BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
Problematika yang dialami oleh sebagian umat Islam saat ini diantaranya adalah munculnya semacam kebingungan ketika hasil penemuan sains tampaknya bertentangan dengan Al Qur’an, lalu muncullah upaya untuk menginterpretasikan ayat-ayat Al Qur’an agar sesuai dengan pernyataan sains. Pada pemahaman saya, perlu kehati-hatian ketika seseorang mencoba membandingkan antara teori dalam sains dengan ayat-ayat dalam AlQur’an.Permasalahannya, kebenaran yang diungkapkan sains merupakan kebenaran yang relatif. Sebuah teori dalam sains bisa digantikan oleh teori lainnya, apalagi jika begitu banyak hal-hal yang masih belum jelas tentang fenomena yang menjadi objek dari teori tersebut. Teori relativitas Einstein sebagai contoh merevisi teori mekanika klasik Newton berkenaan dengan konsep ruang dan waktu. Dalam biologi, berbagai pandangan atau teori tentang asal usul kehidupan pernah muncul seperti teori abiogenesis ataugeneratio spontanea-nya Aristoteles yang selanjutnya digantikan oleh teoribiogenesis: omne vivum ex ovo, omne ovum ex vivo, omne vivum ex vivo- dari hasil-hasil percobaan Francesco Redi, Lazzaro Spallanzani dan Louis Pasteur.Manusia adalah makhluk-Nya yang paling sempurna dan sebaik-baik ciptaan dibandingkan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Manusia dilengkapi akal untuk berfikir yang membedakannya dengan binatang. Mengenai proses kejadian manusia, dalam Al-Qur’an (QS. Al-Hijr (15) : 28-29) diterangkan bahwa manusia diciptakan dari tanah dengan bentuk yang sebaik-baiknya kemudian ditiupkan ruh kepadanya hingga menjadi hidup.
Banyak ahli ilmu pengetahuan mendukung teori evolusi yang mengatakan bahwa manusia berasal dari makhluk yang mempunyai bentuk maupun kemampuan yang sederhana kemudian mengalami evolusi dan kemudian menjadi manusia seperti sekarang ini. Di lain pihak banyak ahli agama yang menentang adanya proses evolusi manusia tersebut. Khususnya agama Islam yang meyakini bahwa manusia pertama adalah Nabi Adam a.s. disusul Siti Hawa dan kemudian keturunan-keturunannya hingga menjadi banyak seperti sekarang ini. Hal ini didasarkan pada berita-berita dan informasi-informasi yang terdapat pada kitab suci masing-masing agama yang mengatakan bahwa Adam adalah manusia pertama. Untuk itu dalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana proses kejadian manusia menurut Al-Qur’an, hadist, maupun iptek.
- Rumusan Masalah
- Proses pembentukan bumi menurut teori dan Al-Qur’an
- Penciptaan langit dan bumi dari perspektif Islam dan agama lain.
- Teori evolusi menurut pandangan Islam
- Hakikat manusia dalam Al-Qur’an
- Metode Penulisan
Metode Pustaka
Yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan judul makalah,baik berupa buku maupun informasi di internet.
- Tujuan dan Manfaat
- Untuk mengetahui bagaimana proses pembentukan bumi dari dua perspektif yang berbeda yaitu menurut teori dan Al-Qur’an.
- Untuk mengetahui bagaimana langit dan bumi itu diciptakan yang ditinjau dari berbagai pandangan agama Islam dan agama lain.
- Untuk mengetahui bagaimana teori evolusi menurut pandangan Islam.
- Untuk mengetahui bagaimana hakikat manusia dalam Al-Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
- Proses Pembentukan Bumi Menurut Teori dan Al-Qur’an
Teori yang paling populer adalah teori big bang. Awalnya ada 1 bintang raksasa yang kemudian mengalami supernova, meledak dan materialnya menyebar kemana-mana.
Material besar yang menyimpan energi menjadi bintang, sementara yang lebih kecil menjadi planet, yang lebih kecil menajdi bulan, asteroid, dan benda langin lainnya. Sesuai kaidah bahwa dua benda akan tarik-menarik sesuai dengan gravitasi yang dimilikinya (yang dipengaruhi oleh massa masing-masing benda tersebut), maka benda yang massanya lebih kecil akan tertarik oleh gravitasi benda yang massanya lebih besar. tapi karena adanya gravitasi benda yang lebih kecil tersebut, maka benda yang lebih kecil akan berputar mendekat ke benda yang lebih besar sampai akhirnya dicapai kesetimbangan antara kedua gravitasi kedua sehingga benda yang lebih kecil akan ber-revolusi mengelilingi benda dengan massa yang (jauh) lebih besar. Contoh, planet yang mengelilingi matahari.
Kemudian planet ini pun mengalami proses pembentukan dirinya. Sebagai pecahan dari bintang, tentu saja tiap planet memiliki komposisi yang berbeda. Kemudian pengaruh dari radiasi yang diterima tiap planet juga berbeda, maka proses yang terjadi pada tiap-tiap planet akan berbeda satu-sama lain.
Bumi yang awalnya berupa benda pijar yang panas perlahan-lahan mengalami pendinginan (energi yang disimpannya cuma sedikit lho, ga sebanyak bintang). Sesuai hukum thermodinamika, bumi mengalami perubahan dari bentuk gas –> semakin dingin –> cair, nah pada saat cair inilah material-material mulai mengelompok dan membentuk bagian-bagian inti,mantel dan kerak.
Khusus untuk kerak, (uap) air yang mulai terbentuk seiring pendinginan bumi mulai mendingin dan turun ke permukaan bumi menjadi air. Nah karena permukaan bumi masih berupa cairan panas, maka air tersebut menjadi uap lagi sementara permukaannya terdinginkan dan mulai mengeras. bayangkan magma yang disemprot air dalam jumlah banyak, lama-lama permukaan atasnya akan mengeras (karena mendingin) sementara lapisan bawahnya tetap berupa cairan panas. Nah lapisan keras tersebut semakin lama semakin tebal dan sekarang menjadi ‘permukaan tanah’ tempat manusia dan makhluk hidup lainnya tinggal. Sementara air yang sebagian besar menjadi laut dan samudra, salah satunya berfungsi untuk menjaga suhu kerak bumi tetap dingin.
- Proses Pembentuan Bumi Menurut Agama Islam
“Dia menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam” ( Al-Qur’an, Az-Zumar:5) dalam AL-Qur’an, kata-kata yang digunakan untuk menjelaskan tentang alam semesta sungguh sangat penting. Kata arab yang terjemahkan sebagai “menutupkan” dalam ayat diatas adalah “takwir” dalam kamus bahasa arab misalnya kata ini digunakan untuk menggambarkan pekerjaan membungkus atau menutup sesuatu di atas yang lain secara melingkar, sebagaimana surban dipakaikan di atas kepala.
Keterangan yang di sebut dalam ayat tersebut tentang siang dan malam yang saling menutup satu sama lain berisi keterangan yang tepat mengenai bentuk bumi pernyataan ini hanya benar jika bumi berbentuk bulat. Ini berarti bahwa dalam Al-Qur’an, yang telah diturunkan di abad ke-7 telah diisyaratkan tentang bentuk bumi yang bulat. Namun perlu diingat bahwa ilmu Astronomi kala itu memahami bumi secara berbeda dimasa itu, bumi di yakini berbentuk bidang datar san semua perhitungan serta penjelasan ilmiah didasarkan pada keyakinan ini, sebaliknya ayat-ayat Al-Qur’an berisi informasi yang telah hanya mampu kita pahami dalam abad terakhir oleh karena Al- Qur’an adalah firman Allah. Maka tidak mengherankan jika kata-kata yang tepat digunakan dalam ayat-ayat ketika menjelaskan jagat raya..Adapun yang mengenai relief bumi, Qur-an hanya menyinggung terbentuknya gunung-gunung. Sesungguhnya dari segi yang kita bicarakan di sini, hanya sedikit yang dapat kita katakan; yaitu ayat-ayat yang menunjukkan perhatian Tuhan kepada manusia dalam hubungannya dengan terbentuknya bumi seperti dalam:
Surat Nuh ayat 19:
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ بِسَاطًا
Artinya: “Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan supaya kamu menempuh jalan-jalan yang luas di bumi itu.”
Surat Az-Zariyat ayat 48 :
وَالْأَرْضَ فَرَشْنَاهَا فَنِعْمَ الْمَاهِدُونَ
Artinya: “Dan bumi itu Kami hamparkan, maka sebaik-baik yang menghamparkan adalah Kami.”
(Permadani) yang digelar (dihamparkan) adalah kulit bumi yang keras yang di atasnya kita dapat hidup. Adapun lapisanlapisan di bawah adalah sangat panas, cair dan tak sesuai dengan kehidupan. Ayat-ayat Qur-an yang mengenai gunung-gunung serta isyarat-isyarat tentang stabilitasnya karena akibat fenomena lipatan adalah sangat penting.
Surat Al-Ghaasyiyah ayat 19, 20:
وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ
Artinya: “Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?
وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ
Artinya: “Dan bumi bagaimana ia dihamparkan.”
Konteks ayat mengajak orang-orang yang tidak beragama untuk melihat fenomena-fenomena alamiah. Ayat-ayat di bawah ini menjelaskan lebih lanjut:
Surat An-Naba ayat 6, 7:
أَلَمْ نَجْعَلِ الْأَرْضَ مِهَادًا
Artinya: “Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan”
وَالْجِبَالَ أَوْتَادًا
Artinya : “dan gunung-gunung sebagai pasak.”
