METODE SAMPLING BIOTIK UNTUK MENDUGA POPULASI HEWAN BERGERAK

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI UMUM

 

PERCOBAAN III

METODE SAMPLING BIOTIK UNTUK MENDUGA

POPULASI HEWAN BERGERAK

 

NAMA                                               : ASTRID SAFIRA IDHAM

NIM                                                    : H41113341

KELOMPOK                                    : II (DUA) B

HARI/TGL. PERCOBAAN                        : SELASA/25 MARET 2014

ASISTEN                                          : ANWAR

                                              AHMAD SOLEH

 

 

 

LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014

BAB I

PENDAHULUAN

 

I.1 Latar Belakang

            Suatu populasi adalah suatu kelompok individu terlokalisir digolongkan sebagai spesies yang sama. Sampai saat ini, kita akan mendefinisikan spesies sebagai suatu kelompok populasi yang tiap individunya mempunyai potensi untuk saling mengawini dan menghasilkan keturunan yang subur di alam bebas. Masing-masing spesies memiliki suatu wilayah geografis tempat individu tersebar secara tidak merata, tetapi pada umumnya terpusat pada beberapa terlokalisir. Suatu populasi mungkin terisolasi dari  populasi  lain yang berspesies sama dan jarang sekali dapat mempertukarkan materi genetiknya. Namun demikian, populasi tidak selalu terisolasi, juga tidak harus memiliki perbatasn yang jelas (Campbell dkk, 2008).

            Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan populasi sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu komunitas dengan komunitas lainnya parameter ini tidak begitu tepat. Untuk itu biasa digunakan kepadatan relatif. Kepadatan relatif dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relatif biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase (Suin, 1989).

            Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian–bagian serta fenomena dan hubungan-hubungannya. Tujuanpenelitian kuantitatif adalah untuk mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empirisdan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif. Dalam proses pengukuran terdapat berbagai macam metode yang dapat digunakan diantaranya yaitu, metode Lincoln-Peterson, metode Zippin dan masih banyak metode lainnya (Sigit, 2007).

 

I.2 Tujuan Percobaan

     Adapun tujuan yang akan dicapai pada percobaan ini adalah :

  1. Untuk menduga atau mengetahui populasi dari suatu areal dengan menggunakan mmmetode Lincoln-Peterson dan metode Zippin.
  2. Melatih keterampilan mahasiswa dalam menerapkan teknik-teknik samplingooiorganisme dan rumus-rumus sederhana dalam analisis populasi.

     

      I.3 Waktu dan Tempat Percobaan

                  Percobaan ini dilaksanakan selama 2 hari. Pengambilan dan penandaan sampel pertama dilakukan pada hari Senin, 24Maret 2014pukul 06.00 – 07.30 WITA, bertempat di sekitar danau Universitas Hasanuddin, Makassar. Pengambilan sampel keduadilakukan pada hari Selasa, 25Maret 2014 pukul 06.00 – 08.00 WITA, bertempat di sekitar danau Universitas Hasanuddin, Makassar. Kemudian dilanjutkan dengan menganalisis data dari sampel, yang dilaksanakan pada hari Selasa, 25Maret 2014 pukul 14.00 – 17.00 WITA bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.

 

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

Populasi adalah kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis yang mendiami suatu ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu. Salah satu hal yang berkaitan erat dengan populasi adalah jumlah atau yang biasa disebut kepadatan populasi, yang menyatakan cacah individu di dalam satuan luas atau volume tertentu. Untuk mengetahui jumlah atau kepadatan populasi dapat dilakukan dengan banyak metode tergantung dengan keadaan sekitarnya. Salah satu metode yang paling akurat untuk mengetahui kepadatan populasi di suatu wilayah adalah dengan melakukan sensus. Tetapi kendala dari diadakannya sensus adalah lokasi penelitian. Misalnya jika penghitungan sensus dengan lokasinya berada di hutan terbuka dengan hewan liar seperti ular yang akan dihitung kerapatan populasinya. Pergerakan hewan yang akan dihitung juga mempengaruhi keakuratan sensus (Soegianto, 1994).

