PENDUGAAN POPULASI SATWA DAN ANALISIS HABITAT SATWA LIAR

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI UMUM

 

PERCOBAAN XI

PENDUGAAN POPULASI SATWA DAN ANALISIS HABITAT SATWA

 

NAMA                                               : ASTRID SAFIRA IDHAM

NIM                                                    : H41113341

KELOMPOK                                    : II (DUA) B

HARI/TGL. PERCOBAAN                        : SELASA/15 APRIL 2014

ASISTEN                                          : ANWAR

                                              AHMAD SOLEH

 

 

 

 

LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014

BAB I

PENDAHULUAN

 

I.1 Latar Belakang

            Jumlah satwa liar pada habitatnya di alam bebas (hutan), merupakan salah satu bentuk kekayaan dan keanekaragaman (biodiversity) sumberdaya alam hayati, karena itu perlu dilakukan perlindungan. Untuk dapat melakukan perlindungan perlu diketahui jumlah dan sebarannya pada habitat satwa liar (Ramadhan E.P, 2008).

Keanekaragaman jenis merupakan hal yang paling mendasar dari keanekaragaman hayati. Keanekaragaman jenis adalah banyaknya spesies satwa yang menempati suatu ekosistem baik di darat maupun di perairan yang saling mempengaruhi(Ramadhan E.P, 2008).

Penentuan jumlah satwa liar tersebut dapat dilakukan dengan berbagai metode sensus yang memudahkan kita untuk melakukan estimasi populasinya. Walaupun belum dapat diketahui jumlahnya secara pasti, namun metode ini merupakan cara untuk mendata populasi mendekati jumlah sebenarnya di habitat hidup satwa liar (Hidayatullah, 2012).

Metode yang dapat dilakukan diantaranya dengan metode transects, merupakan salah satu metode sensus satwa liar dengan cara pengamatan satwa pada jalur yang telah ditentukan dengan lebar jarak pengamatan dari garis tengah jalur selebar 25 m. Metode tersebut di atas merupakan salah satu cara yang dipakai untuk sensus dan mengestimasi populasi satwa liar dalam habitat hidupnya. Satwa merupakan satu komponen penting dalam kehidupan. Hal tersebutdapat terlihat dari manfaat yang diberikan satwa secara langsung maupuntidak langsung(Hidayatullah, 2012).

 

I.2 Tujuan Percobaan

            Adapun tujuan percobaan yang akan dicapai dalam percobaan ini adalah :

  1. Mempelajari cara melakukan sensus satwa liar yang ada di habitatnya dengan metode line transect dan metode index point of abundance.
  2. Melakukan pengamatan dan mengestimasi kepadatan populasi satwa di habitatnya.
  3. Mengetahui tipe-tipe habitat satwa dan karakteristik habitat dan pengaruhnya terhadap populasi satwa.

 

I.3 Waktu dan Tempat Percobaan

 

            Percobaan ini dilaksanakan selama 2 hari. Pengambilan dan penandaan sampel pertama dilakukan pada hari Selasa, 15 April 2014pukul 17.00 – 18.00 WITA, bertempat di sekitar gedung registrasi Universitas Hasanuddin, Makassar. Pengambilan sampel keduadilakukan pada hari Rabu, 16April 2014 pukul 06.00 – 07.00 WITA, bertempat di sekitar gedung registrasi Universitas Hasanuddin, Makassar. Kemudian dilanjutkan dengan menganalisis data dari sampel, yang dilaksanakan pada hari Rabu, 16 April 2014 pukul 14.00 – 14.30 WITA bertempat di Taman MIPA, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.

 

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

Populasi adalah kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis yang mendiami suatu ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu. Salah satu hal yang berkaitan erat dengan populasi adalah jumlah atau yang biasa disebut kepadatan populasi, yang menyatakan cacah individu di dalam satuan luas atau volume tertentu(Soegianto, 1994).

Untuk mengetahui jumlah atau kepadatan populasi dapat dilakukan dengan banyak metode tergantung dengan keadaan sekitarnya. Salah satu metode yang paling akurat untuk mengetahui kepadatan populasi di suatu wilayah adalah dengan melakukan sensus. Tetapi kendala dari diadakannya sensus adalah lokasi penelitian. Misalnya jika penghitungan sensus dengan lokasinya berada di hutan terbuka dengan hewan liar seperti ular yang akan dihitung kerapatan populasinya. Pergerakan hewan yang akan dihitung juga mempengaruhi keakuratan sensus (Soegianto, 1994).

Habitat adalah sebuah kawasan yang terdiri dari komponen fisik maupun abiotic yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup serta berkembang biaknya satwa liar. Satwa liar menempati habitat yang sesuai dengan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung kehidupannya, karena habitat mempunyai fungsi menyediakan makanan, air dan pelindung (Alikodra, 1990).

Pengamatan satwa merupakan bagian dari kegiatan untuk inventarisasi satwa. Inventarisasi satwa adalah kegiatan untuk mengetahui populasi jenis satwa dan habitatnya. Metode yang dapat digunakan dalam kegiatan inventarisasi satwa, yaitumetode garis (line transek), dan metode titik (IPA) (Hidayatullah, 2012).