Orang-orang yang beragama itu memakai (autad, kata jamak dari watad) untuk menetapkan tenda di atas tanah.
Para ahli geologi modern menggambarkan lipatan tanah yang mengambil tempat duduk di atas relief, dan yang dimensinya berbeda-beda sampai beberapa kilometer bahkan beberapa puluh kilometer. Daripada fenomena lipatan inilah kulit bumi dapat menjadi stabil.
Karena hal-hal tersebut di atas kita tidak heran jika membaca Qur-an dan mendapatkan pemikiran-pemikiran tentang gunung-gunung seperti berikut:
Surat An-Nazi’at ayat 32:
وَالْجِبَالَ أَرْسَاهَا
Artinya: “Dan gunung-gunung dipancangkanNya dengan teguh.”
Surat Luqman ayat 10:
خَلَقَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ۖ وَأَلْقَىٰ فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَن تَمِيدَ بِكُمْ وَبَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ دَابَّةٍ ۚ وَأَنزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَنبَتْنَا فِيهَا مِن كُلِّ زَوْجٍ كَرِيمٍ
Artinya: “Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik.”
Kata-kata tersebut diulangi lagi dalam surat An-Nahl ayat 15. Idea yang sama diterangkan dengan cara yang agak berlainan.
Dalam surat An-Anbiyaa’ ayat 31:
وَجَعَلْنَا فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَن تَمِيدَ بِهِمْ وَجَعَلْنَا فِيهَا فِجَاجًا سُبُلًا لَّعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ
Artinya: “Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.”
Ayat-ayat tersebut menerangkan bahwa cara gunung-gunung itu diletakkan adalah sangat menjamin stabilitasnya, dan hal ini sangat sesuai dengan penemuan-penemuan geologi.
Surat An-Nazi’at ayat 28 :
رَفَعَ سَمْكَهَا فَسَوَّاهَا
Artinya :”Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya,”
Ayat ini menerangkan masa II dari penciptaan bumi. Dua kata kunci dalam ayat ini adalah “meninggikan dan menyempurnakan”. Mengembang yang dimaksud adalah proses berkembangnya seluruh galaksi yang saling menjauh antar satu sama lain. Dan langit-langit menjadi semakin meninggi. Mengembangnya alam semesta sebenarnya adalah kelanjutan big bang.
Sedangkan kata ”menyempurnakan”, menunjukkan bahwa alam ini tidak serta merta terbentuk, melainkan dalam proses yang terus berlangsung. Misalnya kelahiran dan kematian bintang yang terus terjadi. Alam semesta ini dapat terus mengembang, atau kemungkinan lainnya akan mengerut.
Surat An-Nazi’at ayat 30 :
وَالْأَرْضَ بَعْدَ ذَٰلِكَ دَحَاهَا
Artinya: ”Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya”
Di masa IV inilah mulai bumi terbentuk. dimulai dengan pembentukan superkontinen Pangea di permukaan Bumi.
Surat An-Nazi’at ayat 31 :
أَخْرَجَ مِنْهَا مَاءَهَا وَمَرْعَاهَا
Artinya :“Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya”
Pada ayat ini, dijelaskan mengenai masa V penciptaan bumi yaitu evolusi air. Ketika bumi terbentuk air belum ada. Air diperkirakan berasal dari komet yang menumbuk Bumi ketika atmosfer Bumi masih sangat tipis. Unsur hidrogen yang dibawa komet kemudian bereaksi dengan unsur-unsur di Bumi dan membentuk uap air. Uap air ini kemudian turun sebagai hujan yang pertama. setelah air terbentuk, kehidupan pertama berupa tumbuhan bersel satu pun mulai muncul di dalam air.
- Penciptaan Langit dan Bumi Dari Perspektif Islam dan Agama Lain
PENCIPTAAN LANGIT DAN BUMI MENURUT AL QURAN DAN HADITSH(ISLAM)
Penciptaan Langit dan Bumi menurut Al Qur’an terdapat di surat [7:54, 10:3, 11:7, 21:30, 25:59, 32:4, 57:4, 41:9-12 dan 79:27-33]. Surat Al Anbiyaa’ 21:30, menunjukan keadaan Bumi dan langit saat yang awal mula: Al Anbiyaa’ 21:30, Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?.
Surat Fushshilat 41: 9-12, menyajikan urutan pengerjaan Bagaimana penciptaan yang dilakukan Allah:
Pertama,(41:9) Bumi di ciptakan dalam dua masa
Kedua, (41:10) Segala isi Bumidiciptakan total dalam empat masa
Ketiga, (41:11) Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.” Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati.” Surat diatas jelas menunjukan bahwa kedudukan Bumi dan Langit adalah sederajat, bumi bukan bagian dari langit. Bumi diciptakan terlebih dahulu, diselesaikan baru kemudian Allah menyelesaikan Langit dan itu dibuktikan di ayat selanjutnya
Keempat, (41:12) Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Surat An Naazi’ aat 79:27-33, juga menyajikan urutan pengerjaan penciptaan yang dilakukan Allah! Allah menyatakan bahwa penciptaan Manusia itu jauh lebih mudah daripada penciptaan Langit. Ia meninggikan Bangunannya lalu menyempurnakannya (79:28). Kemudian ia Menciptakan siang dan malam. Kemudian bumi dihamparkannya (diisi) Caranya: memancarkan Air dan menumbuhkan tumbuhan, gunung-gunung dipancangkan teguh (79:31-32). Untuk apa? Untuk kesenangan Manusia dan binatang ternak milik manusia (79:33)
Al Baqarah yang diturunkan Allah di 2 H (624 M). Surat ini termasuk golongan surat Al madaniyya yang turun lebih belakangan dari surat Al Makiyya lainnya yaitu 41, 51, 21 dan surat 79. Di surat Al Baqarah 2:29, Muhammad dan Jibril bersabda bahwa: Ia yang menjadikan segala sesuatunya untukmu di Bumi. Kemudian Ia meninggikan (Iswata ila) langit dan dijadikanNya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
Setelah semuanya siap, di dilanjutkan dengan penciptaan Adam di Al Baqarah 2:30-36, surat itu memperkuat surat-surat penciptaan manusia yang turun sebelumnya yaitu di 7:10-24, 15:26-33 dan 38:71-84. Disebutkab bahwa Adam diciptakan dari tanah kemudian Allah berkata, ‘Jadilah!’ [3:59] Pernyataan di surat Al Baqarah 2:29-36 sangat jelas, terstruktur dan ada urutannya! yaitu menciptakan Bumi, kemudian langit plus 7 langit dan terakhir Penciptakan Manusia. Jadi, saat manusia diciptakan maka penciptaan langit sudah final, tidak ada pengembangan langit lagi. Bukti itu ada di ayat 2:31 Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!”
Berikut saya kutipkan dari Dr. Maurice Buchaile tentang ayat-ayat penciptaan alam di Al Quran:
BERHADAPAN DENGAN AYAT-AYAT QUR-AN TENTANG PENCIPTAAN ALAM
Marilah kita selidiki lima dasar yang menjadi landasan Qur-an untuk menceritakan tentang penciptaan alam.
I. Enam masa daripada penciptaan langit-langit dan bumi, menurut Qur-an, meliputi terbentuknya benda-benda samawi, terbentuknya bumi dan perkembangan bumi sehingga dapat dihuni manusia. Untuk hal yang terakhir ini, Qur-an mengatakan, segala sesuatu terjadi dalam empat waktu. Apakah empat waktu itu merupakan zaman-zaman geologi dalam Sains modern, karena menurut Sains modern, manusia timbul pada zaman geologi ke empat? Ini hanya suatu hipotesa; tetapi tak ada jawaban terhadap soal ini. Tetapi perlu kita perhatikan bahwa untuk pembentukan benda-benda samawi dan bumi sebagai yang diterangkan dalam ayat 9 sampai dengan 12, surat 4, diperlukan dua tahap. Sains memberi tahu kepada kita bahwa jika kita mengambil contoh (satu-satunya contoh yang sudah mungkin diketahui) daripada pembentukan matahari dan embel-embelnya, yakni bumi, prosesnya melalui padatan (kondensasi) nebula (kelompok gas) dan perpecahannya. Ini adalah yang dikatakan oleh Qur-an secara jelas dengan proses yang mula-mula berupa asap samawi, kemudian menjadi kumpulan gas, kemudian berpecah. Di sini kita dapatkan persatuan yang sempurna antara penjelasan Qur-an dan penjelasan Sains.
II. Sains telah menunjukkan simultanitas antara dua kejadian pembentukan bintang (seperti matahari) dan pembentukan satelit-satelitnya, atau salah satu satelitnya (seperti bumi). Bukankah simultanitas ini telah nampak juga dalam teks Qur-an seperti yang telah kita ketahui?
III. Nampak persesuaian antara wujudnya asap pada permulaan terciptanya kosmos, yaitu asap yang dipakai oleh Qur-an untuk menunjukkan gas yang banyak dalam materi yang menjadi asal kosmos dan konsep Sains modern tentang nebula primitive (kelompok gas asli).
IV. Kegandaan langit-langit yang diterangkan oleh Qur-an dengan simbul angka 7 yang sudah kita fahami artinya telah dibenarkan oleh Sains modern dalam pernyataan ahli-ahli astrofisika tentang sistem galaksi dan jumlahnya yang amat besar. Di lain fihak wujudnya bumi-bumi yang mirip dengan bumi kita dari beberapa aspek adalah suatu hal yang dapat kita fahami daripada teks Qur-an, tetapi sampai sekarang Sains belum dapat membuktikannya. Bagaimanapun keadaannya, para spesialis menganggap bahwa adanya bumi semacam itu sangat mungkin.
