benar tentang kepribadian manusia, motivasi utama yang menggerakkan perilaku manusia, serta faktor-faktor yang mendasari keselarasan dan kesempurnaan kepribadian manusia dan terwujudnya kesehatan jiwa manusia.

Dalam tulisan ini, penulis akan mencoba melihat sejauh mana hakikat manusia menurut perspektif Al-Qur’an. Di awal pembahasan, penulis akan memaparkan secara sekilas definisi manusia dan asal-usul penciptaannya. Semoga tulisan sederhana ini bisa menambah inspirasi untuk memantapkan kembali eksistensi kita sebagai manusia.

Definisi Manusia

Ketika berbicara tentang manusia, Al-Qur’an menggunakan tiga istilah pokok. Pertama, menggunakan kata yang terdiri atas huruf alif, nun, dan sin, seperti kata insan, ins, naas, dan unaas. Kedua, menggunakan kata basyar. Ketiga, menggunakan kata Bani Adam dan dzurriyat Adam.

Menurut M. Quraish Shihab, kata basyar terambil dari akar kata yang bermakna penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Al-Qur’an menggunakan kata basyar sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk mutsanna untuk menunjuk manusia dari sudut lahiriahnya serta persamaannya dengan manusia seluruhnya.Dengan demikian, kata basyar dalam Al-Qur’an menunjuk pada dimensi material manusia yang suka makan, minum, tidur, dan jalan-jalan.Dari makna ini lantas lahir makna-makna lain yang lebih memperkaya definisi manusia. Dari akar kata basyar lahir makna bahwa proses penciptaan manusia terjadi secara bertahap sehingga mencapai tahap kedewasaan.

Allah swt. berfirman:

َ وَمِنْ آَيَاتِهِ أَنْ خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ إِذَا أَنْتُمْ بَشَرٌ تَنْتَشِرُونَ

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak. (Q.S. ar-Rum [30]: 20)

Selain itu, kata basyar juga dikaitkan dengan kedewasaan manusia yang menjadikannya mampu memikul tanggung jawab. Akibat kemampuan mengemban tanggung jawab inilah, maka pantas tugas kekhalifahan dibebankan kepada manusia.Hal ini sebagaimana firman Allah berikut ini.

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ . فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka, apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” (Q.S. al-Hijr [15]: 28-29):

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ .

(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. al-Baqarah [2]: 30)

Sementara itu, kata insan terambil dari kata ins yang berarti jinak, harmonis, dan tampak.Musa Asy’arie menambahkan bahwa kata insan berasal dari tiga kata: anasa yang berarti melihat, meminta izin, dan mengetahui; nasiya yang berarti lupa; dan al-uns yang berarti jinak.Menurut M. Quraish Shihab, makna jinak, harmonis, dan tampak lebih tepat daripada pendapat yang mengatakan bahwa kata insan terambil dari kata nasiya (lupa) dan kata naasa-yanuusu (berguncang). Dalam Al-Qur’an, kata insaan disebut sebanyak 65 kali.[1Kata insaan digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga.Bahkan, lebih jauh Bintusy Syathi’ menegaskan bahwa makna kata insaan inilah yang membawa manusia sampai pada derajat yang membuatnya pantas menjadi khalifah di muka bumi, menerima beban takliif dan amanat kekuasaan.

Dua kata ini, yakni basyar dan insaan, sudah cukup menggambarkan hakikat manusia dalam Al-Qur’an. Dari dua kata ini, kami menyimpulkan bahwa definisi manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna, yang diciptakan secara bertahap, yang terdiri atas dimensi jiwa dan raga, jasmani dan rohani, sehingga memungkinkannya untuk menjadi wakil Allah di muka bumi (khaliifah Allah fii al-ardl).

Asal-Usul Penciptaan Manusia

Al-Qur’an telah memberikan informasi kepada kita mengenai proses penciptaan manusia melalui beberapa fase: dari tanah menjadi lumpur, menjadi tanah liat yang dibentuk, menjadi tanah kering, kemudian Allah swt. meniupkan ruh kepadanya, lalu terciptalah Adam a.s.Hal ini diisyaratkan Allah dalam Surah Shaad [38] ayat 71-72.

إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ طِينٍ . فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ .

(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka, apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya ruh (ciptaan)-Ku, maka hendaklah kamu menyungkur dengan bersujud kepadanya.” (Q.S. Shaad [38]: 71-72.)

Perhatikan juga firman Allah dalam Surah al-Hijr [15] ayat 28-29.

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ . فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ .

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka, apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” (Q.S. al-Hijr [15]: 28-29)

Dalam Al-Qur’an, kata ruh(ar-ruh) mempunyai beberapa arti. Pengertian ruh yang disebutkan dalam ayat-ayat yang menjelaskan penciptaan Adam a.s. adalah ruh dari Allah swt. yang menjadikan manusia memiliki kecenderungan pada sifat-sifat luhur dan mengikuti kebenaran. Hal ini yang kemudian menjadikan manusia lebih unggul dibanding seluruh makhluk yang lain. Karakteristik ruh yang berasal dari Allah ini menjadikan manusia cenderung untuk mengenal Allah swt. dan beribadah kepada-Nya, memperoleh ilmu pengetahuan dan menggunakannya untuk kemakmuran bumi, serta berpegang pada nilai-nilai luhur dalam perilakunya, baik secara individual maupun sosial, yang dapat mengangkat derajatnya ke taraf kesempurnaan insaniah yang tinggi. Oleh sebab itu, manusia layak menjadi khalifah Allah swt.Ruh dan materi yang terdapat pada manusia itu tercipta dalam satu kesatuan yang saling melengkapi dan harmonis. Dari perpaduan keduanya ini terbentuklah diri manusia dan kepribadiannya. Dengan memperhatikan esensi manusia dengan sempurna dari perpaduan dua unsur tersebut, ruh dan materi, kita akan dapat memahami kepribadian manusia secara akurat.

Kemudian, dalam ayat lain juga disebutkan mengenai permulaan penciptaan manusia yang berasal dari tanah.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ فِي الْأَرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّى وَمِنْكُمْ مَنْ يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئًا وَتَرَى الْأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنْبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ .

Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar kami jelaskan kepada kamu dan kami tetapkan dalam rahim, apa yang kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan, kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (Q.S. al-Hajj [22]: 5)

ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ . ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آَخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ .

Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang-belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka, Mahasuci-lah Allah, Pencipta yang paling baik. (Q.S. al-Mu’minuun [23]: 13-14).Itulah di antara sekian banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang asal-usul penciptaan manusia. Penciptaan manusia yang bermula dari tanah ini tidak berarti bahwa manusia dicetak dengan memakai bahan tanah seperti orang membuat patung dari tanah. Akan tetapi, penciptaan manusia dari tanah tersebut bermakna simbolik, yaitu saripati yang merupakan faktor utama dalam pembentukan jasad manusia. Penegasan Al-Qur’an yang menyatakan bahwa manusia diciptakan dari tanah ini merujuk pada pengertian jasadnya. Oleh karena itu, Al-Qur’an menyatakan bahwa kelak ketika ajal kematian manusia telah sampai, maka jasad itu akan kembali pula ke asalnya, yaitu tanah.Secara komprehensif, Umar Shihab memaparkan bahwa proses penciptaan manusia terbagi ke dalam beberapa fase kehidupan sebagai berikut.Pertama, fase awal kehidupan manusia yang berupa tanah. Manusia berasal dari tanah disebabkan oleh dua hal: (1) manusia adalah keturunan Nabi Adam a.s. yang diciptakan dari tanah; (2) sperma atau ovum yang menjadi cikal bakal manusia bersumber dari saripati makanan yang berasal dari tanah. Kedua, saripati makanan yang berasal dari tanah tersebut menjadi sperma atau ovum, yang disebut oleh Al-Qur’an dengan istilah nutfah. Ketiga, kemudian sperma dan ovum tersebut menyatu dan menetap di rahim sehingga berubah menjadi embrio (‘alaqah). Keempat, proses selanjutnya, embrio tersebut berubah menjadi segumpal daging (mudlghah). Kelima, proses ini merupakan kelanjutan dari mudlghah. Dalam hal ini, bentuk embrio sudah mengeras dan menguat sampai berubah menjadi tulang belulang (‘idzaam). Keenam, proses penciptaan manusia selanjutnya adalah menjadi daging (lahmah). Ketujuh, proses peniupan ruh. Pada fase ini, embrio sudah berubah menjadi bayi dan mulai bergerak.Kedelapan, setelah sempurna kejadiannya, akhirnya lahirlah bayi tersebut ke atas dunia.

BAB III

PENUTUP

 

  1. Kesimpulan

Setelah mengetahui bagaimana teori terbentuknya alam semesta ini melalui beberapa pendapat,maka dapat disimpulkan bahwa alam semesta merupakan tempat tinggal seluruh makhluk ciptaan Allah yang sengaja diciptakan oleh Allah SWT,agar menjadi tempat melangsungkan kehidupan yang harus dijaga dan dirawat.Pengertian manusia menurut pandangan Islam, manusia itu makhluk yang mulia dan terhormat di sisi-Nya, yang diciptakan Allah dalam bentuk yang amat baik. Manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa al-Quran menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya (at-Tiin : 95:4).

Manusia adalah makhluk yang sadar diri. Ini berarti bahwa ia adalah satu-satunya makhluk hidup yang mempunyai pengetahuan atas kehadirannya sendiri. Ia mampu mempelajari, manganalisis, mengetahui dan menilai dirinya.

Terdapat dua pendapat mengenai asal usul manusia, yaitu bahwa asal usul manusia dari nabi Adam a.s yang merupakan pendapat para ahli agama sesuai dengan kitab-kitab suci sebagai dasar (termasuk agama Islam). Pendapat kedua berdasarkan penemuan fosil-fosil oleh para ilmuan yang berpendapat bahwa asal usul manusia sesuai dengan teori evolusi merupakan hasil evolusi dari kera-kera besar selama bertahun-tahun dan telah mencapai bentuk yang paling sempurna. Teori kedua yang dianggap ilmiah itu ternyata tidak mutlak karena antara teori dengan kenyataan tidak dapat dibuktikan.