Penentuan besar kecilnya ukuran sampel tergantung pada antara lain, derajat Keseragaman Populasi (degree of homogenity). Semakin tinggi tingkat homogenitas populasi semakin kecil ukuran sampel yang boleh diambil, semakin rendah tingkat homogenitas populasi semakin besar ukuran sampel yang harus diambil, Tingkat Presisi yang diinginkan (level of precisions). Semakin tinggi tingkat pesisi yang diinginkan peneliti, semakin besar sampel yang harus diambil (Sugiana, 2008).

Pemilihan teknik pengarnbilan sampel merupakan upaya penelitian untuk mendapat sampel yang representatif (mewakili), yang dapat menggambarkan populasinya. Teknik pengambilan sampel tersebut dibagi atas 2 kelompok besar, (Nasution, 2003) yaitu:

1. Probability Sampling (Random Sample)

2. Non Probability Sampling (Non Random Sample)

Penarikan Sampel Secara Random sistematis (Systematic Random Sampling)Teknik ini merupakan pengembangan teknik sebelumnya hanya bedanya teknik ini menggunakan urutan-urutan yang alami. Caranya ialah pilih secara random dimulai dari antara ngka 1 dan integer yang terdekat terhadap ratio sampling (N/n); kemudian pilih item-item dengan interval dari integer yang terdekat terhadap ratio sampling. Keuntungan menggunakan sampel ini ialah peneliti menyederhanakan proses  penarikan sampel dan mudah dicek; dan menekan keanekaragaman sampel.Kerugian ialah apabila interval berhubungan dengan pengurutan periodik suatu populasi, maka akan terjadi keaneka-ragaman sampel (Priyono, 2008).

Untuk menghitung populasi hewan bergerak terdapat dua cara yakni secara langsung dan tidak langsung. Secara tidak langsung yaitu dengan perkiraan. Misalnya untuk menghitung populasi rumput di suatu kebun dapat digunakan metode kuadrat rumput, untuk hewan yang relatif mudah ditangkap dapat dilakukan dengan metode CMR atau Capture- Mark- Recapture dalam bahasa indonesia adalah “ tangkap tandai dan tangkap kembali” (Soegianto, 1994).

Capture Mark Release Recapture (CMRR) yaitu menandai, melepaskan dan menangkap kembali sampel sebagai metode pengamatan populasi. Merupakan metode yang umumnya dipakai untuk menghitung perkiraan besarnya populasi. Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Hal yang pertama dilakukan adalah dengan menentukan tempat yang akan dilakukan estimasi, lalu menghitung dan mengidentifikasinya, dan hasil dapat dibuat dalam sistem daftar. Suatu populasi dapat pula ditafsirkan sebagai suatu kolompok makhuk yang sama spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang khusus. Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau kerapatan. Pengukuran kerapatan mutlak ialah dengan cara penghitungan menyeluruh yaitu cara yang paling langsung untuk mengerti berapakah makhluk yang di pertanyakan di sutau daerah adalah menghitung makhluk tersebut semuanya dan metode cuplikan yaitu dengan menghitung proporsi kecil populasi pada rumus Lincoln-Peterson (Resosoedarmo, 1990).

Metode Lincoln-Peterson pada dasarya menangkap sejumlah individu dari suatu populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap kemudian diberi tanda yang mudah dibaca, kemudian dilepaskan kembali dalam periode waktu yang pendek. Setelah beberapa hari ditangkap kembali dan dihitung yang bertanda yang tertangkap.Dari dua kali hasil penangkapan dapat diduga ukuran atau besarnya populasi (N) dengan rumus yaitu (Umar, 2014) :

N/M=n/R atau N=(M) (n) R.

Dengan:

N   = besarnya populasi total.

M   = jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan pertama.

N   =  jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan kedua.

       R= Individu yang bertanda dari penangkapan pertama yang tertangkap iiiiiiiiiiiikembali  padaipenangkapan kedua.