V. Adanya suatu penciptaan pertengahan antara langit-langit dan bumi seperti yang dijelaskan Qur-an dapat dimengerti dengan diketemukannya jembatan-jembatan materi yang terdapat di luar sistim astronomik teratur.
Jika segala soal yang ditimbulkan oleh ayat-ayat Qur-an sampai sekarang belum dapat diterangkan secara menyeluruh oleh ilmu pengetahuan, sedikitnya tak terdapat pertentangan antara ayat-ayat Qur-an dan pengetahuan modern tentang penciptaan kosmos.
Bagaimanakah manusia itu diciptakan berdasarkan pandangan agama Islam?
Jawaban Global
Al-Qur’an menyatakan dengan ragam ungkapan terkait dengan penciptaan manusia dan sumber kemunculannya. Sebagian ayat al-Qur’an memperkenalkan bahwa bahan dasar pertama manusia adalah “tanah liat.” Sebagian lainnya menyebutkan bahwa manusia Kami ciptakan dari “air.” Ayat-ayat lainnya menyatakan bahwa sumber penciptaan manusia berasal dari “nutfah” (sperma) dan sebagian ayat lainnya mengungkapkan “tanah dan sperma” sebagai bahan umum pertama penciptaan manusia.
Secara keseluruhan apa yang dapat disimpulkan dengan jelas dari ayat-ayat ini adalah bahwa manusia pertama-tama adalah tanah kemudian dicampur dengan air dan kemudian menjadi tanah liat (lempung) dan lalu berbentuk “tanah liat yang berbau”,setelah itu memiliki kondisi lekat dan rekat lalu menjadi tanah kering dan berbentuk shalshal kalfakhar (tanah tembikar) dan pada akhirnya ditiupkan ruh kepadanya.
Namun dari kalangan ilmuan Biologi terdapat dua asumsi tentang penciptaan makhluk-makhluk hidup baik tumbuh-tumbuhan atau yang memiliki jiwa: Pertama, teori evolusi dan transformisme. Kedua, teori fixisme.
Teori evolusi menyatakan bahwa seluruh jenis makhluk hidup tidak memiliki penciptaan langsung; melainkan merupakan makhluk-mahkluk hidup yang mengalami evolusi secara gradual dan berubah dari satu jenis kepada jenis yang lain. Lingkaran sempurna evolusi ini terdapat pada diri manusia dewasa ini. Teori ini adalah apa yang disebut sebagai teori transformisme. Adapun teori fixisme meyakini jenis-jenis makhluk hidup masing-masing secara terpisah semenjak semula telah berbentuk yang ada seperti sekarang ini dan tidak mengalami perubahan dari satu jenis ke jenis yang lain.
Meski al-Qur’an mengemukakan penciptaan manusia secara global dan universal serta tidak secara langsung menjelaskan teori transformisme dan fixisme ini, namun secara lahir ayat-ayat (tentu saja terkhusus dengan manusia) lebih cocok dengan penciptaan secara langsung, kendati tidak diungkapkan secara lugas.
MENURUT ALKITAB(KRISTEN)
Yahudi kuno serta kaum Kristen memiliki dua legenda penciptaan, keduanya tercatat di Bible/Alkitab.
Yang pertama, Allah menciptakan Langit dan Bumi, Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air, Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi. Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama.
Allah menjadikan cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air. Ia memisahkan air yang ada di bawah cakrawala itu dari air yang ada di atasnya. Allah menamai cakrawala itu langit, itulah hari ke dua. Segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering. Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu laut. Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji di bumi, itulah hari ke tiga. Matahari dan bulan serta bintang-bintang pada hari ke empat, semua burung dan hewan laut pada hari ke lima, Binatang ternak, melata, liar dan laki-laki dan wanita pertama pada hari ke enam[Kejadian 1, 1-31]. Pada tahun 1951, Paus Pius XII menghubungkan Kata “Jadilah terang.” dengan hipotesis Big Bang. Sejak saat itu Big Bang, meledak besar sebagai ‘teori’ asal mula semesta. Yang kedua, Tuhan membuat bumi, lalu laki-laki pertama, lalu tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang, lalu terakhir seorang wanita[Kejadian 2, 4-22].
Frase kata ‘jadilah..’ terdapat dalam setiap kehendak yang Allah lakukan. Paus Pius XII sangat bersemangat untuk menghubungkan frase ‘jadilah terang’ di ayat pertama dengan Big Bang, rupanya beliau sangat memahami terdapat kemuskilan logika bahwa Bagaimana mungkin, Terang dinamakan siang dan gelap dinamakan malam terjadi di hari pertama, sementara Matahari dan bulan baru ada di hari ke 4 Bagaimana mungkin, tumbuhan yang berbiji dan buah-buahan yang berbiji dapat tumbuh semetara Matahari dan Bulan baru diciptakan keesokan harinya, dimana satu hari Allah setara 1000 tahun di bumi.
Beberapa pendapat kalangan nasrani menghubungkan terang dan gelap sebagai kebaikan dan kejahatan, namun pendapat itu juga tidak relevan mengingat obyek kejahatan belum tercipta. Diatas telah disebutkan bahwa Frase “Jadilah terang” dilakukan sebelum penciptaan. Semua penggunaan Frase “Jadilah terang” ternyata dilakukan setelah ada Air yang menutupi samudera raya! Tidak ada bukti dari Alkitab yang menyatakan bahwa Air yang menutupi samudera raya juga diciptakan oleh Allah. Di hari pertama, Tidak diceritakan bagaimana air tercipta karena tidak didahului dengan kata “Jadilah terang”. Air dan Allah sudah ada. Bentuk bumi saat itu hanyalah air yang menutupi seluruh BUMI. Dari atas air tercurah dan dibawah juga ada air, di mana-mana hanyalah Air. Alkitab pada kitab Kejadian 1 hanya bercerita mengenai Bumi disaat Banjir besar, Ia tidak berbicara mengenai pembentukan Tata Surya apalagi Pembentukan Semesta, Petunjuk mengenai hal itu, dilihat di hari ke dua dan ketiga, ketika Banjir itu reda, Langit mulai terang, Air hanya dibawah Langit, beberapa mulai surut, daratan terlihat dan sisanya berupa Lautan.
2.MENURUT WEDA(HINDU)
Matsya Purana 2.25-30, penciptaan diceritakan terjadi setelah Mahapralaya, leburnya alam semesta, kegelapan di mana-mana. Semuanya dalam keadaan tidur. Tidak materi apapun, baik yang bergerak maupun tak bergerak. Lalu Svayambhu, self being, menjelma, yang merupakan bentuk diluar indra. Ia menciptakan air/cairan pertama kali, dan menciptakan bibit penciptaan didalamnya. Bibit itu tumbuh menjadi telur emas. Lalu Svayambhu memasuki telur itu, dan disebut Visnu karena memasukinya.
“Semua adalah Purusa, apapun yang telah terjadi dan apapun yang akan terjadi. Ia adalah tuan dari kekekalan, yang tumbuh dari makanan. Ia dinyatakan mempunyai ribuan kepala, ribuan mata dan ribuan kaki. Ia membungkus Bhumi dari segala penjuru, dan ada di luar berbentuk sepuluh jari. Semua hanyalah Purusa, “- Rgveda 10.90.1-2, Chandogya Upanisad 3.14.1 menyatakan bahwa semuanya adalah Brahman. Tidak ada neraka abadi karena bahkan neraka pun tidak bisa dipisahkan dengan Tuhan. Bahkan, tidak ada surga atau neraka pada akhir jaman. Semesta hanyalah manifestasi dari Yang Kuasa, dan akhir dari siklus semesta yang sekarang disebut “Mahapralaya” saat semua kembali pada Purusa. Di akhir jaman, tidak ada surga, tidak ada neraka dan tidak ada jiwa. Dalam Rgveda, kata “Purusa” bisa berarti manusia/laki-laki (man). Secara etimologis, Purusa berarti orang yang menghuni kota (Pura). “Pura” sendiri berarti tempat yang dihuni oleh penjaga/ penghuni. Purusa disebut juga Rahim Emas, Purusa disebut juga Brahmanda, Purusa disebut juga Martanda. Purusa disebut juga Prajapati [Satapatha Brahmana 7.4.1.15, Jaiminya Brahmana 2.47].,
Rgveda 10.129: 1.Tiada yang termanifestasikan atau tak termanifestasikan. Sehingga tiada debu dan tiada langit di luarnya. Apa yang melingkupinya, di mana naungannya? Apa suara yang dalam dan tak-terjelaskan itu? 2.Tiada kematian. Tiada perbedaan antara siang dan malam. Hanya Ia atas kehendakNya sendiri tanpa udara. Tiada apapun selain itu. 3.Sebelumnya hanya ada kegelapan, semuanya ditutupi kegelapan. Semuanya hanya cairan yang tak terpisahkan (Salila). Apapun itu, ditutupi dengan kekosongan. Yang satu lahir dari panas. 4.Sebelum itu (sebelum penciptaan) keinginan (untuk mencipta) bangkit dari diriNya, lalu dari pikiranNya bibit pertama lahir. Manusia yang bijak dalam berpikir menemukan yang termanifestasikan terikat dengan yang tak-termanifestasikan. 5.Cahayanya menyebar menyamping, ke atas dan bawah. Ia menjadi pencipta. Ia menjadi besar atas kehendaknya sendiri ke bawah dan atas. 6.Siapa yang tahu, siapa yang akan memberitahu dari mana dan mengapa penciptaan ini lahir, karena dewa-dewa lahir setelah penciptaan ini. Sehingga, siapa yang tahu dari siapa semesta ini dilahirkan.