Proses kejadian manusia berdasarkan Al-Qur’an dan As Sunnah terjadi dalam dua tahap. Pertama, tahapan primordial, yakni proses penciptaan nabi Adam a.s sebagai manusia pertama. Kedua, tahapan biologi, yakni manusia diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan air mani (nuthfah) yang tersimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian nuthfah itu dijadikan darah beku (‘alaqah) yang menggantung dalam rahim. Darah beku tersebut kemudian dijadikan-Nya segumpal daging (mudghah) dan kemudian dibalut dengan tulang belulang lalu kepadanya ditiupkan ruh.

Allah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk, sehingga tidak ada satu makhlukpun yang lebih tinggi derajatnya dari manusia. Selayaknya ilmu perakitan komputer, maka Allah telah merakit manusia dengan sistem hardware dan software, lengkap, berkualitas tinggi dan multifungsi. Kesemua perangkat ini bekerja secara sinergis dan dinamis agar manusia bisa menjalankan fungsinya sebagai khalifah Allah di bumi.

Tujuan utama penciptaan manusia adalah agar manusia menyembah dan mengabdi kepada Allah swt. Sedangkan fungsi penciptaan manusia ke dunia, diklasifikasikan ke dalam tiga (3) pokok, yaitu:

1.  Manusia sebagai Khalifah Allah di muka bumi

2.  Manusia sebagai Warosatul Anbiya’

3.  Manusia sebagai ‘Abd (Pengabdi Allah)

  1. Saran

Setelah mengetahui asal usul dan bagaimana proses terciptanya bumi dan manusia itu diciptakan, hendaknya setiap manusia bisa sadar akan tujuan hidupnya yaitu untuk mencari keridhaan Allah SWT, karena jiwa yang memperoleh keridhaan Allah adalah jiwa yang berbahagia, mendapat ketenangan, serta akan memperoleh imbalan surga. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya: “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhainya. Maka masuklah dalam jamaah hamba-hambaku. Dan masuklah ke dalam surgaku.” (QS Al Fajr : 27-30)

Selama hidup di dunia manusia wajib beribadah, menghambakan diri kepada Allah. Seluruh aktivitas hidupnya harus diarahkan untuk beribadah kepada Allah SWT sebagai pencipta semua makhluk.

Semoga dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua sehingga kita menjadi manusia yang senantiasa beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

Dengan terselesaikannya makalah ini semoga bermanfaat bagi semuanya dan pembaca khususnya. Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan yang harus dibenahi. Untuk itu masukan-masukan dari pihak-pihak yang merespon makalah ini sangat ditunggu.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

http://whatzuptheory.blogspot.com/2013/02/proses-pembentukan-bumi-menurut- teori.html (diakses pada tanggal 1 Desember 2013,pada pukul 20.00 WITA)

http://islamquest.net/id/archive/question/id16220# (diakses pada tanggal 1 Desember 2013,pada pukul 20.00 WITA)

http://www.taqrib.info/indonesia/index.php?option=com_content&id=570:penciptaan-manusia-dalam-al-quran&catid=63:mabahese-ghorani&Itemid=144 (diakses pada tanggal 1 Desember 2013,pada pukul 20.30 WITA )

http://ahmad-gudangeilmu.blogspot.com/2013/03/teori-evolusi-menurut-pandangan-islam.html (diakses pada tanggal 1 Desember 2013,pada pukul 20.30 WITA)

http://annisahidayat.wordpress.com/2010/05/11/psikologi-manusia-dalam-al-quran/ (diakses pada tanggal 1 Desember 2013,pada pukul 20.30 WITA)

http://www.gudangmateri.com/2010/12/proses-penciptaan-manusia-menurut-islam.html (diakses pada tanggal 1Desember 2013,pada pukul 20.30 WITA)

 

 

 

 

 

 

 

 

Makalah Pendidikan Agama Islam

 

BIOLOGI DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

Oleh

NAMA                 : ASTRID SAFIRA IDHAM

NIM                     : H41113341

FAKULTAS       : MIPA

JURUSAN          : BIOLOGI

 

 

UNIT PELAKSANA TEKNIS MATA KULIAH UMUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

MAKALAH RING OF FIRE

KATA PENGANTAR

 

Puji syukur saya panjatkan kepada ALLAH Swt. atas terselesaikannya makalah ini dengan cukup baik dan tepat waktu.

            Makalah ini berisi beberapa penjelasan mengenai “RING OF FIRE”(Cincin Api). Oleh karena itu, dengan adanya makalah ini saya berharap agar para Mahasiswa atau pun masyarakat lain dapat memahami hal-hal yang berkaitan dengan ring of fire maupun hal lainnya yang berhubungan dengan fenomena gempa bumi atau letusan gunung berapi.

            Dalam menyusun makalah ini saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Seperti kata pepatah “tak ada gading yang tak retak” “tak ada manusia yang sempurna”. Oleh karena itu,saran dan kritik yang dapat membangun tetap saya nantikan demi kesempurnaan makalah saya selanjutnya.

 

 

 

Terima kasih,

           

 

Penulis

 

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

Cincin Api Pasifik atau Lingkaran Api Pasifik (bahasa Inggris: Ring of Fire) adalah daerah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik. Daerah ini berbentuk seperti tapal kuda dan mencakup wilayah sepanjang 40.000 km. Daerah ini juga sering disebut sebagai sabuk gempa Pasifik.

Sekitar 90% dari gempa bumi yang terjadi dan 81% dari gempa bumi terbesar terjadi di sepanjang Cincin Api ini. Daerah gempa berikutnya (5–6% dari seluruh gempa dan 17% dari gempa terbesar) adalah sabuk Alpide yang membentang dari Jawa ke Sumatra, Himalaya, Mediterania hingga ke Atlantika. Berikutnya adalah Mid-Atlantic Ridge.[1][2]

Daerah cakupan

Beberapa daratan dan lautan yang membentuk Lingkaran Api Pasifik (dari arah barat daya, berlawanan arah jarum jam):

Selandia Baru, Palung Kermadec, Palung Tonga,Palung Bougainville, Indonesia, Gunung Merapi, Filipina, Palung Filipina, Palung Yap, Palung Mariana, Palung Izu Bonin, Palung Ryukyu, Jepang, Gunung Fuji, Palung Jepang, Palung Kurile, Kamchatka, Kepulauan Aleutia, Palung Aleutia, American cordillera, Alaska, Pacific RangeBritish Columbia, Barisan Pegunungan Cascade, Gunung St. Helens, California, ,Palung Amerika Tengah, Guatemala, Nikaragua.

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

Pada tahun 1960-an para ahli mengemukakan sebuah teori yang dinamakan “lempeng tektonik” yang menjelaskan tentang lokasi gunung berapi dan gejala-gejala geologi.
Menurut teori tersebut, permukaan bumi terbentuk dari rangkaian lempeng-lempeng tektonik dengan ketebalan lebih kurang 80 km, dimana lempeng-lempeng tersebut bergerak, berubah posisi dan ukuran dengan kecepatan 1-10 cm per tahun atau bisa disamakan dengan pertumbuhan kuku jari manusia.Di bawah laut terus menerus terjadi pembentukan kerak bumi akibat lava yang keluar dari gunung berapi bawah laut yang langsung bertemu dengan air laut sehingga mengeras.
Maka untuk memberi ruang pada dasar laut yang baru jadi tadi semua lempeng bumi bergerak, dan saat mereka bergerak terjadilah aktifitas geologi pada tepian lempeng tersebut.
Ketika lempeng bumi bergerak dapat terjadi tiga kemungkinan :

  • lempeng-lempeng bergerak saling menjauhi sehingga memberikan ruang untuk dasar laut yang baru.
  • lempeng saling bertumbukan yang menyebabkan salah satu lempeng terdesak kebawah dari lempeng yang lain.
  • tepian lempeng meluncur tanpa pergesekan yang berarti.

Ring of Fire terbentuk akibat pergesekan lempeng tektonik seperti terlihat pada gambar di bawah.

Dilihat dari kondisi geografisnya , Indonesia merupakan wilayah dengan ancaman bencana gempa bumi dan tsunami dengan intensitas yang cukup tinggi. Banyaknya gunung aktif serta bentuknya yang berupa negara kepulauan adalah sebagian faktor yang mempengaruhi seringnya terjadi bencana di Indonesia. Tercatat sebanyak 17 bencana tsunami besar di Indonesia selama hampir satu abad, setelah kejadian tsunami besar Gunung Krakatau yang menewaskan sekitar 36.000 jiwa pada tahun 1883. Gempa dan tsunami besar yang terakhir adalah tsunami Aceh dan sebagian Sumatera Utara yang menewaskan kurang lebih 150.000 orang pada tahun 2004. Kemudian disusul gempa 2005 pada Pulau Nias dan sekitarnya yang menelan korban sekitar 1000 jiwa, serta gempa yang terjadi pada akhir 2006 yang menimpa Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah yang menelan korban sekitar 5000 jiwa dan bencana Gunung Merapi dan tsunami Mentawai pada akhir 2010. Namun selain semua itu, terjadi banyak sekali gempa-gempa lain di Indonesia pada setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan posisi Indonesia yang dikepung oleh tiga lempeng tektonik dunia yakni Lempeng Indo-Australian, Eurasia dan Lempeng Pasific yang apabila bertemu dapat menghasilkan tumpukan energi yang memiliki ambang batas tertentu. Selain itu, Indonesia juga berada pada Pasific Ring Of Fire yang merupakan jalur rangkaian gunung api aktif di dunia yang setiap saat dapat meletus dan mengakibatkan datangnya bencana. Catatan Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral menunjukan bahwa ada 28 wilayah di Indonesia yang dinyatakan rawan gempa dan tsunami. Di antaranya NAD, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, Jateng dan DIY bagian selatan, Jatim bagian selatan, Bali, NTB dan NTT, kemudian Sulut, Sulteng, Sulsel, Maluku Utara, Maluku Selatan, Biak, Yapen dan Fak-Fak di Papua serta Balikpapan Kaltim.