      

Pada metode pendugaan populasi yang dilakukan dengan menarik sampel, selalu ada kesalahan (Error). Untuk menghitung kesalahan metode capture-recapture dapat dilakukan dengan cara menghitung kesalahan baku (Standart Errror = SE nya)

SE= √(M)(n)(M-R)(n-R) : R3

 

 Untuk metode sampling biotik hewan bergerak biasanya digunakan metode capture recapture.  Merupakan metode yang sederhana untuk menduga ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat seperti ikan, burung dan mamalia kecil. Pada dasarnya metode ini menangkap sejumlah individu dari suatu populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang tertangkap diberi tanda, kemudian dilepaskan kembali dalam periode waktu yang pendek (1 hari). Setelah jangka waktu tertentu dilakukan penangkapan kedua terhadap sejumlah hewan individu dari populasi yang sama. Dari penangkapan kedua ini lalu diidentifikasi individu bertanda yang berasal dari hasil penangkapan pertama dan individu tidak bertanda dari hasil penangkapan kedeua. Dari hasil tersebut maka dapat diduga populasi hewan dalam suatu areal. (Umar, 2014).

Metode Capture-Recapture seringkali sulit digunakan untuk menduga ukuran populasi alami. Hal ini disebabkan karena asumsi-asumsi dalam metode Capture-Recapture sulit dilaksanakan di lapangan. Untuk itu dilakukan metode Removal Sampling yang tidak  melepaskan kembali hewan yang telah disampling. Contoh metode Removal Sampling adalah Metode Zippin yang dilakukan dengan cara penangkapan pertama tidak dilepaskan kembali, kemudian dalam jangka waktu tertentu dilakukan kembali penangkapan kedua dan juga hewan tidak dilepaskan kembali. Sehingga dengan menggunakan persamaan Zippin dapat diduga populasi hewan dalam suatu areal (Umar, 2014).

Metode Zippin hanya membutuhkan sedikit periode sampling. Metode ini dapat dilakukan dengan cara, pada penangkapan pertama sejumlah hewan tidak dilepaskan kembali (n1), kemudian dalam jangka waktu tertentu dilakukan kembali penangkapan kedua dan juga hewan tidak dilepaskan kembali (n2). Dengan cara ini populasi dapat diduga dengan rumus yaitu (Umar, 2014) :

N= (n1)2/ (n1 – n2)

 

Keterangan :

N   = Jumlah individu.

n1 = Jumlah hewan yang tertangkap dan tidak dilepaskan kembali pada penangkapan oooo pertama.

n2 = Jumlah hewan yang tertangkap dan tidak dilepaskan kembali pada penangkapan …….kedua.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

METODE PERCOBAAN

 

III.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah botol sampel, tinta cina, dan sweeping net.

 

III.2 Bahan

Bahan yang diperlukan untuk percobaan ini adalah serangga yang terdapat pada areal yang akan diamati.

 

III.3 Metode Kerja

            Langkah-langkah kerja yang dilakukan dalam percobaan ini sebagai berikut:

  1. Cara pengambilan sampel :

       A.    Metode Lincoln-Peterson

  1. Pertama, areal yang akan diamati populasinya ditentukan, kemudian dilakukan penangkapan hewan pada lokasi tersebut (Periode penangkapan 1).
  2. Dalam percobaan ini yang akan diperhatikan populasinya adalah serangga sehingga penangkapan dilakukan dengan sweeping net.
  3. Pada daerah yang telah ditentukan, sweeping net diayunkan sebanyak 2 kali dalam satu langkah dengan total keseluruhan langkah, 20 langkah kedepan. Penangkapan dilakukan sebanyak 2 kali.
  4. Serangga yang diperoleh kemudian ditandai dengan menggunakan tinta cina, selanjutnya dilepaskan kembali dihabitatnya, catat jumlahnya sebagai M.
  5. Dalam selang 24 jam dilakukan penangkapan yang kedua dengan jumlah ulangan penangkapan sesuai dengan jumlah ulangan penangkapan pada periode pertama. Serangga yang ditangkap kemudian dikumpulkan dan dicatat jumlahnya sebagai n.
  6. Serangga yang diperoleh kemudian diperiksa untuk melihat ada atau tidaknya serangga yang bertanda yang tertangkap pada penangkapan kedua, catat jumlahnya sebagai R.
  7. Metode Zippin
  8. Pertama, areal yang akan diamati populasinya ditentukan, kemudian dilakukan penangkapan hewan pada lokasi tersebut (Periode penangkapan 1).
  9. Dalam percobaan ini yang akan diperhatikan populasinya adalah serangga sehingga penangkapan dilakukan dengan sweeping net.
  10. Pada daerah yang telah ditentukan, sweeping net diayunkan sebanyak 2 kali dalam satu langkah dengan total keseluruhan langkah,20 langkah kedepan. Penangkapan dilakukan sebanyak 1 kali.
  11. Serangga yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam botol sampel sebagai nilai n1. Pada metode ini tidak dilakukan pelepasan hewan kembali.
  12. Dalam selang 24 jam dilakukan penangkapan yang kedua dengan jumlah ulangan penangkapan sesuai dengan jumlah ulangan penangkapan pada periode pertama. Serangga yang ditangkap kemudian dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam botol sampel yang kedua serta dicatat jumlahnya sebagai n2.
  13. Cara Analisis Data :