“Pada mulanya sama sekali tiada apapun. Tiada surga, tiada bumi dan atmosfer.” -Taittiriya Brahmana 2.2.9.1 “Seluruh semesta termasuk bulan, matahari, galaksi dan planet-planet ada didalam telur. Telur ini dikelilingi oleh sepuluh kualitas dari luar.” -Vayu Purana 4.72-73 “Di akhir dari ribuan tahun, Telur itu dibagi dua oleh Vayu.” -Vayu Purana 24.73 “Dari telur emas, alam material diciptakan.” -Manusmrti 1.13
Srimad Bhagavatam skanda 5 bab 24 mengarakan munculnya alam semesta dari pori-pori Tuhan dalam wujud Karanodakasayi Visnu, dari sini muncul Garbhadakasayi Visnu yang berikutnya dari pusar beliau muncul bentuk yang menyerupai bunga padma. Di atas bunga padma inilah Tuhan menciptakan mahluk hidup yang pertama, yaitu Dewa Brahma. Dewa Brahma diberi wewenang sebagai arsitek yang menciptakan susunan galaksi besarta isinya dalam satu alam semesta yang dikuasainya. Alam semesta berjumlah jutaan dan tidak terhitung banyaknya yang muncul dari pori-pori Karanodakasayi Visnu dan setiap alam semesta memiliki dewa Brahma yang berbeda-beda. Ada Dewa Brahma yang berkepada 4 seperti yang dijelaskan menguasai alam semesta tempat bumi ini berada. Dan ada juga Brahma yang lain yang memiliki atribut yang berbeda, berkepala 8, 16, 32 dan sebagainya. Yang jelas dapat disimpulkan bahwa Brahma adalah merupakan kedudukan dalam sebuah alam semesta dan di seluruh jagad material terdapat sangat banyak dewa Brahma, bukan saja dewa Brahma bermuka empat yang telah biasa dibicarakan oleh umat Hindu saat ini. Hal pertama yang diciptakan Brahma dalah susunan benda antariksa, planet, bintang dan sejenisnya mulai dari tingkatan paling halus sampai dengan yang paling kasar. Dalam penciptaan ini dijelaskan bahwa Tuhan menjelma sebagai Ksirodakasayi Visnu dan masuk kedalam setiap atom. Inilah kemahahebatan Tuhan sebagai maha ada dan menguasai setiap unsur dalam ciptaannya. Setalah itu Dewa Brahma menciptakan berbagai jenis kehidupan mulai dari para dewa, elien, mahluk halus, binatang, tumbuhan sampai pada virus yang berjumlah 8.400.000 jenis kehidupan.Srimad Bhagavatam dalam skanda yang sama menjelaskan pada akhir peleburan suatu alam semesta, alam semesta akan kembali masuk kedalam pori-pori Tuhan.
- Teori Evolusi Menurut Pandangan Islam
Problematika yang dialami oleh sebagian umat Islam saat ini diantaranya adalah munculnya semacam kebingungan ketika hasil penemuan sains tampaknya bertentangan dengan Al Qur’an, lalu muncullah upaya untuk menginterpretasikan ayat-ayat Al Qur’an agar sesuai dengan pernyataan sains. Pada pemahaman saya, perlu kehati-hatian ketika seseorang mencoba membandingkan antara teori dalam sains dengan ayat-ayat dalam AlQur’an.. Permasalahannya, kebenaran yang diungkapkan sains merupakan kebenaran yang relatif. Sebuah teori dalam sains bisa digantikan oleh teori lainnya, apalagi jika begitu banyak hal-hal yang masih belum jelas tentang fenomena yang menjadi objek dari teori tersebut. Teori relativitas Einstein sebagai contoh merevisi teori mekanika klasik Newton berkenaan dengan konsep ruang dan waktu. Dalam biologi, berbagai pandangan atau teori tentang asal usul kehidupan pernah muncul seperti teori abiogenesis ataugeneratio spontanea-nya Aristoteles yang selanjutnya digantikan oleh teoribiogenesis: omne vivum ex ovo, omne ovum ex vivo, omne vivum ex vivo- dari hasil-hasil percobaan Francesco Redi, Lazzaro Spallanzani dan Louis Pasteur.
Perbedaan tafsir AlQur’an tentang asal usul manusia
Perbedaan pandangan terhadap tafsir ayat-ayat AlQur’an merupakan suatu hal yang lumrah terjadi, demikian pula halnya tafsiran tentang kisah bagaimana Allah Swt menciptakan Adam as sebagai manusaia pertama. Pandangan umum para mufasirin menyatakan bahwa Adam as adalah manusia pertama yang diciptakan Allah swt dari tanah, dan tidak memiliki keterkaitan asal-usul dengan makhluk lain sebelumnya.
Kendati demikian pandangan lain muncul, misal bahwa Adam as bukanlah manusia pertama dalam arti biologis, tetapi manusia pertama dalam arti spiritual. Abdul Shabur Syahin dalam bukunya “Adam Bukan Manusia Pertama ?” (2004), misalnya berkeyakinan bahwa manusia pertama yang diciptakan Tuhan dari tanah bukanlah Adam, tetapi sesosok “Basyar” yang tidak memiliki kesadaran, kemanusiaan insaaniyah. Dalam perjalanan waktu yang panjang, menurut Syahin, Tuhan menyempurnakan ciptaannya menjadi “Insaan” yang dilengkapi dengan kesadaran kemanusiaan (mata, pendengaran, hati), dan menurut Syahin itulah yang dimaksud sebagai Adam.
Pada pemahaman penulis, sebetulnya istilah “basyar” digunakan AlQur’an tanpa merujuk pada masa sebelum manusia menjadi insan. Jadi istilah “basyar” dan “insaan” tidak dapat diartikan sebagai suatu tahapan proses atau tingkatan kejadian, karena dalam diri manusia ada unsur basyar (biologis) dan insaaniyah secara terpadu, terintegrasi. Jika Basyaar diartikan sebagai makhluk biologis tanpa rasa kemanusiaan, dan yang merupakan cikal bakal insan, makhluk yang diberi beban untuk mengenal dan beribadah kepada Tuhannya, kita akan menemukan kesukaran diantaranya untuk mengartikan ayat ketika Allah berfirman: “Ana basyarun mitslukum, yuuha illayya annamaa ilaahukum ilaahuwwaahid..” bahwa Rasulullah hanyalah “basyar” manusia (makhluk biologis) biasa sebagaimana manusia lainnya, hanya saja diwahyukan kepadanya firman dari Allah. Bagaimana mungkin Rasul sebagai “basyar” apabila itu diartikan hanya makhluk biologis tanpa kesadaran insaaniyah, tiba-tiba menjadi nabi tanpa menjadi “insaan” terlebih dahulu ? karena ayat tersebut tidak berbunyi “Ana insaanum mitslukum…”
Pandangan Syahin sebenarnya tidak berbeda dengan Bucaille bahwa manusia mengalami proses transformasi. Maurice Bucaille dalam bukunya ”What is the origin of Man” (1983), misalnya, tidak menggunakan kata to create atau menciptakan sebagai terjemahan dari khalaqa, tetapi ia menggunakan istilah to fashion atau to form in due proportion. Bucaille meyakini bahwa teori evolusi Darwin berlaku pada organisma selain manusia, hal ini karena menurutnya fakta-fakta paleontologi tak terbantahkan, tetapi berkenaan dengan manusia sendiri Bucaille menyatakan bahwa yang terjadi adalah suatu creative evolution dimana Tuhan melakukan modifikasi atau transformasi dalam perjalanan waktu, sesuai dengan rencana yang telah ditentukan-Nya. Pokok pikiran Bucaille dalam buku tersebut, sebagaimana juga yang tertuang dalam buku beliau sebelumnya La Bible le Coran et la Science adalah bahwa ayat-ayat Al Qur’an tentang berbagai fenomena di alam, wabilkhusus berkaitan dengan asal-usul makhluk hidup, proses-proses biologis pada organisme hidup, tidak bertentangan dengan fakta yang ditemukan sains.
Mahmoud Ayoub (Republika, 9 April 2003) menulis bahwa di antara kaum reformis Muslim abad ke-19 yang menanggapi Darwinisme adalah Jamaludin al-Afghani, yang menulis karya Al-Radd al-Dahriyyin (Penyangkalan atas Materialisme). Afghani mengkritik pandangan bahwa alam ini tak memiliki awal, dan merasa bahwa prinsip ini menghilangkan perlunya intervensi Tuhan dalam keberadaan alam semesta. Di sisi lain, kaum sekularis, seperti Isma’il Mahzar, seorang intelektual Mesir, sengaja memanfaatkan Darwinisme untuk melawan agama. Ia melihat teori Darwin dapat membebaskan manusia dari kungkungan otoritas agama. Ayoub memandang bahwa sebagian orang yang ingin mempertahankan agama menolak teori Darwin; di sisi lain, orang yang ingin meruntuhkan otoritas keagamaan memanfaatkan teori Darwin.