Metode line transek merupakan suatu petak contoh dimana seorang pengamat berjalan sepanjang garis transek dan mencatat setiap data yang diperlukan. Dalam menggunakan metode ini, lebar atau luas dari lokasi pengamatan tidak langsung ditetapkan. Seorang pengamat, dapat mencatat setaip jenis mamalia yang teramati walau sejauh jarak apapun sesuai dengan kemampuan jarak pandang masing-masing pengamat. Penggunaan line transek terdapat asumsi-asumsi yang harus diperhatikan, yaitu: satwa dan garis transek terletak secara random, satwa tidak bergerak/berpindah sebelum terdeteksi, tidak ada satwa yang terhitung dua kali (double counting), seekor satwa atau kelompok satwa berbeda satu sama lainnya. Seekor satwa yangterbang tidak mempengaruhi kegiatan satwa yang lainnya, respon tingkah laku satwa terhadap kedatangan pengamat tidak berubah selama dilakukan sensus, serta habitat homogen, bila tidak homogen dapat dipergunakan stratifikasi (Napitu, 2007).

Pada metode line transect (transek garis) pengamatan dilakukan pada unit contoh yang tidak ditentukan batas-batasnya. Desain pengamatan berbentuk garis transek lurus. Pada metode ini jarak diukur tegak lurus antara posisi satwa dengan garis transek. Metode ini dapat diterapkan pada marine mamals, mamalia dan burung. Adapun prinsip-prinsip yang harus dipenuhi adalah  satwa yang berada pada jalur atau dekat jalur harus bisa terdeteksi, posisi satwa yang diukur adalah posisi ketika pertama kali terlihat oleh pengamat,  jarak dan sudut pandang satwa terhadap jalur diukur , serta perjumpaan dengan satwa  mewakili kejadian yang bebas satu dengan lainnya (Napitu, 2007).

Pada dasarnya metode transek garis (line transect) hampir sama dengan metode jalur, langkah yang dilakukan pun juga sam dengan metode transek jalur. Namun, perbedaan yang paling mendasar adalah tidak ditentukan jarak ke kanan dank ke kiri, jarak antara satwa liar dan pengamat ditentukan, dan sudut kontrak antara satwa yang umumnya digunakan untuk sensus primata, burung, dan herbivora besar. Garis transek merupakan suatu petak contoh, dimana seorang pengamat/pencatat berjalan sepanjang garis transek dan mencatat setiap jenis satwa liar yang dilihat, baik jumlah maupun jaraknya dari pencatat. Metode transek ini dapat dipergunakan untuk mencatat data dari beberapa jenis satw secara bersamaan (Umar, 2014).

Menurut (Umar, 2014), pendugaan pada metode transek garis dapat dilakukan dengan menggunakan metode Poole ataupun Webb. Model untuk persamaan Poole (Poole Methods) adalah :

P   = D . A

D =

dj =

Keterangan :

D         = Kepadatan populasi (indiv/km2)

P          = Populasi dugaan (individu)

A         = Luas wilayah pengamatan (km2)

xi         = Jumlah individu pada kontak ke-i

Lj         = Panjang transek jalur ke-j (m)

dj         = Rata-rata lebar jarak kiri atau kanan jalur ke-j (m)

nj         = Jumlah kontak pada jalur ke-j

Metode IPA (index point of abundance) merupakan metode pengamatan burung dengan mengambil sampel dari komunitas burung untuk dihitung dalam waktu dan lokasi tertentu. Pengamatan dilakukan dengan berdiri pada titik tertentu pada habitat yang diteliti kemudian mencatat perjumpaan terhadap burung dalam rentang waktu tertentu. Pengamatan dilakukan melalui perjumpaan langsung (visual) dan tidak langsung (suara). Parameter yang dicatat adalah jenis, jumlah yang ditemukan, aktivitas, posisi burung pada tajuk pohon, struktur dan jenis vegetasi yang digunakan burung. Perjumpaan terhadap jenis burung di luar titik pengamatan tidak diperhitungkan (Michael, 1995).

Keuntungan dari metode ini adalah lebih efisien, dimana peneliti bdapat meletakkak beberapa titik pengamatan yang terdistribusi secara random di lokasi pengamatan. Metode point count ini digunakan dengan cara mengamati keberadaan satwa secara langsung dan/atau dengan mendengarkan suaranya (pengetahuan tentang jenis-jenis suara satwa sangat penting), didalam lingkaran dengan radius yang telah ditetapkan. Jarak antara titik tidak boleh kurang dari 200 m di seluruh lokasi penelitian, jika titik terlalu dekat aka nada individu yang terhitung lebih pada beberapa titik. Periode waktu yang dipergunakan adalah 10 menit untuk setiap titik, dengan menunggu 2 menit saat kedatangan pada titik pengamatan. Setiap titik yang dibuat dilakukan pencatatan koordinat dengan menggunakan GPS Global Position System (Umar, 2014).