 

 

 

 

 

 

 

 

Indonesia merupakan daerah pertemuan tiga lempeng tektonik besar, yaitu Lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Lempeng Pasific. Lempeng Indo-Australia bertabrakan dengan Lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatra, Jawa dan Nusa Tenggara, sedangkan dengan Pasific di utara Irian dan Maluku Utara. Di sekitar lokasi pertemuan lempeng inilah terjadi akumulasi energi tabrakan hingga sampai suatu titik lapisan bumi tidak lagi sanggup menahan tumpukan energi dan akhirnya energi tersebut akan dilepas dalam bentuk gempa bumi. Pelepasan energi sesaat ini menimbulkan berbagai dampak terhadap bangunan akibat percepatan gelombang seismik, tsunami, longsor, dan liquefaction. Besarnya dampak gempa bumi terhadap bangunan bergantung pada beberapa hal di antaranya adalah skala gempa, jarak epicenter, mekanisme sumber, jenis lapisan tanah di lokasi bangunan dan kualitas bangunan. Indonesia juga merupakan negara yang secara geologis memiliki posisi yang unik karena berada pada pusat tumbukan Lempeng Tektonik Hindia Australia di bagian selatan, Lempeng Eurasia di bagian Utara dan Lempeng Pasifik di bagian timur laut. Hal ini mengakibatkan Indonesia mempunyai tatanan tektonik yang kompleks dari arah zona tumbukan yaitu Fore arc, Volcanic arc dan Back arc. Fore arc merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan zona tumbukan atau sering disebut sebagai zona aktif akibat patahan yang biasa terdapat di darat maupun di laut. Pada daerah ini, material batuan penyusun utama lingkungan juga sangat spesifik serta mengandung potensi sumberdaya alam bahan tambang yang cukup besar. Volcanic arc merupakan jalur pegunungan aktif di Indonesia yang memiliki topografi khas dengan sumberdaya alam yang khas juga. Back arc merupakan bagian paling belakang dari rangkaian busur tektonik yang relatif paling stabil dengan topografi yang hampir seragam berfungsi sebagai tempat sedimentasi. Semua daerah tersebut memiliki kekhasan dan keunikan yang jarang ditemui di daerah lain baik keanegaragaman hayatinya maupun keanekaragaman geologinya.

 

Indonesia merupakan Jalur Pasific Ring of Fire yang merupakan jalur rangkaian gunung api aktif di dunia. Cincin Api Pasifik ini membentang di antara subduksi maupun pemisahan Lempeng Pasifik dengan Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, Lempeng Amerika Utara dan Lempeng Nazca yang bertabrakan dengan lempeng Amerika Selatan. Jalur ini membentang mulai dari pantai barat Amerika Selatan, terus ke pantai barat Amerika Utara, lalu melingkar ke Kanada, semenanjung Kamsatschka, Jepang, melewati Indonesia, Selandia baru dan kepulauan di Pasifik Selatan. Indonesia memiliki gunung berapi dengan jumlah kurang lebih 240 buah, dimana hampir 70 di antaranya masih aktif. Zona kegempaan dan gunung api aktif Circum Pasifik amat terkenal, karena setiap gempa hebat atau tsunami dahsyat di kawasan itu, dipastikan menelan korban jiwa manusia amat banyak.w Sekitar 90% dari gempa bumi di dunia dan 80% dari gempa bumi terbesar di dunia terjadi di sepanjang Cincin Api. Berikutnya wilayah paling seismik (5-6% dari gempa bumi dan 17% dari gempa bumi terbesar di dunia) adalah sabuk Alpide, yang membentang dari Jawa ke Sumatera melalui Himalaya, Mediterania, dan keluar ke Atlantik. Mid-Atlantic Ridge adalah sabuk ketiga tempat sering terjadinya gempa. Indonesia terletak di antara Cincin Api sepanjang kepulauan timur laut berbatasan langsung dengan New Guinea dan di sepanjang sabuk Alpide Selatan dan barat dari Sumatera, Jawa, Bali, Flores, dan Timor yang terkenal dan sangat aktif. Gunung berapi di Indonesia adalah yang teraktif di antara tempat lainnya yang termasuk dalam Ring Api Pasifik. Mereka terbentuk dari daerah subbagian antara Lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-Australia. Beberapa gunung berapi yang tercatat Kenyataannya keadaan geografis Indonesia ini tidak diantisipasi oleh masyarakatnya. Akibatnya, bencana selalu menimbulkan korban jiwa dalam jumlah besar. Untuk menyiasati hal tersebut, yang perlu dilakukan pemerintah adalah membangun dan mendidik masyarakat yang sadar dan tanggap terhadap bencana yang akan dan yang sedang terjadi. Adapun beberapa hal yang dapat disosialisasikan dan dilatihkan ke masyarakat antara lain adalah :Pemerintah sebaiknya menyediakan sistem peringatan dini (misalnya sirine, detektor, alat komunikasi, dan lain-lain) yang dapat diandalkan terutama di daerah rawan bencana. Sehingga saat bencana terjadi, masyarakat langsung tahu apa yang harus dilakukan. Hal ini sudah dilakukan pemerintah, khususnya yang terkait dengan bencana tsunami, melalui TEWS (Tsunami Early Warning System). Penyebab timbulnya korban dengan jumlah yang cukup banyak adalah ketidaksiapan saat terjadi bencana sehingga muncul kepanikan.  

Masyarakat perlu diberikan pelatihan mengenai caracara menyelamatkan diri saat bencana terjadi. Sebenarnya di Indonesia banyak perusahaan tambang dan minyak yang selalu menekankan pentingnya keselamatan pekerjanya. Tentu saja hal ini dapat dimanfaatkan oleh pemerintah sebagai mitra kerjasama.Pengetahuan tentang teknik pertolongan pertama pada korban bencana (P3K/First Aid) juga perlu diberikan kepada masyarakat. Ketika bencana terjadi, tenaga medis adalah suatu kebutuhan yang bersifat mendesak. Sering kali ketika didapati korban dalam jumlah yang cukup besar dan butuh penanganan secepatnya, rumah sakit tidak mampu menampung dan merawat seluruhnya dengan cepat karena terbatasnya fasiltas dan tenaga medis disana. Hal ini pernah dirasakan saat gempa Yogyakarta tahun 2006 silam yang menelan korban lebih dari 5000 jiwa. Karena banyaknya korban yang membutuhkan pertolongan, semua rumah sakit menjadi overload sehingga banyak korban-korban tersebut yang terpaksa diletakkan di halaman sampai ke lapangan parkir rumah sakit. Maka dari itu, Jika masyarakat sudah terlatih untuk memberikan pertolongan pertama, diharapkan dapat meminimalisir jumlah korban meninggal, misalnya dengan menghentikan pendarahan yang terjadi dan sebagainya.Ketika bencana terjadi, bantuan logistik pangan baru berdatangan sekitar 12 jam pasca bencana terjadi dan ini belum terdistribusi ke seluruh wilayah bencana. Ada baiknya jika setiap desa yang rentan bencana memiliki semacam tempat penyimpanan logistik bencana, yang dapat dipakai untuk bertahan ketika bencana terjadi, sambil menunggu datangnya bantuan logistik dari pemerintah.Untuk meminimalisir kerusakan pasca terjadinya bencana, pengetahuan mengenai struktur bangunan tahan bencana juga perlu diberikan kepada masyarakat yang berada pada daerah rentan bencana. Harapan ke depan adalah menurunnya jumlah kerusakan bangunan dan korban jiwa akibat kerusakankerusakan tersebut. (eq) letusannya antara lain Krakatau yang memberikan efek global pada 1883, Danau Toba dengan letusan supervolcanic yang diperkirakan terjadi pada 74000SM yang bertanggung jawab atas enam tahun musim dingin, dan Gunung Tambora yang merupakan letusan tersadis yang tercatat dalam sejarah di tahun 1815. Gunung berapi paling aktif saat ini adalah Gunung Kelud dan Merapi di Pulau Jawa yang telah membunuh ribuan penduduk di sekitarnya. Sejak tahun 1000, Gunung Kelud telah meletus 30 kali, dengan letusan terbesar berskala lima dalam indeks Letusan Gunung Berapi, sementara itu Gunung Merapi meletus lebih dari 80 kali. The International Association of Volcanology and Chemistry menjuluki Merapi sebagai gunung berapi 10 tahunan sejak 1995 karena aktivitasnya yang tinggi dan banyaknya korban yang berjatuhan akibat letusan dengan intensitas kejadian yang cukup tinggi. Terakhir kali, Gunung Merapi meletus di Yogyakarta pada akhir 2010 lalu memakan cukup banyak korban.Dengan adanya kejadian seperti itu pemerintah dan aparat Negara diharapkan agar cepat tanggap dalam evakuasi dan pertolongan pada korban bila terjadi bencana seperti itu.

BAB III

PENUTUP

 

KESIMPULAN :

 

Cincin Api Pasifik atau Lingkaran Api Pasifik (bahasa Inggris: Ring of Fire) adalah daerah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik. Daerah ini berbentuk seperti tapal kuda dan mencakup wilayah sepanjang 40.000 km. Daerah ini juga sering disebut sebagai sabuk gempa Pasifik.

Dilihat dari kondisi geografisnya , Indonesia merupakan wilayah dengan ancaman bencana gempa bumi dan tsunami dengan intensitas yang cukup tinggi. Indonesia merupakan daerah pertemuan tiga lempeng tektonik besar, yaitu Lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Lempeng Pasific. Lempeng Indo-Australia bertabrakan dengan Lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatra, Jawa dan Nusa Tenggara, sedangkan dengan Pasific di utara Irian dan Maluku Utara. Di sekitar lokasi pertemuan lempeng inilah terjadi akumulasi energi tabrakan hingga sampai suatu titik lapisan bumi tidak lagi sanggup menahan tumpukan energi dan akhirnya energi tersebut akan dilepas dalam bentuk gempa bumi.