Meskipun demikian, pendekatan yang dipakai lebih banyak Muslim, hingga saat ini, adalah upaya mengharmoniskan agama dengan teori evolusi. Beberapa pemikir, seperti Al-Manshuri, Muhammad Rashid Ridha, dan Husayn al-Jisr berupaya menafsirkan Alquran sedemikian sehingga tampak Alquran sepenuhnya mendukung teori evolusi. Maurice Bucaille dan Syahin tampaknya termasuk dalam kelompok ini, walaupun Bucaille menerima bahwa teori evolusi berlaku pada makhluk hidup lain, tetapi tidak pada manusia.Ayoub memandang bahwa sebagai cerminan penciptaan alam semesta dalam proses evolusi diyakini oleh banyak sufi dan filosof Muslim, seperti Ibn ‘Arabi dan Jalaluddin Rumi, evolusi dapat dengan mudah diterima oleh Muslim sepanjang itu tak meniscayakan pandangan ateistik. Benarkah teori evolusi itu dapat dengan mudah diterima oleh (sebagian besar) Muslim sepanjang itu tak meniscayakan pandangan ateistik ? Jawaban atas pertanyaan tersebut sangat tergantung pada tingkatan pemahaman Muslim ybs terhadap apa yang dimaksud dengan teori evolusi.
Apabila pandangan tentang teori evolusi itu dikaitkan dengan asal-usul manusia maka pernyataan bahwa teori evolusi itu diterima oleh sebagian besar Muslim rasanya tidak benar. Seperti dinyatakan sendiri oleh Ayoub bahwa bagi sebagian besar Muslim gagasan Adam sebagai manusia pertama itu merupakan gagasan yang sangat populer. Mengapa populer ? karena gagasan ini lebih mendekati interpretasi dari ayat-ayat Al Qur’an yang bercerita tentang penciptaan manusia pertama dari ketidak-adaan bapak dan ibu biologis. Al Qur’an juga mengisahkan bahwa penciptaan Isa as yang unik karena tidak ada bapak biologisnya adalah semisal penciptaan Adam as, yang bahkan tanpa bapak dan ibu biologisnya. Pesan moral dari terciptanya Adam yang tanpa orang tua biologis, dan penciptaan Isa yang tanpa bapak biologis adalah untuk menunjukkan kekuasaan Allah Swt yang dapat berbuat sesuai kehendak-Nya. Jika seorang Muslim tidak bisa menerima pesan ini, bagaimana keimanannya terhadap Allah swt yang Maha berkehendak ?
Tidak ada satu ayatpun dari Al Qur’an yang mendukung gagasan bahwa Adam bukan manusia pertama. Ayat yang dikutip Ayoub (Q.S. 2; 30) yang berisi perbincangan antara Allah swt dengan Malaikat memang kerap ditafsirkan bahwa ada makhluk lain, mirip manusia bahkan mungkin sudah ada umat manusia itu sendiri, di muka bumi sebelum manusia yang bernama Adam itu diturunkan, dan makhluk ini ternyata telah saling menumpahkan darah diantara mereka. Ada beragam kemungkinan, Ibnu Katsir memahami bahwa makhluk yang telah ada itu adalah dari kelompok jin, dan dalam konteks ini maka pengertian saling menumpahkan “darah” menjadi suatu istilah yang tidak biologis lagi sifatnya, paling tidak bukan “darah” sebagaimana yang kita fahami. Interpretasi ini sangat mungkin karena Al Qur’an menyebut secara berulang kewajiban jin dan manusia diantaranya: “dan tidak aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”.
Kemungkinan lainnya adalah bahwa dengan Allah sendiri yang memberitahu Malaikat akan karakter Adam akan tetapi dalam AlQur’an dialog tersebut tidak disampaikan Allah dengan detail. Tetapi kalaupun makhluk yang sebelum Adam itu adalah makhluk biologis, bisa jadi makhluk tersebut adalah kelompok Dinosaurus yang telah ada jauh sebelum manusia ada atau mungkin monyet sekalipun tidak ada indikasi sama sekali bahwa makhluk tersebut adalah nenek moyang manusia, namun ayat tersebut tidak dapat diinterpretasikan bahwa manusia adalah keturunan dari makhluk yang telah ada sebelumnya walaupun makhluk tersebut mungkin sangat mirip dengan manusia. Pertanyaan muncul, mengapa penciptaan itu harus evolusioner dan harus menyesuaikan diri dengan lingkungan ? Apakah ini tidak berarti bahwa Allah coba-coba dulu dalam penciptaan, semacam try and error dimana yang fit akan terus hidup, sementara yang tidak fit akan punah ? Bukankah Allah swt adalah the “Supreme Designer” yang mendisain, membentuk dan menciptakan makhluk dengan beranekaragam keunikannya masing-masing dan siap untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungannya ?
Gerakan Harun Yahya
Penolakan terhadap teori evolusi dari kalangan muslim mencapai tahap yang cukup fenomenal saat ini dengan gencarnya terbitan karya-karya Harun Yahya (Adnan Oktar) yang berasal dari Turki. Lewat berbagai buku-buku dan VCD-nya yang bersifat sains populer, diantaranya ”Evolution deceit” yang diterjemahkan ”Keruntuhan teori evolusi” (2001), Harun Yahya menyuarakan penolakan terhadap teori evolusi Darwin yang dipandangnya mengusung materialisme, sekularisme dan atheisme. Harun Yahya menggunakan data-data sains mutakhir untuk menunjukkan bahwa sesungguhnya secara ilmiah dengan temuan sains modern, teori evolusi sudah terbantahkan. Hanya saja, teori evolusi tampaknya sudah menjadi semacam kepercayaan, dogma, bahkan ”agama” bagi sementara kalangan the so called ilmuwan itu, karena dianggap satu-satunya teori yang memberi penjelasan mengapa begitu banyak dan begitu bervariasi makhluk hidup di dunia ini sejak zaman dahulu hingga sekarang, sehingga fakta-fakta ilmiah apapun yang muncul bagi mereka tidak akan menggoyah keyakinan mereka akan teori evolusi. Ketika ini sudah merasuk kedalam domain keyakinan dan dogma, rasanya sulit untuk bersifat obyektif. Kritik yang kerap dilontarkan terhadap Harun Yahya terutama berkaitan dengan metodologinya. Harun Yahya memang bukan seorang Biolog atau Palaentolog, dan karya-karyanya memang bukan karya ilmiah untuk konsumsi jurnal ilmiah atau buku teks di perguruan tinggi. Harun Yahya juga tidak melakukan penelitian ilmiah berkaitan dengan teori evolusi ini. Dia ”hanya” mengemukakan berbagai fakta temuan sains modern saat ini dan mengemasnya dalam perspektif non-evolusionis. Kata ”hanya” itu sebetulnya merupakan sesuatu yang besar, mengingat fakta ilmiah dapat diinterpretasikan sesuai dengan cara pandang, paradigma para ilmuwan yang mengemukakannya.
Penciptaan makhluk hidup sebagai sebuah mu’jizat (miracle)
Penciptaan makhluk hidup oleh Tuhan (sebagai Al-Khaliq), dalam pandangan pada umumnya umat Islam, merupakan suatu mu’jizat (miracle), karena proses yang terjadi merupakan suatu yang luar biasa, sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh manusia, makhluk yang dikarunia akal, dalam jaman modern dan kemajuan sains dan teknologi tercanggih sekalipun, apatah lagi oleh makhluk lainnya atau oleh alam yang relatif “tidak berakal”. Selain itu, disebut sebuah miracle, karena ketika menciptakan berbagai hal, termasuk makhluk hidup, Allah Swt hanya cukup berfirman “Kun fa yakun”, jadi maka jadilah. Pengertian “fa” memang oleh beberapa pandangan diarikan sebagai melalui suatu proses yang boleh jadi memakan waktu panjang, artinya tidak mesti terjadi seketika. Tetapi, kalaupun itu sesuatu yang terjadi dengan langsung, bukankah Allah maha Kuasa atas segala sesuatu ? Tidak terbatas atau dibatasi oleh ruang dan waktu. Fenomena kehidupan itu sendiri merupakan suatu mu’jizat, mengingat begitu kompleksnya fenemena kehidupan bahkan yang terjadi dalam satu sel sekalipun. Alam, manusia adalah makhluk yang tidak memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu dari tidak ada menjadi ada.
Hak mencipta hanya pada Allah
Hak menciptakan sesuatu dari tidak ada menjadi ada, hak menghidupkan dan mematikan sesungguhnya hanya pada Allah Swt. “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arasy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam” (Q.S.7:54). Manusia tidak memiliki hak untuk menciptakan itu, kecuali atas izin Allah Swt. Mu’jizat yang pernah diberikan Allah Swt kepada nabi Musa as untuk membuat atau menciptakan seekor burung dari tanah liat (3:49, 5:110) hanyalah bisa terjadi atas izin dan kehendak Allah Swt. Tidak ada satu makhlukpun dimuka bumi ini, termasuk manuisa dan sesembahannya selain Allah, yang mampu menciptakan setipis kulit ari sekalipun atau seekor lalat. Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nya lah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. (Q.S.35:13). Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah (Q.S.22:73). Katakanlah: “Apakah di antara sekutu-sekutumu ada yang dapat memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali?” katakanlah: “Allah-lah yang memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali; maka bagaimanakah kamu dipalingkan (kepada menyembah yang selain Allah)?” (Q.S.10:34). Ketika seorang mengatakan bahwa makhluk hidup terbentuk secara alamiah melalui mekanisme evolusi, sebetulnya hal tersebut, saya khawatirkan bisa jatuh ke dalam domain menjadikan alam memiliki kuasa, memiliki kemampuan untuk membentuk, mengatur, mendesain, merekayasa dengan suatu derajat kecanggihan yang luar biasa. Bagi sains, alam tampaknya menjadi semacam Tuhan yang mampu mengatur segalanya melalui mekanisme seleksi alam, kehendak alam, hukum alam, ketentuan alam, dst.