Menurut (Umar, 2014), asumsi yang dipergunakan dalam metode IPA adalah:

  • Burung tidak mendekati pengamat atau terbang.
  • Burung yang ada dalam sampel terdeteksi 100%
  • Burung tidak bergerak selama perhitungan.
  • Burung berperilaku bebas (tidak tergantung satu sama lain).
  • Pelanggaran terhadap asumsi tersebut tidak berpengaruh terhadap habitat atau desain studi.
  • Estimasi jarak akurat.
  • Burung dapat terindifikasi dengan baik seluruhnya.

Analisis data untuk kelimpahan individu :

P Aj =

Keterangan :

PAj     : Kelimpahan populasi pada titik pengamatan ke –j (individu/km2)

Xi       : Jumlah individu yang dijumpai pada kontak ke-i selama periode tertentu.

Lr       : Luas plot (lingkaran j)

        Metode VES (Visual Encounier Survey),pengamat mencari secara langsung dan mencatat jumlah individu, komposisi dan kepadatan kelompok. Data jumlah individu didapat dengan menghitung individu dari semua kelompok. Komposisi kelompok dibagi berdasarkan struktur umur yang diidentifikasi dari ukuran tubuh dan perilakunya.  Kelompok dibedakan dengan mengidentifikasi jumlah, struktur umur, ciri fisik dan lokasi penemuan. Pengambilan data kepadatan populasi dilakukan dengan VES lapang untuk menemukan ukuran dan komposisi. Kelompok yang ditemukan sebisa mungkin diikuti sehingga data yang didapat semakin akurat. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi anggota kelompok yang sedang memisahkan diri (Santosa, 1995).

            Adapun beberapa kelamahan dan kelebihan dari metode line transek,  metode IPA maupun metode VES dalam pengunaan inventarisasi satwaliar. Metode Visual enconter survey yang merupakan modifikasi dari metode jelajah bebas dan belt transek kelebihan dari metode ini adalah  sangat cocok untuk digunakan mendata jenis dan mikrohabitat amfibi, metode ini juga memiliki kelemahan yaitu data yang didapatkan tidak dapat mencerminkan keadaan populasi seperti kepadatan (Santosa, 1995).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

METODE PERCOBAAN

 

III.1 Alat

            Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah alat tulis menulis, GPS, kamera dan kompas.

III.2 Bahan

            Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah satwa liar yang diamati sebagai sampel.

III.3 Prosedur Kerja

            Adapun langkah-langkah kerja yang dilakukan pada percobaan ini adalah sebagai berikut :

Estimasi kepadatan populasi satwa

  1. Kegiatan survey kepadatan populasi satwa liar di area kampus dilakukan dengan metode transek garis dan point count.
  2. Pada pelaksanaan transek garis, jalur yang digunakan mengikuti trek jalan setapak yang telah ada dengan estimasi lebar ke kanan dank e kiri masing-masing 25 meter.
  3. Pelaksanaan sensus dengan line transek dimulai dengan titik 0, yang merupakan awal pengamatan terhadap burung dan satwa liar lainnya yang ditemui disepanjang jalur transek.
  4. Pencatatan pada table tally sheet yang dilakukan meliputi jumlah dan jenis stwa liar, jaraknya dari pengamat serta jarak setiap titik pengamatan dari titik awalnya (titik 0).
  5. Jika sensus satwa liar menggunakan metode point count dilaksanakan pada empat titik pengamatan (point count), dengan radius 25 m dan jarak antar point count adalah 200 m. Seperti halnya pelaksanaan sensus dengan transek garis, maka pengamatan dan pencatatan dilaksanakan pada satwa liar yang dijumpai di area sejauh radius 25 m dari lingkaran yang telah ditentukan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Alikodra, HS., 2002, Pengelolaan Satwaliar,Yayasan Penerbit FakultasKehutanan QQQQIPB, Bogor.

Hidayatullah, Rifqi R., 2012, Keanekaragaman Jenis Mamalia, Burung dan QQQQHerpetofauna di Tegakan Pinus Cangkurawok, http://www.academia.edu QQQQ/ rifqirahmathidayatullah/, Diakses pada hari Sabtu, 19 April 2014, pada QQQQpukul 19.00 WITA.

Michael, P., 1995, Metode Ekologi Untuk Penelitian Lapangan Dan QQQQLaboratorium, UI Press, Jakarta.

Napitu JP, Rahayungtyas, Ekasari I, Basuki T, Basori AF, Amri U dan Kurnia D., QQQQ2007, Konservasi Satwa Langka, Universitas Yogyakata, Yogyakarta.

Ramadhan E.P., 2008, Study Keanekaragaman Mamalia Pada Beberapa Tipe QQQQHabitat di Stasiun Penelitian Pondok Ambung di Taman Nasional QQQQTanjung Putting Kalimantan Tengah, Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.

Santosa Y., 1995, Teknik Pengukuran Keanekaragaman Satwaliar, Jurusan QQQQKonservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, QQQQBogor.

Soegianto, A., 1994, Ekologi Kuantitatif, Penerbit Usaha Nasional, Surabaya.

 

Umar, M. R., 2014, Penuntun Praktikum Ekologi Umum,Jurusan Biologi nnnnnnUniversitasHasanuddin, Makassar.

 

 

 

 

 

 

 

Leave a comment