Dengan mengetahui bahwa kondisi geografis Indonesia berada pada area Ring of Fire,maka yang perlu dilakukan pemerintah adalah membangun dan mendidik masyarakat yang sadar dan tanggap terhadap bencana yang akan dan yang sedang terjadi. Adapun beberapa hal yang dapat disosialisasikan dan dilatihkan ke masyarakat antara lain adalah : Pemerintah sebaiknya menyediakan sistem peringatan dini (misalnya sirine, detektor, alat komunikasi, dan lain-lain) yang dapat diandalkan terutama di daerah rawan bencana. Sehingga saat bencana terjadi, masyarakat langsung tahu apa yang harus dilakukan.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Cincin_Api_Pasifik ( diakses pada hari senin 24 Februari 2014 pada   pukul 20.00 WITA)

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-14343-4108205001-Chapter1.pdf (diakses pada hari        senin 24 Februari 2014 pada pukul 20.00 WITA)

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/195901011989011-YAKUB_MALIK/HANDOUT_GEMPABUMI.pdf (diakses pada hari senin 24 Februari 2014             pada pukul 20.00 WITA)

http://mountmag.com/wp-content/uploads/downloads/2012/08/MountMag-09.pdf (diakses pada hari senin 24 Februari 2014 pada pukul 20.00 WITA)

http://endrosambodo1984.wordpress.com/2012/04/19/ring-of-fire-apakah-itu/ (diakses pada hari   senin 24 Februari 2014 pada pukul 20.00 WITA)

http://bulletin.penataanruang.net/index.asp?mod=_fullart&idart=329 (diakses pada hari senin       24 Februari 2014 pada pukul 20.00 WITA)

 

 

 

 

 

 

 

MAKALAH OSEANOLOGI

“ RING OF FIRE “

Oleh :

NAMA      : ASTRID SAFIRA IDHAM

NIM           : H41113341

JURUSAN : BIOLOGI B

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014

MIKROSPOROGENESIS DAN MAKROSPORAGENESIS

Mikrosporogenesis adalah proses pembentukan gamet jantan (sperma)

yang berlangsung pada bunga yaitu di dalam serbuk sari bagian dari kepala

sari (antenna) yang di dalamnya terdapat kantong serbuk sari atau

mikrosporangium. Proses mikrosporogenesis berlangsung sebagai berikut:

Sebuah sel induk mikrospora diploid (mikrosporosit) dalam antenna

membelah secara meiosis I dan menghasilkan sepasang sel haploid. Pada

meiosis II menghasilkan 4 mikrospora haploid (n) yang berkelompok membentuk

tetrad. Setiap mikrospora akan mengalami kariokinesis (pembelahan

inti), sehingga menghasilkan 2 inti yang haploid yaitu satu inti dinamakan

inti saluran serbuk sari dan satu inti generatif. Inti generatif membelah secara

mitosis tanpa disertai sitokinesis dan terbentuklah 2 inti sperma (n)

dan inti serbuk sari tidak membelah. Dengan demikian maka sebutir serbuk

sari yang telah masak mengandung 3 inti yang haploid, yaitu serbuk inti

saluran serbuk sari dan 2 buah inti sperma.

Megasporogenesis adalah proses pembentukan gamet betina (ovum) yang

berlangsung dalam bakal buah (ovarium) dan menghasilkan kandung

lembaga. Proses megasporogenesis berlangsung sebagai berikut.

Sebuah sel induk megaspora diploid (megasporosit) dalam ovarium

mengalami meiosis I dan menghasilkan 2 sel diploid. Selanjutnya mengalami

meiosis II menghasilkan 4 megaspora haploid yang letaknya berderet dan 3

megaspora mengalami degenerasi dan mati. Satu megaspora yang tersisa

mengalami pembelahan mitosis tiga kali berturut-turut tanpa diikuti

sitokinesis (pembelahan plasma) dan menjadi 8 inti megaspora (kandung

lembaga muda) yang haploid, kemudian 4 inti kelompok di kalaza (bagian

antara bakal biji dan tangkai biji) dan 4 inti berada di dekat mikrofil. Satu

inti dari masing-masing kelompok bergerak ke tengah dan menyatu

membentuk inti kandung lembaga sekunder (2n) sedangkan 3 inti yang

berada pada kalaza dinamakan inti antipoda dan 3 inti yang berada di

mikrofil berkembang menjadi 1 inti sel telur atau ovum (n) yang di tengah

dan 2 inti sinergid (n) yang di sampingnya maka pada kandung lembaga

yang masak terdapat:

1) 3 inti antipoda 3) 1 inti ovum (n)

2) 2 inti sinergid (n) 4) 1 inti kandung lembaga sekunder (2n).

FORMAT SAMPUL LAPORAN LENGKAP FISIKA DASAR 1

Laporan Lengkap

PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

SEMESTER GANJIL

TAHUN AJARAN 2013-2014

 

 

 

 

 

Oleh:

NAMA                 : ASTRID SAFIRA IDHAM

NIM                     : H41113341

KELOMPOK     : 5 (LIMA)

FAKULTAS       : MIPA

JURUSAN          : BIOLOGI

GOLONGAN     : H6-GANJIL

 

LABORATORIUM FISIKA DASAR – JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

DAFTAR ISI

 

Lembar Pengesahan……………………………………………………………………

Kata Pengantar…………………………………………………………………………

Daftar Isi……………………………………………………………………….………

Daftar Percobaan………………………………………………………………………

 

            I.          Dasar Pengukuran dan Ketidakpastian…………………………………

            II.        Lensa………………………………………………………………………

            III.       Modulus Young…………………………………………………………

            IV.       Viskositas……………………………………………………………………

            V.        Pendinginan Newton…………………………………………………..

            VI.       Gerak Osilasi………………………………………………………………

 

Lampiran

Kartu Kontrol Asli……………………………………………………………………..

Fotocopy Kartu Kontrol………………………………………………………………..

 

 

 

 

 

 

KATA PENGANTAR

 

        Tiada untaian kata yang lebih indah selain ucapan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia, taufik, hidayah serta inayah-Nya, sehingga laporan lengkap praktikum Fisika Dasar I dapat terselesaikan. Tidak lupa pula senantiasa kita panjatkan shalawat serta salam kepada junjungan dan panutan kita Muhammad SAW. Dalam tahap penyusunan laporan lengkap ini, tidak terlepas dari berbagai kendala yang menghambat penyusunan. Namun berkat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak, sehingga kendala dan halangan tersebut dapat teratasi.

        Laporan lengkap ini disusun sebagai syarat dikeluarkannya nilai praktikum Fisika Dasar I. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada teman-teman, asisten praktikum Fisika Dasar I serta pihak-pihak lainnya yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan lengkap ini yang tidak sempat disebutkan.

        Dalam penyusunan laporan lengkap ini, disadari bahwa masih terdapat kekurangan karena hal ini masih terbilang baru bagi saya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat saya harapkan. Walau demikian, saya tetapt berharap laporan lengkap praktikum Fisika Dasar I ini dapat memberikan manfaat. Amin.

 

Makassar, 3 Desember 2013

 

 

Astrid Safira Idham

 

LEMBAR PENGESAHAN

 

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Corps Asisten Laboratorium Fisika Dasar I Semester Ganjil Tahun Ajaran 2013-2014, menerangkan bahwa :

 

NAMA                    : ASTRID SAFIRA IDHAM

NIM                        : H41113341

FAKULTAS           : MATEMATIKA & ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN              : BIOLOGI

GOLONGAN         : H6 GANJIL

KELOMPOK         : 5 (LIMA)

 

Telah mengikuti praktikum Fisika Dasar I , sejak8 Oktober s.d tanggal 19 November 2013

NO

JUDUL PERCOBAAN

NAMA ASISTEN

TANDA TANGAN

1

DASAR PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN

WAHYUNI

 

2

LENSA

WAHYUNI

 

3

MODULUS YOUNG

HENDRI

 

4

VISKOSITAS

SRI WAHYUNI

 

5

PENDINGINAN NEWTON

NURHASNI

 

6

GERAK OSILASI

ROSMA HERYANI

 

 

bertempat di Laboratorium Fisika Dasar, Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin

Makassar, 3 Desember 2013

 

Mengetehui,

Koordinator Golongan

 

 

 

ARAFAH

 

Koordinator Umum                                                  Sekretaris Umum

 

 

   HENDRI                                                       FITRIANIKAHARUDDIN

LAPORAN PRAKTIKUM : ISOLASI DNA

LAPORAN PRAKTIKUM

GENETIKA

PERCOBAAN II

ISOLASI DNA

NAMA                          : ASTRID SAFIRA IDHAM

NIM                              : H41113341

HARI/TANGGAL      : KAMIS, 13 MARET 2014

KELOMPOK              : VI (ENAM) B

ASISTEN                     : ANDRI NINDYA

 

 

 

 

LABORATORIUM GENETIKA JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

I.1 Latar Belakang

Deoxyribonucleic acid atau DNA merupakan senyawa kimia yang paling penting dalam makhluk hidup.DNA merupakan senyawa yang mengandung informasi genetik makhluk hidup dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Keseluruhan DNA dalam suatu sel akan membentuk genom. Genom meliputi bagian gen yang fungsional maupun non-fungsional dalam sel organisme. DNA genom meliputi gen danintergen (Suryo, 2004).          

DNA adalah asam nukleat yang mengandung materi genetik dan berfungsi untuk mengatur perkembangan biologis seluruh bentuk kehidupan secara seluler. DNA terdapat pada nukleus, mitikondria, dan kloroplas. Perbedaan ketiganya adalah DNA nukleus berbentuk linier dan berasosiasi sangat erat dengan protein histon, sedangkan DNA mitokondria dan kloroplas berbentuk sirkular dan tidak berasosiasi dengan protein histon. Selain itu DNA mitokondria dan kloroplas memiliki ciri khas, yaitu hanya mewariskan sifat-sifat yang berasal dari garis ibu. Sedangkan DNA nukleus memiliki pola pewarisan sifat dari kedua orangtua. Dilihat dari organismenya, struktur DNA prokariot tidak memiliki protein histon dan berbentuk sirkular, sedangkan DNA eukariot berbentuk linier dan memiliki protein histon (Kirsman, 2010).