Manusia diciptakan dalam beberapa tingkat kejadian
Ayat-ayat yang kerap diinterpretasikan sebagai mendukung paham adanya pentahapan dalam penciptaan makhluk hidup adalah ayat-ayat berikut yang mengindikasikan adanya ”tingkatan” dalam penciptaan. Mufassir pada umumnya mengartikan kata ”tingkatan” sebagai sebagai tahapan dari dalam rahim hingga dilahirkan, dan dari tahapan bayi hingga dewasa/tua. Sebagian lagi menginterpretasikan ayat-ayat ini untuk mengindikasikan tahapan yang panjang (evolusioner) dalam penciptaan manusia dan makhluk hidup pada umumnya, untuk menunjukkan bahwa AlQur’an sesua dengan sains modern. 71:14. Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian. 84:19. sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan) 22:5. Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. 23:14. Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. 5:11. Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan).
Manusia dibentuk dalam rahim
Proses pembentukan manusia (growth and development) berlangsung dalam rahim, dari semula zigot lalu mengalami proses embryogenesis hingga menjadi bayi dengan sel-sel dan jaringan yang terdiferensiasi dengan fungsi-fungsi yang spesifik. Sebagian mengartikan ayat-ayat ini sebagai menjelaskan adanya perubahan bentuk morfologi manusia dalam perjalanan waktu yang panjang secara evolusioner, dari bentukan yang primitive hingga terbentuk wujud yang “sempurna” (ahsani taqwiem) seperti saat ini. 3:6. Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. 13:8. Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya. 23:13. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). 75:37. Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalamrahim), 77:21. Kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim), 20:64. Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rezeki dengan sebahagian yang baik-baik. Yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam. 59:24. Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. 64:3. Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar, Dia membentukrupamu dan dibaguskan-Nya rupamu itu, dan hanya kepada-Nya-lah kembali (mu). 77:23. lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kami-lah sebaik-baik yang menentukan. 7:23. lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kami-lah sebaik-baik yang menentukan. 82:8. dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuh-mu. 95:4. sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalambentuk yang sebaik-baiknya. 39:6. Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya istrinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan Yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?
Menciptakan manusia dan makhluk hidup lainnya adalah hal yang mudah bagi Allah.
Manusia, sebagaimana juga makhluk lainnya, memiliki morfologi, struktur, anatomi, fisiologi, genetika yang sangat mengagumkan. Kendati demikian bagi Allah penciptaan manusia dan makhluk hiudp lainnya adalah suatu hal yang sederhana. Allah yang menciptakan manusia pada kali pertama, akan menciptakan manusia, membangkitkan manusia dari kuburnya pada hari kiamat nanti dengan sangat mudahnya, tanpa perlu sebuah peristiwa evolusi yang rumit dan panjang. 29:19. Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. 29:20. Katakanlah: “Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. 32:7. Yang membuat segala sesuatu yang Diaciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Bila dibandingkan dengan penciptaan langit dan bumi, kerumitan penciptaan manusia jauh lebih sederhana. Allah Swt sendidi yang menegaskan hal tersebut dalam firman-Nya: 40:57. Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Karena itu dapat dipahami bahwa penciptaan langit dan bumi memerlukan masa yang sangat panjang, bertahap, evolusioner jika mau disebut demikian, tetapi penciptaan manusia dan makhluk hidup lainnya (organik) yang menghuni planet bumi ini adalah hal yang jauh lebih mudah bagi Allah, dan karena itu mestinya tidak memerlukan proses pentahapan yang panjang (umur geologis). Dalam konteks ini dapat dipahami bila teori evolusi itu lebih pas untuk dialamatkan pada proses pembentukan langit dan bumi, tetapi tidak perlu bagi proses penciptaan manusia dan makhluk hidup lainnya. Proses pentahapan dalam penciptaan manusia saya lebih cenderung mengartikannya sebagai proses embriologis dan dalam konteks pertumbuhan dan perkembangan (growth and development) secara biologis. Paham bahwa ontogeni mengulang filogeni lebih merupakan sebuah perkiraan yang tidak didukung bukti-bukti yang kuat.
Penciptaan binatang sebagai suatu mu’jizat nabi.
AlQur’an menjelaskan beberapa peristiwa yang terjadi pada beberapa nabi: nabi Isa as, nabi Musa as dan nabi Ibrahim as berupa mu’jizat atau kejadian luar biasa untuk membuktikan kenabian mereka dihadapan umatnya atau untuk meyakinkan para nabi tersebut agar semakin bertambah keyakinan (keimanan) mereka. a. Penciptaan burung melalui nabi Isa 3:49. Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israel ( yang berkata kepada mereka): “Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman.” 5:110. (Ingatlah), ketika Allah mengatakan: “Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula) di waktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan izin-Ku, kemudian kamu meniup padanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah), waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani Israel (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir di antara mereka berkata: “Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata.” b. Penciptaan ular melalui tongkat nabi Musa 7:107. Maka Musa menjatuhkan tongkatnya, lalu seketika itu juga tongkat itu menjadi ular yang sebenarnya. 20:20. Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. 26:32. Maka Musa melemparkan tongkatnya, yang tiba-tiba tongkat itu (menjadi) ular yang nyata. 27:10. dan lemparkanlah tongkatmu”. Maka tatkala (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seperti dia seekor ular yang gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh. “Hai Musa, janganlah kamu takut. Sesungguhnya orang yang dijadikan rasul, tidak takut di hadapan-Ku. 28:31. dan lemparkanlah tongkatmu. Maka tatkala (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seolah-olah dia seekor ular yang gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh. (Kemudian Musa diseru): “Hai Musa, datanglah kepada-Ku dan janganlah kamu takut. Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang aman. c. Penciptaan burung (kembali) atas permintaan nabi Ibrahim 2:260. Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati”. Allah berfirman: “Belum yakinkah kamu?”. Ibrahim menjawab: “Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)”. Allah berfirman: “(Kalau demikian) ambillah empat ekorburung, lalu cingcanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): “Lalu letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera”. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Penciptaan dan pembentukan Adam
7:11. Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuktubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: “Bersujudlah kamu kepada Adam”; maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.
15:26. Dan sesungguhnya Kami telah meciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. 15:28. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. 15:33. Berkata Iblis: “Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk“. 3:59. Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia. 6:2. Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ditentukan (untuk berbangkit) yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu). 7:11. Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: “Bersujudlah kamu kepada Adam”; maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. 7:12. Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?” Menjawab iblis: “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah”. Penciptaan Isterinya Adam Siti Hawa, demikian disebut namanya dalam beberapa riwayat (hadits) adalah pasangan (jauzah) Adam as yang secara ringkas disebut dalam AlQur’an sebagai berasal dari (bagian tubuh) Adam. Sebuah hadits shaheh menyebutnya sebagai berasal dari tulang rusuk Adam. Dari satu-satunya isterinya inilah kemudian Adam memiliki beberapa pasang anak yang selanjutnya menurut riwayat, terjadi perkawinan diantara anak-anak Adam itu dengan anak-keturunannya semua manusia yang ada di muka bumi hingga saat ini dan sampai akhir jaman. 4:1. Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. 7:189. Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, istrinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami istri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: “Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang sempurna, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur”.
Penciptaan Isa
Fenomena penciptaan nabi Isa as yang tidak memiliki bapak biologis jelas merupakan fenomena yang diluar kebiasaan, dan itu merupakan bukti yang menunjukkan kekuasaan Allah Swt. Allah Swt yang telah menciptakan Adam tanpa bapak dan ibu biologis, akan sangat mudah bagi-Nya untuk menciptakan manusia lain tanpa bapak biologis saja. 3:47. Maryam berkata: “Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki pun.” Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): “Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: “Jadilah”, lalu jadilah dia. 3:59. Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia. 3:47. Maryam berkata: “Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki pun.” Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): “Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: “Jadilah”, lalu jadilah dia. 3:59. Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia.
Manusia dikutuk menjadi kera
Sebuah peristiwa terjadi terhadap Bani Israel ketika sekompok orang yang melanggar perintah sabath (keluar pada hari sabtu) dikutuk menjadi kera akibat ulah mereka. Peristiwa tersebut menurut Ibnu Katsir terjadi dengan perubahan fisik, namun kera-kera tersebut tidak bertahan lama. Ini peristiwa yang berlangsung dengan cepat, tanpa melalui perubahan bentguk yang evolusioner, tetapi arah perubahan menjadi memburuk baik secara fisik maupun secara kejiwaan. 2:65. Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar di antaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: “Jadilah kamu kera yang hina”. Secara kejiwaan, ancaman degradasi terhadap kualitas kemanusiaan kerap muncul dalam AlQur’an, sebagai ancaman bagi orang-orang yang tidak patuh terhadap perintah Allah. Hal tersebut menyebabkan manusia ayang semula diciptakan dalam bentuk yang sebagus-bagusnya (secara fisik dan kejiwaan) lalu turun ke derajat yang serendah-rendahnya (tsumma rodadnaahu asfala saafiliin).