     A.    Metode Lincoln-Peterson

  1. Serangga yang diperoleh kemudian dihitung dengan ketentuan M adalah jumlah individu yang ditangkap pada penangkapan pertama dan ditandai, n adalah jumlah individu tertangkap pada penangkapan kedua baik yang bertanda maupun tidak, dan R adalah individu yang bertanda yang tertangkap pada penangkapan kedua.
  2. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan metode Lincoln-Peterson.
  3. Metode Zippin
  4. Serangga yang terdapat di dalam botol sampel 1 dan 2 kemudian dihitung sebagai nilai untuk n1 dan n2.
  5.  Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan metode Zippin

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Campbell, N. A., J. B. Reece, and L. A. Urry., 2008, BIOLOGI Edisi ooooookedelapan jilid 3, Erlangga, Jakarta.

           

Nasution, Rozaini., 2003, Teknik Sampling, Penerbit USU Digital Library, Medan.

Priyono, 2008, Ekologi Kuantitatif, http://www.scribd.com, Diakses pada hari ooooooRabu tanggal 26Maret 2014 pukul 20.00 WITA.

 

Resosoedarmo, Soedjiran., 1990, Pengantar Ekologi, PT Remaja Rosdakarya, nnnnnnJakarta.

 

Soegianto, A., 1994, Ekologi Kuantitatif, Penerbit Usaha Nasional, Surabaya.

 

Sugiana, 2008, Populasi dan metode Sampling, http://dankfsugiana.wordpress.com,,,,,,,,,,,, Diakses pada hari Rabu tanggal 26Maret 2014 pukul 20.00 WITA.

 

Suin, N. M., 1989, Ekologi Hewan Tanah, Bumi Aksara, Jakarta.

 

Umar, M. R., 2014, Penuntun Praktikum Ekologi Umum,Jurusan Biologi nnnnnnUniversitasHasanuddin, Makassar.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

IV. 1 Hasil

IV. 1. 1 Hasil Pengamatan Metode Lincoln-Peterson

         Tabel 1. Data Pengamatan Metode Lincoln-Peterson

No

Parameter

Jumlah (n)

1

M

11

2

n

42

3

R

1

 

 

 

 

 

 

 

Keterangan :

M = Jumlah individu tertangkap pada penangkapan pertama dan ditandai

n  = Jumlah individu terperangkap pada penangkapan ke 2 (bertanda dan  QQtidak   bertandapenangkapan pertama dan tidak bertanda)

R  = Jumlah individu bertanda yang tertangkap pada penangkapan kedua

IV. 1. 2 Hasil Pengamatan Metode Zippin

         Tabel 2. Data Hasil Pengamatan Metode Zippin

No

Parameter

Jumlah (n)

1

n1

32

2

n2

22

 

Keterangan :

n1 = Jumlah hewan yang tertangkap dan tidak dilepaskan kembali pada   penangkapan pertama

n2 = Jumlah hewan yang tertangkap dan tidak dilepaskan kembali pada penangkapan kedua

IV. 2 Analisis Data

IV. 2. 1  Analisis Data Metode Lincoln-Peterson

  1. Pendugaan Populasi

 

    N =

 

N == 462

 

  1. Kesalahan Baku

 

SE =

 

SE =

 

SE =

 

SE = 57170,4

c.    Selang Kepercayaan

P = N ± (t) (SE)                                               t = (n-2)

   = 462 ± (0,51) (57170,4)                               = (53-2) 0,51

P = 29618,7

P = -28694,7

Jadi P = -28694,7 < P < 29618,7

 