Isolasi DNA merupakan langkah mempelajari DNA. Salah satu prinsipisolasi DNA yaitu dengan sentrifugasi. Sentrifugasi merupakan teknik untukmemisahkan campuran berdasarkan berat molekul komponennya. Molekul yang mempunyai berat molekul besar akan berada di bagian bawah tabung dan molekul ringan akan berada pada bagian atas tabung . Hasil sentrifugasi akan menunjukkan dua macam fraksi yang terpisah, yaitu supernatan pada bagian atas dan pelet pada bagian bawah (Rachmat, 2012).

 

I.2 Tujuan Percobaan

            Adapun tujuan yang akan dicapai pada percobaan isolasi DNA ini yaitu untuk mengetahui cara memisahkan (mengisolasi) DNA dari 2 jenis buah yang dijadikan sebagai sampel, serta untuk mengetahui keaktifan detergen dalam proses isolasi DNA pada sampel buah.

 

I.3 Waktu dan Tempat Percobaan

            Percobaan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 13 Maret 2014, pukul 14.00 – 17.30 WITA. Percobaan ini bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hsanuddin, Makassar.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

Isolasi DNA adalah proses pengeluaran DNA dari tempatnya berada (ekstraksi atau lisis) biasanya dilakukan dengan homogenasi dan penambahan buffer ekstraksi atau buffer lisis untuk mencegah DNA rusak (Yuwono, 2008).

Pada sel eukariotik termasuk tanaman dan hewan bagian terbesar dari DNA berada pada nukleus yaitu organel yang dipisahkan dari sitoplasma dengan membran. Nukleus terdiri dari 90 % keseluruhan DNA seluler. Sisa DNA adalah organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Karena DNA terdapat pada nukleus, maka perlu adanya metode pelisisan sel sampai pemanenan sel. Dimana metode tersebut merupakan bagian  dari metode isolasi DNA (Elrod, 2007).

Pemisahan DNA dari materi seluler lainnya merupakan hal yang signifikan dan mengharuskan penyallinan DNA menjadi RNA dan translasi RNA menjadi protein berlangsung dalam kompartemen( ruang ) yang berbeda yaitu secara berturut-turut dalam nucleus dan sitoplasma ( Elrod, 2007 ).

Terdapat organel-organel bermembran ganda di dalam sitoplasma, termasuk mitokondria baik pada tumbuhan maupun hewan. Oleh karena itu perlu dilakukan isolasi DNA pada tanaman dan hewan untuk mengetahui dan mempelajari DNA dari tanaman dan hewan tersebut. Sel eukariotik memiliki DNA lebih banyak, lengkap dengan komponen-komponen lain. DNA tanaman dan hewan tersimpan dalam nucleusyang terbungkus oleh membran. Isolasi DNA merupakan langkah yang tepat untuk mempelajari DNA. Prinsipnya ada dua, yaitu sentrifugasi dan presipitasi.Sentrifugasi merupakan teknik untuk memisahkan campuran berdasarkan berat molekul komponennya. Molekul yang mempunyai berat molekul besar akan berada di bagian bawah tabung dan molekul ringan akan berada pada bagian atas tabung. Hasil sentrifugasi akan menunjukkan dua macam fraksi yang terpisah, yaitu supernatan pada bagian atas dan pelet pada bagian bawah. Presipitasi merupakan langkah yang dilakukan untuk mengendapkan suatu komponen dari campuran (Albert, 1994).

DNA pada makhluk hidup dapat diisolasi secara sederhana. Pengisolasian DNA secara sederhana dapat dilakukan dengan memecahkan dinding sel, membran plasma dan membran inti baik secara mekanik maupun secara kimiawi. Isolasi DNA merupakan suatu teknik yang digunakan untuk memperoleh DNA murni, yaitu tanpa protein dan RNA dari suatu sel dalam jaringan. Pemecahan dinding sel secara mekanik dapat dilakukan dengan pemblenderan atau penggerus menggunakan mortar dan pistil. Sedangkan secara kimiawi dapat dilakukan dengan pemberian detergen. Penambahan sabun cair dan garam dapur adalah untuk melisiskan membran inti untuk mengeluarkan isi inti sel yang berisi DNA (Rachmat, 2012).

Isolasi DNA dapat dilakukan melalui tahapan-tahapan antara lain: preparasi ekstrak sel, pemurnian DNA dari ekstrsk sel dan presipitasi DNA. Meskipun isolasi DNA dapat dilakukan dengan berbagai cara, akan tetapi pada setiap jenis atau bagian tanaman dapat memberikan hasil yang berbeda, hal ini dikarenakan adanya senyawa polifenol dan polisakarida dalam konsentrasi tinggi yang dapat menghambat pemurnian DNA. Jika isolasi DNA dilakukan dengan sample buah, maka kadar air pada masing-masing buah berbeda, dapat memberi hasil yang berbeda-beda pula. Semakin tinggi kadar air, maka sel yang terlarut di dalam ekstrak akan semakin sedikit, sehingga DNA yang terpretisipasi juga akan sedikit (Kirsman, 2010).

Penambahan deterjen dalam isolasi DNA dapat menyebabkan rusaknya membrane sel, melalui ikatan yang dibentuk melalui sisi hidrofobik deterjen dengan protein dan lemak pada membrane membentuk senyawa “lipid protein-deterjen kompleks”. Senyawa tersebut dapat terbentuk karena protein dan lipid memiliki ujung hidrofilik dan hidrofobik, demikian juga dengan deterjen, sehingga dapat membentuk suatu ikatan kimia (Kirsman, 2010).

            Prinsip – prinsip dalam mengisolasi DNA (Tohib, 2012) :

1. melisis sel secara fisik, dengan cara penggerusan.
2. pemecahan dinding sel.
3. pemecahan membran sel.
4. pemisahan DNA dari bahan yang lain.

            Dalam isolasi DNA, bahan yang kita gunakan biasanya berupa jaringan tumbuhan atau jaringan hewan, untuk itu langkah pertama yang harus kita lakukan adalah memecahkan jaringan menjadi sel-sel yang mandiri. Proses dilakukan secara mekanik atau fisik dengan menumbuk atau menggerus bahan yang akan kita gunakan dengan mortar atau blender. Kedua adalah memecahkan dinding sel dan membran sel lapisan pembungkus DNA. struktur utama pembentuk membran dan dinding sel adalah lemak, untuk itu kita gunakan deterjen dan garam dapur. Kedua bahan ini digunakan untuk melubangi dan merusak sel sehingga isi inti sel (DNA) bisa keluar (Tohib, 2012). 

Tahap selanjutnya adalah pemisahan DNA dari bahan yang lain. Pemisahan dilakukan dengan menggunakan ethanol/alkohol dingin berkonsentrasi 90-95%. Ethanol/Alkohol tidak melarutkan DNA dan berat jenis alkohol yang lebih ringan dari air membuat DNA naik dan melayang-layang di permukaan (Tohib, 2012).

CTAB atau Cetyl trimethylammonium bromide merupakan sejenis deterjen yang dapat mendegradasi dinding sel, denaturasi protein, memisahkan karbohidrat, merusak membran sel dan melarutkan DNA. Apabila dinding sel terdegradasi maka semua isi sel dapat keluar termasuk DNA dan dilepaskan ke dalam buffer ekstraksi.Dalam proses isolasi DNA tanaman, penambahan senyawa pereduksi seperti merchaptoetanol dapat mencegah proses oksidasi senyawa fenolik sehingga menghambat aktivitas radikal bebas yang dihasilkan oleh oksidasi fenol terhadap asam nukleat. Merchaptoetanol juga berfungsi untuk melindungi RNA dari senyawa quinon, disulphide, peroksida, poliphenoksidase, dan protein. Proses pemansan pertama bertujuan untuk melarutkan CTAB dan mercaptoetanol. Sedangkan pemanasan yang kedua bertujuan untuk memdegradasi protein dan dinding sel (Tohib, 2012).

Klorofrom dan isoamilalkohol (CIAA) berfungsi untuk mengekstrak dan dan mengendapkan komponen polisakarida di dalam buffer ektraksi yang mengkontaminasi larutan DNA. Pemberian isopropanol dan etanol dilakukan agar terjadi dehidrasi DNA sehingga terjadi presipitasi. Setelah pemberian etanol, pellet yang dipeoleh dikeringanginkan. Hal ini bertujuan untuk mengeringkan pellet dari sisa-sisa buffer maupun etanol.Tahapan terakhir dari ektraksi ini adalah penambahan buffer TE. Buffer TE tris electrophoresisberfungsi untuk melarutkan DNA yangdihasilkan dan menjagaDNA agar tidak mudah rusak. Dalam buffer TE mengandung EDTA atau Ethylene Diamine Tetra Acid yang berfungsi sebagai senyawa pengkelat yang mengikat ion Magnesium, yaitu kofaktor yang diperlukan untuk altivtas berbagai enzim nuclease. Metode ekstraksi DNA dengan CTAB akan menghasilkan pita DNA yang berukuran tebal dan dapat memisahkan DNA dari polisakarida karena adanya perbedaan karakteristik kelarutan (differensial of solubility). Disamping deperoleh fragmen DNA, dengan metode CTAB juga akan diperoleh RNA dengan pita tipis yang terletak jauh berada di bawah pita DNA. Keberadaan pita RNA tergantung bahan yang diekstraksi (Asris, 2010).