Penciptaan makhluk hidup dari air Berkenaan dengan ayat-ayat yang menyatakan bahwa semua makhluk hidup berasal dari air, para mufassirin umumnya berpendapat bahwa air yang dimaksud disini adalah sperma, dan atau bahwa komponen utama makhluk hidup (60-70 %) adalah air. Tidak menutup kemungkinan interpretasi lainnya bahwa kehdupan dimuali dari kondisi perairan. Pertualangan mencari makhluk hidup di planet lain, selalu dimulai dengan upaya mencari jejak-jejak air di planet tersebut. Dalam berabagai ayat lain, turunnya hujan menjadi awal munculnya kehidupan tumb uhan yang kemudian menjadi susmber makanan bagi hewan-hewan dan manusia. 24:45. Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. 25:54. Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa. 36:77. Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata! Penutup Barangkali tidak akan pernah ada penjelasan ”ilmiah” secara detil dan memuaskan tentang bagaimana Tuhan menciptakan beraneka macam makhluk hidup di dunia ini dari jaman dahulu hingga yang akan datang. Manusia memiliki keterbatasan dalam menggali informasi masa lalu ketika tidak ada dari kita satupun yang jadi saksi. Penemuan-penemuan fossil yang dianggap sebagai bukti paling konkrit dari proses evolusi juga masing begitu banyak kekurangannya. Apa yang telah didemonstrasikan oleh Tuhan ketika memberikan mu’jizat kepada nabi Isa as dan Musa as pun tidak bisa digeneralisasi bahwa mungkin begitulah semua makhluk hidup diciptakan Tuhan. Demikian juga dengan perubahan dari wujud manusia menjadi wujud kera yang terjadi pada sekelompok kaum Bani Israel mungkin tidak bisa digeneralisasi bahwa perubahan makhluk hidup dari satu spesies ke spesies lainnya terjadi seperti itu di alam. Begitu banyak misteri kehidupan di alam ini yang belum terungkap, mungkin sebagian besar tidak akan pernah terungkap. Apa yang telah diberitakan Allah Swt dalam AlQur’an menunjukkan kemahakuasaan Allah Swt. Satu atau sekelompok makhluk dapat tercipta langsung dari tanah yang nota bene adalah benda mati, jika itu dikehendaki-Nya, sementara sekelompok makhluk lainnya mungkin berasal dari makhluk sebelumnya. Proses evolusi ataupun proses non-evolusi mungkin saja terjadi jika Allah menghendaki, dan hal itu merupakan sesuatu yang mudah bagi Allah, jauh lebih mudah terjadinya dibandingkan proses penciptaan langit dan bumi yang memerlukan tahapan panjang. Kekhawatiran pada umat Islam muncul ketika teori evolusi ini dirasuki paham ideologi dan paradiagma ateistik yang menegasikan kehadiran Zat Yang Maha Pencipta. Selain itu sains Biologi khususnya juga tampaknya secara berlebihan menjadikan teori evolusi semacam dogma yang tak terbantahkan, padahal begitu banyak hal-hal yang masih merupakan misteri untuk menyatakan bahwa proses evolusi adalah sebuah realita. Begitu banyak juga penemuan modern mutakhir yang menunjukkan skenario evolusi Darwinisme merupakan sebuah penyederhanaan atas fenomena kehidupan yang begitu kompleks. Dunia membutuhkan kejujuran para ilmuwan yang dapat berbicara secara objektif tentang fakta fenomena alam. Sayangnya berbagai peristiwa dalam perkembangan teori evolusi menunjukkan begitu banyak interpretasi subjektif, dugaan-dugaan bahkan kebohongan mewarnai dunia ”ilmiah” tersebut.
- Hakikat Manusia Dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kitabullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. untuk segenap manusia. Di dalamnya Allah menyapa akal dan perasaan manusia, mengajarkan tauhid kepada manusia, menyucikan manusia dengan berbagai ibadah, menunjukkan manusia kepada hal-hal yang dapat membawa kebaikan serta kemaslahatan dalam kehidupan individual dan sosial manusia, membimbing manusia kepada agama yang luhur agar mewujudkan diri, mengembangkan kepribadian manusia, serta meningkatkan diri manusia ke taraf kesempurnaan insani. Sehingga, manusia dapat mewujudkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Al-Qur’an juga mendorong manusia untuk merenungkan perihal dirinya, keajaiban penciptaannya, serta keakuratan pembentukannya. Sebab, pengenalan manusia terhadap dirinya dapat mengantarkannya pada ma’rifatullah, sebagaimana tersirat dalam Surah at-Taariq [86] ayat 5-7.
فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ مِمَّ خُلِقَ . خُلِقَ مِنْ مَاءٍ دَافِقٍ . يَخْرُجُ مِنْ بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَائِبِ .
Maka, hendaklah manusia merenungkan, dari apa ia diciptakan. Ia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. (Q.S. at-Taariq [86]: 5-7)
Berkaitan dengan hal ini, terdapat sebuah atsar yang menyebutkan bahwa “Barang siapa mengenal dirinya, niscaya ia mengenal Tuhan-nya.”
Di samping itu, Al-Qur’an juga memuat petunjuk mengenai manusia, sifat-sifat dan keadaan psikologisnya yang berkaitan dengan pembentukan gambaran yang benar tentang kepribadian manusia, motivasi utama yang menggerakkan perilaku manusia, serta faktor-faktor yang mendasari keselarasan dan kesempurnaan kepribadian manusia dan terwujudnya kesehatan jiwa manusia.
Dalam tulisan ini, penulis akan mencoba melihat sejauh mana hakikat manusia menurut perspektif Al-Qur’an. Di awal pembahasan, penulis akan memaparkan secara sekilas definisi manusia dan asal-usul penciptaannya. Semoga tulisan sederhana ini bisa menambah inspirasi untuk memantapkan kembali eksistensi kita sebagai manusia.
Definisi Manusia
Ketika berbicara tentang manusia, Al-Qur’an menggunakan tiga istilah pokok. Pertama, menggunakan kata yang terdiri atas huruf alif, nun, dan sin, seperti kata insan, ins, naas, dan unaas. Kedua, menggunakan kata basyar. Ketiga, menggunakan kata Bani Adam dan dzurriyat Adam.
Menurut M. Quraish Shihab, kata basyar terambil dari akar kata yang bermakna penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Al-Qur’an menggunakan kata basyar sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk mutsanna untuk menunjuk manusia dari sudut lahiriahnya serta persamaannya dengan manusia seluruhnya.Dengan demikian, kata basyar dalam Al-Qur’an menunjuk pada dimensi material manusia yang suka makan, minum, tidur, dan jalan-jalan.Dari makna ini lantas lahir makna-makna lain yang lebih memperkaya definisi manusia. Dari akar kata basyar lahir makna bahwa proses penciptaan manusia terjadi secara bertahap sehingga mencapai tahap kedewasaan.
Allah swt. berfirman:
َ وَمِنْ آَيَاتِهِ أَنْ خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ إِذَا أَنْتُمْ بَشَرٌ تَنْتَشِرُونَ
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak. (Q.S. ar-Rum [30]: 20)
Selain itu, kata basyar juga dikaitkan dengan kedewasaan manusia yang menjadikannya mampu memikul tanggung jawab. Akibat kemampuan mengemban tanggung jawab inilah, maka pantas tugas kekhalifahan dibebankan kepada manusia.Hal ini sebagaimana firman Allah berikut ini.
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ . فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka, apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” (Q.S. al-Hijr [15]: 28-29):
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ .
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. al-Baqarah [2]: 30)
Sementara itu, kata insan terambil dari kata ins yang berarti jinak, harmonis, dan tampak.Musa Asy’arie menambahkan bahwa kata insan berasal dari tiga kata: anasa yang berarti melihat, meminta izin, dan mengetahui; nasiya yang berarti lupa; dan al-uns yang berarti jinak.Menurut M. Quraish Shihab, makna jinak, harmonis, dan tampak lebih tepat daripada pendapat yang mengatakan bahwa kata insan terambil dari kata nasiya (lupa) dan kata naasa-yanuusu (berguncang). Dalam Al-Qur’an, kata insaan disebut sebanyak 65 kali.[1Kata insaan digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga.Bahkan, lebih jauh Bintusy Syathi’ menegaskan bahwa makna kata insaan inilah yang membawa manusia sampai pada derajat yang membuatnya pantas menjadi khalifah di muka bumi, menerima beban takliif dan amanat kekuasaan.
Dua kata ini, yakni basyar dan insaan, sudah cukup menggambarkan hakikat manusia dalam Al-Qur’an. Dari dua kata ini, kami menyimpulkan bahwa definisi manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna, yang diciptakan secara bertahap, yang terdiri atas dimensi jiwa dan raga, jasmani dan rohani, sehingga memungkinkannya untuk menjadi wakil Allah di muka bumi (khaliifah Allah fii al-ardl).
Asal-Usul Penciptaan Manusia
Al-Qur’an telah memberikan informasi kepada kita mengenai proses penciptaan manusia melalui beberapa fase: dari tanah menjadi lumpur, menjadi tanah liat yang dibentuk, menjadi tanah kering, kemudian Allah swt. meniupkan ruh kepadanya, lalu terciptalah Adam a.s.Hal ini diisyaratkan Allah dalam Surah Shaad [38] ayat 71-72.
إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ طِينٍ . فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ .
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka, apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya ruh (ciptaan)-Ku, maka hendaklah kamu menyungkur dengan bersujud kepadanya.” (Q.S. Shaad [38]: 71-72.)
Perhatikan juga firman Allah dalam Surah al-Hijr [15] ayat 28-29.
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ . فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ .
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka, apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” (Q.S. al-Hijr [15]: 28-29)
Dalam Al-Qur’an, kata ruh(ar-ruh) mempunyai beberapa arti. Pengertian ruh yang disebutkan dalam ayat-ayat yang menjelaskan penciptaan Adam a.s. adalah ruh dari Allah swt. yang menjadikan manusia memiliki kecenderungan pada sifat-sifat luhur dan mengikuti kebenaran. Hal ini yang kemudian menjadikan manusia lebih unggul dibanding seluruh makhluk yang lain. Karakteristik ruh yang berasal dari Allah ini menjadikan manusia cenderung untuk mengenal Allah swt. dan beribadah kepada-Nya, memperoleh ilmu pengetahuan dan menggunakannya untuk kemakmuran bumi, serta berpegang pada nilai-nilai luhur dalam perilakunya, baik secara individual maupun sosial, yang dapat mengangkat derajatnya ke taraf kesempurnaan insaniah yang tinggi. Oleh sebab itu, manusia layak menjadi khalifah Allah swt.Ruh dan materi yang terdapat pada manusia itu tercipta dalam satu kesatuan yang saling melengkapi dan harmonis. Dari perpaduan keduanya ini terbentuklah diri manusia dan kepribadiannya. Dengan memperhatikan esensi manusia dengan sempurna dari perpaduan dua unsur tersebut, ruh dan materi, kita akan dapat memahami kepribadian manusia secara akurat.
Kemudian, dalam ayat lain juga disebutkan mengenai permulaan penciptaan manusia yang berasal dari tanah.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ فِي الْأَرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّى وَمِنْكُمْ مَنْ يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئًا وَتَرَى الْأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنْبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ .
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar kami jelaskan kepada kamu dan kami tetapkan dalam rahim, apa yang kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan, kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (Q.S. al-Hajj [22]: 5)
ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ . ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آَخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ .
Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang-belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka, Mahasuci-lah Allah, Pencipta yang paling baik. (Q.S. al-Mu’minuun [23]: 13-14).Itulah di antara sekian banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang asal-usul penciptaan manusia. Penciptaan manusia yang bermula dari tanah ini tidak berarti bahwa manusia dicetak dengan memakai bahan tanah seperti orang membuat patung dari tanah. Akan tetapi, penciptaan manusia dari tanah tersebut bermakna simbolik, yaitu saripati yang merupakan faktor utama dalam pembentukan jasad manusia. Penegasan Al-Qur’an yang menyatakan bahwa manusia diciptakan dari tanah ini merujuk pada pengertian jasadnya. Oleh karena itu, Al-Qur’an menyatakan bahwa kelak ketika ajal kematian manusia telah sampai, maka jasad itu akan kembali pula ke asalnya, yaitu tanah.Secara komprehensif, Umar Shihab memaparkan bahwa proses penciptaan manusia terbagi ke dalam beberapa fase kehidupan sebagai berikut.Pertama, fase awal kehidupan manusia yang berupa tanah. Manusia berasal dari tanah disebabkan oleh dua hal: (1) manusia adalah keturunan Nabi Adam a.s. yang diciptakan dari tanah; (2) sperma atau ovum yang menjadi cikal bakal manusia bersumber dari saripati makanan yang berasal dari tanah. Kedua, saripati makanan yang berasal dari tanah tersebut menjadi sperma atau ovum, yang disebut oleh Al-Qur’an dengan istilah nutfah. Ketiga, kemudian sperma dan ovum tersebut menyatu dan menetap di rahim sehingga berubah menjadi embrio (‘alaqah). Keempat, proses selanjutnya, embrio tersebut berubah menjadi segumpal daging (mudlghah). Kelima, proses ini merupakan kelanjutan dari mudlghah. Dalam hal ini, bentuk embrio sudah mengeras dan menguat sampai berubah menjadi tulang belulang (‘idzaam). Keenam, proses penciptaan manusia selanjutnya adalah menjadi daging (lahmah). Ketujuh, proses peniupan ruh. Pada fase ini, embrio sudah berubah menjadi bayi dan mulai bergerak.Kedelapan, setelah sempurna kejadiannya, akhirnya lahirlah bayi tersebut ke atas dunia.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Setelah mengetahui bagaimana teori terbentuknya alam semesta ini melalui beberapa pendapat,maka dapat disimpulkan bahwa alam semesta merupakan tempat tinggal seluruh makhluk ciptaan Allah yang sengaja diciptakan oleh Allah SWT,agar menjadi tempat melangsungkan kehidupan yang harus dijaga dan dirawat.Pengertian manusia menurut pandangan Islam, manusia itu makhluk yang mulia dan terhormat di sisi-Nya, yang diciptakan Allah dalam bentuk yang amat baik. Manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa al-Quran menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya (at-Tiin : 95:4).
Manusia adalah makhluk yang sadar diri. Ini berarti bahwa ia adalah satu-satunya makhluk hidup yang mempunyai pengetahuan atas kehadirannya sendiri. Ia mampu mempelajari, manganalisis, mengetahui dan menilai dirinya.
Terdapat dua pendapat mengenai asal usul manusia, yaitu bahwa asal usul manusia dari nabi Adam a.s yang merupakan pendapat para ahli agama sesuai dengan kitab-kitab suci sebagai dasar (termasuk agama Islam). Pendapat kedua berdasarkan penemuan fosil-fosil oleh para ilmuan yang berpendapat bahwa asal usul manusia sesuai dengan teori evolusi merupakan hasil evolusi dari kera-kera besar selama bertahun-tahun dan telah mencapai bentuk yang paling sempurna. Teori kedua yang dianggap ilmiah itu ternyata tidak mutlak karena antara teori dengan kenyataan tidak dapat dibuktikan.
Proses kejadian manusia berdasarkan Al-Qur’an dan As Sunnah terjadi dalam dua tahap. Pertama, tahapan primordial, yakni proses penciptaan nabi Adam a.s sebagai manusia pertama. Kedua, tahapan biologi, yakni manusia diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan air mani (nuthfah) yang tersimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian nuthfah itu dijadikan darah beku (‘alaqah) yang menggantung dalam rahim. Darah beku tersebut kemudian dijadikan-Nya segumpal daging (mudghah) dan kemudian dibalut dengan tulang belulang lalu kepadanya ditiupkan ruh.
Allah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk, sehingga tidak ada satu makhlukpun yang lebih tinggi derajatnya dari manusia. Selayaknya ilmu perakitan komputer, maka Allah telah merakit manusia dengan sistem hardware dan software, lengkap, berkualitas tinggi dan multifungsi. Kesemua perangkat ini bekerja secara sinergis dan dinamis agar manusia bisa menjalankan fungsinya sebagai khalifah Allah di bumi.
Tujuan utama penciptaan manusia adalah agar manusia menyembah dan mengabdi kepada Allah swt. Sedangkan fungsi penciptaan manusia ke dunia, diklasifikasikan ke dalam tiga (3) pokok, yaitu:
1. Manusia sebagai Khalifah Allah di muka bumi
2. Manusia sebagai Warosatul Anbiya’
3. Manusia sebagai ‘Abd (Pengabdi Allah)
- Saran
Setelah mengetahui asal usul dan bagaimana proses terciptanya bumi dan manusia itu diciptakan, hendaknya setiap manusia bisa sadar akan tujuan hidupnya yaitu untuk mencari keridhaan Allah SWT, karena jiwa yang memperoleh keridhaan Allah adalah jiwa yang berbahagia, mendapat ketenangan, serta akan memperoleh imbalan surga. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya: “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhainya. Maka masuklah dalam jamaah hamba-hambaku. Dan masuklah ke dalam surgaku.” (QS Al Fajr : 27-30)
Selama hidup di dunia manusia wajib beribadah, menghambakan diri kepada Allah. Seluruh aktivitas hidupnya harus diarahkan untuk beribadah kepada Allah SWT sebagai pencipta semua makhluk.
Semoga dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua sehingga kita menjadi manusia yang senantiasa beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Dengan terselesaikannya makalah ini semoga bermanfaat bagi semuanya dan pembaca khususnya. Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan yang harus dibenahi. Untuk itu masukan-masukan dari pihak-pihak yang merespon makalah ini sangat ditunggu.
DAFTAR PUSTAKA
http://whatzuptheory.blogspot.com/2013/02/proses-pembentukan-bumi-menurut- teori.html (diakses pada tanggal 1 Desember 2013,pada pukul 20.00 WITA)
http://islamquest.net/id/archive/question/id16220# (diakses pada tanggal 1 Desember 2013,pada pukul 20.00 WITA)
http://www.taqrib.info/indonesia/index.php?option=com_content&id=570:penciptaan-manusia-dalam-al-quran&catid=63:mabahese-ghorani&Itemid=144 (diakses pada tanggal 1 Desember 2013,pada pukul 20.30 WITA )
http://ahmad-gudangeilmu.blogspot.com/2013/03/teori-evolusi-menurut-pandangan-islam.html (diakses pada tanggal 1 Desember 2013,pada pukul 20.30 WITA)
http://annisahidayat.wordpress.com/2010/05/11/psikologi-manusia-dalam-al-quran/ (diakses pada tanggal 1 Desember 2013,pada pukul 20.30 WITA)
http://www.gudangmateri.com/2010/12/proses-penciptaan-manusia-menurut-islam.html (diakses pada tanggal 1Desember 2013,pada pukul 20.30 WITA)
Makalah Pendidikan Agama Islam
BIOLOGI DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN
Oleh
NAMA : ASTRID SAFIRA IDHAM
NIM : H41113341
FAKULTAS : MIPA
JURUSAN : BIOLOGI
UNIT PELAKSANA TEKNIS MATA KULIAH UMUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013