 

 

IV. 2. 2 Analisis Data Metode Zippin

  1. Pendugaan Populasi

N =

N =

N = 102, 4

  1. Kesalahan Baku

SE =

SE =

 

SE =

 

SE = 51,744

 

c.    Selang Kepercayaan

P = N ± (t) (SE)                                       t = (n-2)

P = 102, 4 ± 0,52                         = (540,52

P = 102, 4 ± 26,91

P = 129,31

P = 75,49

Jadi P = 75,49 < P < 129,31

 

 

 

 

 

IV.2 Pembahasan

            Pada percobaan ini digunakan dua metode sampling, yang pertama metode Capture Recapture melalui Metode Linclon Peterson dan yang kedua metode removal sampling melalui metode Zippin. Pada Metode Lincoln Peterson dilakukan dengan cara menangkap serangga kemudian serangga yang ditangkap pada penangkapan pertama kemudian ditandai. Jumlah serangga yang tertangkap pada pengambilan pertama (M) adalah 11 ekor, dan pada pengambilan sampel kedua  serangga yang tertangkap (n) sebanyak 42 ekor dan pengamatan untuk penangkapan kedua ditemukan 1 serangga yang tertandai pada penangkapan hari pertama (R). sehingga didapatkan N = 462, SE = 57170,4, dan -28694,7 < P < 29618,7. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa kemungkinan sampel yang diperoleh memiliki habitat yang asli di tempat pengambilan sampel, hal ini diperkuat dengan ditemukannya satu hewan yang ditandai pada hari pertama dan ditemukan lagi pada hari kedua.

Metode Capture recapture seringkali sulit digunakan untuk menduga populasi alami. Hal ini disebabkan karena asumsi-asumsi dalam metode Capture recapture pada kenyataannya sulit dilaksanakan di lapangan seperti halnya yang terjadi didalam percobaan dimana nilai yang diperoleh tidak mampu untuk menduga secara valid populasi hewan di areal tersebut.

Metode lainnya yang digunakan dalam percobaan ini adalah melalui metode Zippin dimana melaui metode ini dilakukan penangkapan pada serangga yang tidak dilepaskan kembali (n1), kemudian dalam jangka waktu tertentu dilakukan kembali penangkapan kedua dan juga tidak dilepaskan kembali (n2). Pada penangkapan pertama (n1) diperoleh 32 serangga sedangkan serangga yang tertangkap dan tidak dilepaskan lagi pada penangkapan kedua (n2) sebanyak 22 dan  hasil yang diperoleh pada pendugaan populasi (N) sebesar 102,4 sedangkan kesalahan baku (SE) 51,744 dan selang kepercayaan, yaitu 75,49 < P < 129,31.

Hal-hal yang mungkin menyebabkan terjadinya perbedaan atau kesalahan pada percobaan adalah cara penangkapan serangga, luas area, kondisi lingkungan dan suhu sekitar lingkungan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB V

PENUTUP

 

V.I Kesimpulan

            Kesimpulan yang diperoleh dari hasil percobaan adalah sebagai berikut :

  1. Berdasarkan Metode Lincoln Peterson diperoleh jumlah462serangga yang hidup disekitar area pengambilan sampel sedangkan dengan menggunakan Metode Zippin diperoleh nilai pendugaan jumlahpopulasi sebesar 102,4. Hal-hal yang mungkin menyebabkan terjadinya perbedaan kesalahan pada percobaan adalah cara penangkapan serangga, luas area, kondisi lingkungan dan suhu sekitar lingkungan.
  2. Teknik-teknik sampling organisme diantaranya termasuk metode Lincoln- Peterson yaitu dengan cara ditangkap – tandai – lepas – tangkap kembali – lepas, sedangkan metode Zippin dilakukan  dengan cara melakukan penangkapan tetapi tidak dilepaskan kembali. Data yang diperoleh dari kedua metode tersebut kemudian dimasukkan kedalam rumus-rumus sederhana untuk menganalisis suatu populasi dari hewan bergerak.

 

V.2 Saran

      Sebaiknya tinta yang digunakan untuk menandai serangga adalah tinta yang tidak mudah luntur, agar tanda yang diberikan pada sampel tidak mudah hilang atau luntur.

Leave a comment