Metode ini tidak membutuhkan biaya yang lebih mahal dibandingkan dengan menggunakan kit. Selain itu, kelebihan dari ektraksi ini adalah pita DNA yangdiproleh lebih tebal bila dibandinglan dengan ektraksi metode fenol dan tanpa fenol. Akan tetapi, dari hasil dengan metode ini masih terdapat pita smear dan DNA yang dihasilkan lebih sedikit daripada ektraksi dengan menggunakan kit. Kendala yang umum terjadi dalam ekstraksi CTAB adalah adanya inhibitor pada inang, rendahnya konsentrasi vius dan pengaruh cara maupun lama waktu penyimpanan (Asris, 2010).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

METODE PERCOBAAN

 

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

            Alat – alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah alat tulis menulis, tabung reaksi, timbangan, gelas aqua, pisau, batang pengaduk, spatula, blender, pipet tetes, dan mesin vortex.

III.1.2 Bahan

            Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah buah tomat Solanum lycopercium dan pepaya Carica papaya, detergen (Rinso cair, Surf bubuk, dan sabun bukrim), Aquades, garam dapur, Ethanol 96 % , dan kertas saring.

 

III.2 Prosedur Kerja

            Adapun langkah-langkah kerja yang dilakukan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:

  1. Buah dipotong menjadi ukuran yang lebih kecil.
  2. Buah yang telah dipotong kemudian ditimbang sampai beratnya 100 gr.
  3. Diambil 100 gr buah dan 100 ml aquades, kemudian diblender hingga halus, kira-kira diblender selama 40 detik.
  4. Masing-masing buah yang telah diblender dimasukkan kedalam 3 tabung reaksi yang berbeda sebanyak 4 ml.
  5. Dilarutkan detergen (Rinso, Surf, dan Bukrim) kedalam 60 ml aquades, kemudian diaduk hingga larut.
  6. Tiga jenis larutan detergen kemudian dimasukkan kedalam masing-masing tabung reaksi yang berisi jus buah sebanyak 4 ml.
  7. Tambahkan 1 spatula garam dapur kedalam masing-masing tabung reaksi, kemudian diaduk hingga larut.
  8. Campuran kemudian disaring sebanyak 2 kali dengan kertas saring.
  9. Lalu ditambahkan ethanol 96 % sebanyak 5 ml kedalam masing-masing campuran.
  10. Larutan kemudian dihomogenkan dengan menggunakan mesin vortex.
  11. Amati dan catat hasil yang tampak dari keseluruhan proses, meliputi warna, serta sedikit banyaknya DNA yang terbentuk.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Albert, B., 1994. Biologi Molekuler Sel Edisi Kedua. PT. Gramedia Pustaka Utama. JJJJJJJakarta.

 

Asris., 2010. Definisi Isolasi DNA dan Manfaat Isolasi DNA.http://asris07. Student.ipb.ac.id. Diakses pada tanggal 17 Maret 2014, pada pukul 23.00 WITA.

Elrod, S., 2007. Genetika Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta.

Kirsman, 2010.Isolasi DNA Buah. http://kirsman83.weebl..com. Diakses pada tttttttttanggal 17 Maret 2014, pada pukul 23.00 WITA.

 

Rachmat, 2012. Isolasi DNA. http://rachmatyusuf.blogspot.com. Diakses pada  ssssssstanggal 17 Maret 2014, pada pukul 23.00 WITA.

 

Suryo, 2004. Genetika Strata 1. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Tohib, 2012. Macam Metode Isolasi DNA. http://www.tohib.web.id. Diakses pada tttttttangga17 Maret 2014, pada pukul 23.00 WITA.

 

Yuwono, T., 2008. Biologi Molekuler. Erlangga. Jakarta.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

IV.1 Hasil Percobaan

IV.1.1 Gambar Hasil Percobaan

JENIS BUAH

SEBELUM

SESUDAH

1.PEPAYA

Carica papaya

 

(bubuk, cair, krim)

 

(bubuk, cair, krim)

2.Tomat Solanum lycopercium

 

(krim, bubuk, cair)

 

(bubuk, cair, krim)

 

IV.1.2 Tabel Pengamatan

 

JENIS BUAH

PERLAKUAN

HASIL PERCOBAAN

JUMLAH

WARNA

WAKTU

 

Pepaya

Carica papaya

Detergen Bubuk

Putih – bening

Cepat

+ +

Detergen Cair

Kuning – bening

    Lambat

+ +

Detergen Krim

Kuning – pucat

Sedang

+ +

 

Tomat

Solanum lycopercium

Detergen Bubuk

Putih – bening

Cepat

+ +

Detergen Cair

Bening

Lambat

+ + +

Detergen Krim

Kuning

Sedang

+ + +

 

IV.2 Pembahasan

            Prinsip utama dalam isolasi DNA ada tiga yakni penghancuran (lisis), ektraksi atau pemisahan DNA dari bahan padat seperti selulosa dan protein, serta

pemurnian DNA. Selain itu ada 2 prinsip lagi dalam melakukan isolasi DNA, yaitu sentrifugasi dan presipitasi. Prinsip utama sentrifugasi adalah memisahkan substansi berdasarkan berat jenis molekul dengan cara memberikan gaya sentrifugal sehingga substansi yang lebih berat akan berada di dasar, sedangkan substansi yang lebih ringan akan terletak di atas. Teknik sentrifugasi tersebut dilakukan di dalam sebuah mesin yang bernama mesin sentrifugasi dengan kecepatan yang bervariasi.

            Dalam percobaan ini, kami melakukan isolasi DNA yang berasal dari 2 jenis buah yang memiliki kandungan air yang berbeda. Tujuan dari percobaan ini adalah

untuk mengisolasi atau memisahkan DNA yang berasal dari tumbuhan. Metode yang

dilakukan dalam percobaan ini adalah penghancuran (lisis) serta ekstraksi. Perlakuan pertama yang diberikan pada buah yaitu mengupas serta memotongnya menajadi ukuran yang lebih kecil, hal ini dilakukan agar pada saat penghancuran buah mudah dihancurkan menjadi partikel – partikel yang lebih kecil. Tahap selanjutnya yaitu menambahkan campuran detergen dengan air, hal ini bertujuan untuk merusak membran sel dari kedua buah tersebut. Perusakan membran sel terjadi akibat adanya ikatan kimia yang terbentuk antara detergen dengan zat-zat yang ada pada buah. Setelah penambahan detergen tahap selanjutnya yaitu penambahana garam dapur sebanyak 1 spatula ke masing-masing tabung yang berisi campuran buah dan detergen, tujuan dari penambahan garam adalah untuk memudahkan pemisahan benang-benang DNA dari campuran sehingga benang-benang tersebut akan mudah diamati. Hal ini terjadi karena Na+ dalam garam dapat membentuk ikatan pada kutub negative dari ikatan fosfat DNA.Setelah larutan ditambahkan garam larutan kemudian dihomogenkan pada mesin vortex.

            Tahap selanjutnya yaitu penambahan ethanol 96 %, penambahan ini bertujuan untuk mempermudah terjadinya presipitasi pada benang-benang DNA.Ethanol tersebut mampu membawa asam nukleat yang terdapat dalam campuran naik ke permukaan, untuk kemudian diendapkan.Setelah ditambahkan ethanol larutan kemudian kembali dihomogenkan pada mesin vortex.

            Dari percobaan isolasi DNA diperoleh hasil yaitu, perbedaan warna pada masing-masing tabung reaksi yang berisi campuran buah, detergen, garam, dan ethanol.Perubahan warna yang terjadi diakibatkan oleh perbedaan susunan DNA yang terdapat pada setiap buah. Selain itu perbedaan yang mencolok dari keenam larutan tersebut adalah terdapat banyak atau sedikit endapan asam nukleat pada

dasar tabung reaksi. Hal ini terjadi akibat adanya perbedaan kandungan zat serta penggunaan jenis detergen yang berbeda maupun kandungan air dari masing-masing buah tidak sama. Dari percobaan tidak diperoleh DNA murni melainkan hanya DNA kasar atau benang – benang halus (supernatant) dalam jumlah yang sedikit serta endapan putih yang terlihat. Dari kedua buah DNA kasar yang paling terlihat ada pada buah pepaya, hal itu terjadi akibat kandungan air pepaya lebih sedikit dari tomat sehingga ekstrak dan DNA kasar yang dihasilkan oleh pepaya lebih banyak daripada buah tomat, selain itu endapan putih pada buah pepaya lebih banyak daripada buah tomat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB V

PENUTUP

 

V.1 Kesimpulan

            Dari percobaan isolasi DNA yang telah dilakukan dapat diketahui metode atau cara bagaimana mengisolasi DNA dari buah yang dijadikan sebagai sampel. Yaitu melalu cara penghancuran (lisis), ekstraksi, serta pemurnian. Penggunaan detergen yang berbeda dalam percobaan dilakukan untuk mengetahui detergen dalam bentuk apa yang paling aktif dalam menghancurkan membran sel pada setiap sampel buah.Setelah dilakukan percobaan ternyata detergen bubuk menghasilkan DNA kasar yang lebih terlihat serta endapan putih yang lebih banyak.

 

V.2 Saran

V.2.1 Saran Untuk Laboratorium

            Sebaiknya laboratorium menyediakan alat yang cukup memadai serta alat yang cukup banyak, agar praktikum dalam berjalan dengan efisien.

V.2.2 Saran Untuk Asisten

            Diharapkan agar terus memperhatikan dan membimbing praktikan selama lab berlangsung, agar praktikum berjalan dengan baik.

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

BAB I

PENDAHULUAN

 

I.1 Latar Belakang

 

Setiap makhluk hidup pasti akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan memiliki kaitan yang sangat erat antara satu sama lainnya dengan seluruh makhluk hidup yang ada di bumi.Sebagai salah satu ciri makhluk hidup adalah tumbuh dan berkembang.Perkembangan meliputi tiga proses yaitu, morfogenesis, differensiasi, dan pertumbuhan(Umar, 2012).

Pertumbuhan merupakan bertambahnya jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif (dapat dinyatakan dalam angka) dapat diukur atau suatu peningkatan dalam berat atau ukuran dari seluruh atau sebagian dari organisme, sedangkanperkembangan merupakan bertambahnyafungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh, kematangan atau kedewasaan dalam belajar atau peningkatan kemahiran dalam penggunaan tubuh pada organisme yang bersifat kualitatif (tidak dapat dinyatakan dalam angka).Pertumbuhan dan perkembangan keduanya bersifat irreversible (tidak dapat balik) (Umar, 2012).

Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui hubungan korelasi antara tinggi badan,berat badan dan umur, yang merupakan pengaruh dari akibat terjadinya pertumbuhan dan perkembangan.Sebagai contoh makhluk hidup yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan adalah manusia,maka sebagai sampelnya diambil beberapa orang mahasiswa untuk diukur berat dan tingginya.Kemudian data dari hasil pengukuran tersebut akan diolah dengan menggunakan dasar-dasar statistika.

I.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah :

 

  1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan korelasi antara tinggi badan, berat badan, dan umur dari sampel mahasiswa yang diukur.
  2. Mengenalkan dan melatih mahasiswa dalam menggunakan peralatan yang berhubungan dengan parameter fisik dalam lingkungan.

 

I.3 Waktu dan Tempat Praktikum

            Percobaan dengan judul pertumbuhan dan perkembangan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 4 Marer 2014 pukul 14.00 – 17.00 WITA.Bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, JurusanBiologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

                Dalam kamus bahasa Inggris,salah satu pengertian prtumbuhan adalah “proses” (suatu rangkaian tindakan atau perubahan sistematis atau spesifik yang diarahkan kepada suatu akhir) yang dilalui tanaman untuk meningkatkan ukurannya dengan menggunakan faktor-faktor lingkungan yang dibutuhkan.Batasan ini mengandung pengertian morfogenesis (morpho = bentuk, genesis = awal) yakni perubahan struktur kehidupan.Perkataan pertumbuhan sebagai kata benda “growth” sudah lama tercatat dalam kamus bahasa Inggris, Oxford English Dictionary,1557(S.M. Sitompul,1995).

Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai “the progressive development of an organism”(kemajuan perkembangan suatu organisme).Pertumbuhan adalah proses perubahan biologis yang terjadi pada makhluk hidup yang meliputi perubahan ukuran berupa pertambahan tinggi, besar dan berat.Pertumbuhan bersifat kuantitatif , artinya dapat diukur dan dilihat langsung.Alat yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan pada tanaman disebut auksanometer ( busur tumbuh ).Pertumbuhan juga bersifat ireversibel, artinya tidak berubah kembali ke asal, karena makhluk hidup yang sudah mengalami pertumbuhan tidak akan mengecil kembali.Perkembangan adalah proses menuju tercapainya kedewasaan atau tingkat yang lebih sempurna pada makhluk hidup.Perkembangan bersifat kwalitatif, artinya tidak dapat diukur.Tumbuhan dan hewan dikatakan dewasa apabila sudah dapat berkembang biak ( bereproduksi).Perkembangan lebih dilihat sebagai proses pembentukan jaringan dan organ sehingga individu mempunyai bentuk morfologi yang khas(S.M. Sitompul,1995).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup yaitu (Hanafiah, 2011) :

  1. Gen

Gen adalah faktor keturunan yang diwariskan oleh orang tua.Gen akan mengendalikan dan menentukan pola dasar pertumbuhan dan perkembangansuatu organisme, misalnya warna kulit, tulang, otot dll.

  1. Hormon

Hormon dihasilkan kelenjar endikron. Hormon yang paling berpengaruh adalah hormon pertumbuhan (somatotrof). Jika organisme kekurangan hormon ini akan kerdil dan jika kelebihan akan tumbuh tinggi.

  1. Makanan/Nutrisi

Fungsi utama makanan adalah sebagai pembangun tubuh dan sumber energi. Protein adalah zat makanan yang paling banyak berperan dalam pertumbuhan. Pada tumbuhan, makanannya berupa zat dan mineral (unsur hara) yang terkandung di dalam tanah. Tumbuhan akan mengalami gangguan pertumbuhan (abnormal) jika kekurangan zat dan mineral (unsur hara). Fungsi nutrisi diantanya adalah sebagai bahan pembangun tubuh makhluk hidup. Nutrisi bagi sebagian besar hewan dan manusia dapat berupa protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Protein merupakan bahan pembangun sel-sel tubuh.

  1. Air

Air sebagai pelarut dan alat terjadinya reaksi kimia dalam tubuh atau disebut dengan metabolisme. Tujuan reaksi kimia atau metabolisme adalahuntuk menghasilkan energi, memperbaiki jaringan tubuh yang rusak, membentuk sel-sel yang baru.

  1. Aktivitas

Aktivitas akan mempengaruhi struktur tulang dan otot. Orang yang banyak kegitan fisik ototnya akan bagus, sedangkan orang yangkurang melakukan kegiatan fisik ototnya akan melemah.

  1. Cahaya matahari

Cahaya matahari mampu mengubah prpvitamin D menjadi vitamin Duntuk pertumbuhan tulang. Kekurangan vitamin D akan berakibatterkena penyakit rakitis, tidak hanya pada manusia, tumbuhan pun akan mengalami pertumbuhan abnormal bila kekurangan cahaya.Selain itu matahari juga merupakan sumber energi yang akan dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk berfotosintesis.

  1. Suhu   
    Setiap makhluk hidup memiliki batas toleransi pada suhu. Jika suhu lingkungan terlalu dingin atau terlalu panas, maka makhluk hidup tidak dapat tumbuh dan berkembang sempurna. Tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan tumbuh kembang, reproduksi dan juga kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu yang baik bagi tumbuhan adalah antara 22°C sampai dengan 37°C.                     .
                Temperatur yang lebih atau kurang dari batas normal tersebut dapat mengakibatkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti (abnormal). Setiap species tumbuhan umumnya memiliki suhu optimum yang berbeda-beda. Pada suhu yang optimum, suatu species tumbuhan mengalami pertumbuhan dan perkembangan dengan baik (normal). Suhu udara mempengaruhi semua kegiatan tumbuhan yang berkaitan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan seperti penyerapan air, fotosintesis, penguapan (transpirasi) dan pernapasan (respirasi).
  2. Kelembapan

Sampai batas-batas tertentu, tanah dan udara yang lembab berepengaruh baik terhadap pertumbuhan tanaman. Hali ini karena air yang dapat diserap tanaman lebih banyak dan lebih sedikit air yang diuapkan sehingga menyebabkan pembentangan sel-sel. Dengan demikian sel-sel tanaman akan lebih cepat mencapai ukuran yang maksimum. Faktor-faktor lingkungan tersebut di atas yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman bersifat kompleks. Faktor-faktor tersebut tidak bekerja sendiri-sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan yang saling berinteraksi dalam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Pertumbuhan terbagi menjadi tiga macam yaitu (Umar, 2012) :

  1. Pertumbuhan allomentrik :variasi pertumbuhan relatif pada berbagai bagian tubuh yang membantu memberi bentuk organisme.
  2. Pertumbuhan determinan :pertumbuhan organisme yang akan berhenti tumbuh setelah mencapai ukuran tertentu,ini umumnya ciri khas pada hewan.
  3. Pertumbuhan intermediat :pertumbuhan organisme yang terus bertumbuh selama organisme tersebut masih hidup,ini umumnya ciri khas pada tumbuhan.

Korelasi Pengukuran

Dalam pengolahan data tidak satu pun tata kerja statistik yang membuka sedemikian banyaknya jalan bagi para sains secara umum dan pada ekologi khususnya,seperti pada korelasi.Suatu koefisien korelasi adalah sebuah angka yang menyatakan sampai seberapa jauh dua hal yang berhubungan dan seberapa jauh variasi-variasi dalam sebuah pengukuran searah dengan variasi-variasi yang lain.Tanpa pengetahuan tentang bagaimana sebuah variabel bervariasi dalam hubungan yang lain tidak mungkin membuat prediksi (pendugaan) yang benar,pada mana semua bidang ekologi terletak.Dan bilamana hubungan sebab akibat dilibatkan tanpa pengetahuan kovariansi,kita seyogyanya tidak dapat mengatur sebuah variabel dengan mengatur yang lain.Karena percobaan – percobaan biologi dan ekologi bersifat kuantitatif,mereka melibatkan hakikat hubungan dari dua variabel yang berbeda(P.Michael ,1995).

Koefisien korelasi adalah sebuah indeks tingkat hubungan antara dua variabel yang saling berkesinambungan.Setiap koefisien korelasi yang bukan nol dan secara statistik tidak nyata menyatakan derajat hubungan antara dua variabel.Itu tidak menyatakan suatu hubungan.Korelasi adalah selalu relatif terhadap situasi dimana itu tercapai,dan seyogyanya diintepretasikan dalam lingkungan dan sangat jarang dalam arti yang absolut (P.Michael ,1995).

 

 

 

 

 

BAB III

METODE PERCOBAAN

 

III.1 Alat

            Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu timbangan badan, meteran, kalkulator,dan alat tulis menulis.

III.2 Bahan

            Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu ; kertas grafik dan mahasiswa sebagai sampel percobaan.

III.3 Prosedur Kerja

            Cara kerja dari percobaan ini adalah :

  1. Mahasiswa ditimbang berat badannya secara satu persatu, kemudian dicatat hasilnya.
  2. Mahasiswa diukur tinggi badannya pada dinding yang telah disesuaikan dengan skala pada meteran,dan juga ditanyakan umur dari sampel praktikum, kemudian dicatat hasilnya.
  3. Kemudian data yang telah diperoleh ditabulasikan dalam bentuk tabel.
  4. Data dari sampel mahasiswa kemudian diolah dengan mengacu pada perhitungan atau rumus-rumus yang telah diberikan oleh asisten sebagai berikut; menghitung rata-rata,modus,nilai varian,hubungan korelasi dengan rumus person product moment,dan interval tinggi badan serta berat badan.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Hanafiah, M. (2011),Pertumbuhan   dan      Perkembangan, http://repository.uH            su.ac.id/bitstream/12345678/21934/4/chapter%2011.pdf.(diakses    pada    hari Rabu,5 Maret 2014,pada pukul 23.00WITA)

Michael, P.(1995),Metode Statistik dalam Penelitian Ekologi,Erlangga,    Jakarta.

Sitompul,S.M.. Bambang Guritno (1995),Analisis Pertumbuhan    Tanaman,       Universitas Gadjah Mada Press,Yogyakarta.

Umar , M. Ruslan, (2012),Penuntun Praktikum Ekologi Umum,Jurusan Biologi,Universitas Hasanuddin, Makassar.

Anonym.(2012),Laporan Akhir Laboratorium Pertumbuhan dan P     PerkembanganTumbuhan, http://www.academia.edu/3684780/laporan   akhir laboratorium perkembangan tumbuhan.(diakses pada hari Rabu, 5   M         Maret 2014, pada pukul 23.00 WITA)

Anonym. (2009),Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Makhluk Hidup,            http://fren4ever.files.wordpress.com/2009/06/microsoft-word-pertum-dan-            perkem3.pdf (diakses pada hari Rabu,5 Maret 2014,pada pukul 23.00 W    ITA).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI UMUM

 

PERCOBAAN 1

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

NAMA                                               : ASTRID SAFIRA IDHAM

NIM                                                    : H41113341

KELOMPOK                                    : II (DUA) B

HARI/TGL. PERCOBAAN                        : SELASA 4 MARET 2014

ASISTEN                                           : ANWAR

                                    : AHMAD SOLEH

 

 

 

 

 

LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

IV.1 HASIL

IV.1.1 Tabel Kelompok II

TabelHasil pengukuran tinggi badan, berat badan dan umur dari kelompok II ekologi umum jurusan Biologi-Fmipa-Unhas

NO

NAMA

TINGGI BADAN

BERAT BADAN

UMUR

( cm ) ( Y )

( kg ) ( X )

( TAHUN )

1

Mardatillah

141

46

18

2

Julyanti Bellani

148

41

18

3

Asriani

148

44

19

4

Astrid Safira Idham

160

66

18

5

Masra

158

50

18

6

Siti Hardiyanti R

153

48

18

 

IV.1.2 Tabel Kelompok IV

Tabel hasil pengukuran tinggi badan, berat badan dan umur dari kelompok IV ekologi umum jurusan Biologi-Fmipa-Unhas

 

NO

NAMA

TINGGI BADAN

BERAT BADAN

UMUR

( cm ) ( Y )

( kg ) ( X )

( TAHUN )

1

Dewi lestari

145

39

18

2

Tri Sutrisna

157

53

18

3

Crisnawati

150

46

18

4

Reski Mardaranti

156

58

17

5

Riska

160

63

18

 

 

IV.2 Pengolahan data

  1. Interval

a)      Tabel 1

Interval tinggi badan        = Ymax – Ymin

= 160 – 141 = 19 cm

Interval berat badan         = Xmax-Xmin

= 66 – 41 = 25

b)     Tabel 2

Interval tinggi bada          = Ymax-Ymin

= 160 – 145 = 15 cm

Interval berat badan         = Xmax – Xmin

= 63 – 39 = 24 kg

  1. Nilai Rata-Rata

a)      Tabel 1

  1. Nilai rata-rata ( Mean ) table 1 (x) = = = 49,17 kg
  2. Nilai rata-rata ( Mean ) table 1 (y) = = = 151,17 cm

b)     Tabel 2

  1. Nilai rata-rata table 2 (x) = = = 50,18 kg
  2. Nilai rata-rata table 2 (y) = = = 153,6 cm
  3. Nilai Median

a)   Tabel 1

Data tinggi badan terurut = 141,148,148,153,157,160

Data berat badan terurut = 41,44,46,48,50,66

Maka,

Median tinggi badan = = = 150,5 cm

Median berat badan = = = 47 kg

b)   Tabel 2

Data tinggi badan terurut = 145,150,156,157,160

Data berat badan terurut = 39,46,53,58,63

Maka,

Median tinggi badan = 156 cm

Median berat badan = 53 kg

  1. Nilai Modus

a)   Tabel 1

Modus tinggi badan = 148

Modus berat badan = –

b)   Tabel 2

Modus tinggi badan = –

Modus berat badan = –

  1. Nilai Varians

a)   Tabel 1

Var x =

                         == 77,77

Var y =

=

== 48,17

b)   Tabel 2

Var x =

=  

=   = 93,94

Var y =

=   = 36,32

 

 

 

 

  1. Simpangan Baku (Standar Deviasi)

a)      Tabel 1

Simpangan baku berat badan (x) :

Sx===== 8,82

Simpangan baku tinggi badan (y) :

Sy= === =6,94

 

b)     Tabel 2

Simpangan baku berat badan (x) :

Sx==== = 9,69

Simpangan baku tinggi badan (y) :

Sy= === =6,03

 

  1. Banyaknya kelas

a)      Tabel 1                                                          b) Tabel 2

=1 + 3,3 log n                                                    = 1 + 3,3 log n

=1 + 3,3 log 6                                                    = 1 + 3,3 log 5

=1 + 3,3 . 0,77                                                   = 1 + 3,3.0,69

=1 + 2,541                                                         = 1 + 2,27

=3,54                                                                 = 3,27

  1. Tabel Distribusi

a)      Tabel 1

  1. Berat Badan

NO

KELAS

KELAS DISTRIBUSI

FREKUANSI

1

A

41-44,5

2

2

B

44,6-48,2

2

3

C

48,3-51,7

1

4

D

51,8-55,3

0

5

E

55,4-58,9

0

6

F

60,0-63,5

1

       

 

  1. Tinggi Badan

N0

KELAS

KELAS DISTRIBUSI

FREKUENSI

1

A

141-144

1

2

B

145-149

2

3

C

150-154

2

4

D

155-159

0

5

E

159-160

1

6

F

160-164

1

 

 

 

 

 

 

b)       Tabel 2

  1. Berat Badan

NO

KELAS

KELAS DISTRIBUSI

FREKUANSI

1

A

39-42,2

1

2

B

42,3-45,5

0

3

C

45,6-48,8

1

4

D

48,9-52,2

0

5

E

52,3-55,5

2

6

F

60,0-63,5

1

       

 

 

 

 

  1. Tinggi Badan

NO

KELAS

KELAS DISTRIBUSI

FREKUENSI

1

A

145-149

2

2

B

150-154

0

3

C

155-159

1

4

D

160-164

1

5

E

165-169

2

 

  1. Diagram

a)      Tabel 1

  1. Berat Badan
  2. Tinggi Badan

b)       Tabel 2

  1. Berat Badan

 

  1. Tinggi Badan

 

 

  1. Person product Moment
  2. Tabel 1

=

=

      =

      =

      =

`    =

       = 5,69

  1. Tabel 2

=

  =

  =

      =

      = = = 2,83

H1 = r ≠ 0 terdapat hubungan antara tinggi badan dengan berat badan.

 

  1. Uji Hipotesis Assosiatif

a)      Tabel 1                                                              b) Tabel 2       

t =                                                  t =

  =                                           =

  =                                                 =

  =                                                   =

  = 3,68                                                                   = 2,00

T hitung / t tabel = H0 = ditolak dan H1 diterima.

 

 

IV.2 Pembahasan

            Dalam percobaan ini, akan dibahas hubungan korelasi antara tinggi badan, berat badan umur. Dalam percobaan ini, sampel yang digunakan adalah mahasiswa.Tiap-tiap kelompok mengukur tinggi badan masing-masing anggota kelompok menggunakan meteran. Karena data tidak memenuhi anggota setiap kelompok, maka penambahan data diambil dari data kelompok lain untuk memenuhi data yang dibutuhkan. Begitupun dengan data berat badan mahasiswa.Setelah itu, menanyakan secara langsung umur dari setiap mahasiswa.

            Data yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam tabel sehingga diperoleh nilai rata-rata dari 2 kelompok, yaitu untuk kelompok 2 nilai rata-rata x yaitu = = 49,17 kg dan nilai rata-rata y yaitu = = 151,17 cm dan kelompok 4 nilai rata-rata x yaitu = = 50,18 kg dan nilai rata-rata y yaitu = = 153,6 kg, juga dapat diketahui nilai median (nilai tengah) dari berat badan dan tinggi badan kelompok 2 yaitu 49,17 kg dan 151,17 cm sedangkan dari data kelompok 2 yaitu 50,18 kg dan 153,6 cm. Modus untuk berat badan dan tinggi badan dalam kelompok 2 tidak ada, sedangkan dalam kelompok 4, modus untuk berat badan danyaitu tidak ada. Nilai varian untuk berat badan dapat diperoleh dengan rumus 77,7sedangkan nilai varian untuk tinggi badan diperoleh dari rumus Melaui berbagai pengolahan data dapat dilihat adanya perbedaan dari setiap sampel, mulai dari tinggi badan, barat badan, serta umur. Dari percobaan juga dapat dilihat adanya korelasi antara tinggi dan berat badan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi gen dan hormon sedangkan faktor eksternal meliputi, nutrisi, air, cahaya, tanah, kelembapan, suhu, dll.

 

 

 

 

 

 

BAB V

PENUTUP

 

V.1 Kesimpulan

            Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

  1. pertumbuhan adalah proses pertambahan volume dan jumlah sel yang mengakibatkan pertambahan ukuran makhluk hidup, sedangkan perkembangan adalah proses menuju kedewasaan pada makhluk hidup.
  2. Sesuai dengan pengertian tersebut dapat dilihat korelasi hubungan antara tinggi badan, berat badan, umur, serta faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi dalam proses pertumbuhan dan perkembangan.

 

V.2 Saran

            Sebaiknya dalam melakukan praktikum, menggunakan alat yang memang standar digunakan dalam lab, dan juga diharapkan agar jumlah alat yang tersedia mencukupi untuk semua kelompok praktikan, agar praktikum dapat berjalan dengan efektif.